Monitorday.com – Geir Pedersen, utusan PBB untuk Suriah, menyebut jatuhnya rezim Bashar al-Assad sebagai momen penting dalam sejarah Suriah.
Pedersen mengatakan peristiwa ini membuka peluang baru untuk perdamaian, rekonsiliasi, dan martabat bagi seluruh rakyat Suriah.
Bagi mereka yang mengungsi, ini adalah kesempatan untuk kembali ke rumah yang telah lama mereka tinggalkan.
Bagi keluarga yang terpisah oleh perang, ini membawa harapan untuk reuni yang selama ini dirindukan.
Pedersen juga menyoroti pentingnya keadilan bagi mereka yang ditahan secara tidak adil atau hilang selama konflik.
Assad melarikan diri dari Suriah setelah kelompok anti-rezim berhasil menguasai Ibu Kota Damaskus.
Kejatuhan rezim Assad menandai runtuhnya dominasi Partai Baath yang memerintah sejak 1963.
Sebelum jatuhnya Damaskus, kelompok oposisi telah lebih dulu menguasai kota Aleppo di utara Suriah.
Momentum ini dirayakan oleh rakyat Suriah yang telah lama menderita di bawah pemerintahan represif Assad.
Pedersen menegaskan bahwa meskipun tantangan ke depan masih besar, ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Rakyat Suriah diharapkan memanfaatkan ketahanan mereka untuk membangun negara yang bersatu dan damai.
Pedersen meminta semua pihak bersenjata untuk mematuhi hukum, melindungi warga sipil, dan menjaga lembaga publik.
Ia juga mengimbau warga Suriah untuk memprioritaskan dialog, persatuan, dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Seluruh pihak diminta bekerja sama untuk menciptakan perdamaian dan menghormati hak asasi manusia.
Pedersen mengingatkan bahwa komitmen bersama diperlukan untuk menghormati kenangan para korban konflik.
Suriah yang adil, bebas, dan makmur kini menjadi harapan bersama untuk seluruh rakyatnya.