Monitorday.com – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Ahmad Basarah turut hadir dalam forum dialog antarpartai politik Asia Tenggara dan Asia Selatan di Yunnan, China, Jumat (10/11).
Dalam pidatonya di forum bertajuk “Enhancing the Pillars of High Quality Development, Embracing a Better Future of Belt and Road Cooperation Together” itu, Basarah menyerukan negara-negara dunia agar mendesak Israel menghentikan agresi militer-nya terhadap Palestina.
“Indonesia sangat prihatin atas agresi Israel terhadap Palestina hingga saat ini. Atas dasar politik bebas aktif yang kami anut, negara kami mengecam setiap tindakan yang melanggar hak asasi manusia, menginjak-injak kemanusiaan, dan menghancurkan peradaban di mana pun, kepada siapa pun dan oleh siapa pun, termasuk di negara Palestina,” kata Basarah dalam keterangannya.
Dia mengatakan bahwa sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno sudah menegaskan jika Palestina harus merdeka dari penjajahan pihak mana pun dan oleh siapa pun.
“Konstitusi kami menegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan karena itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan,” ujarnya.
Basarah lantas menjelaskan tentang nasionalisme Indonesia yang bersumber dari ajaran Bung Karno, yang menegaskan bahwa nasionalisme Indonesia tidak eksklusif, melainkan tumbuh di dalam tamansarinya internasionalisme.
“Bapak bangsa kami, Bung Karno, mengajarkan kami agar kuat menggenggam nasionalisme, tapi tidak berarti kami tertutup dari dialog dan kerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Kami harus tumbuh dan kuat sebagai bangsa, oleh karena itu kami menganut politik luar negeri bebas aktif,” tuturnya.
Dia kemudian menjelaskan makna “bebas” dan “aktif” kepada ratusan delegasi yang hadir. Di mana, kata “bebas” bermakna bangsa Indonesia bebas menentukan sikap dan kebijakan internasional mereka, tanpa tekanan dari pihak mana pun, serta tidak memihak pada satu blok kekuatan hegemonik manapun.
“Sedangkan dengan kata ‘aktif’, berarti kami harus memberikan kontribusi yang nyata dan aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa, dan permasalahan dunia lainnya demi terwujudnya ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” katanya.
Basarah juga menilai bentuk kerja sama ekonomi dunia seperti konsep Belt and Road Inisiatif (BRI) patut didukung dan dikembangkan oleh semua negara yang menginginkan kemajuan bersama dan keadilan bagi seluruh umat manusia di bumi.
Sebab, lanjut dia, model kerja sama tersebut mengedepankan sikap saling menghormati kedaulatan masing-masing negara, kesetaraan, direncanakan serta dikerjakan bersama, dan membagi keuntungan bersama secara adil.
“Pada 3 Oktober 2013 lalu, Presiden Xi Jinping menyampaikan gagasan One Belt One Road di Gedung DPR RI. Indonesia kemudian menjadi salah satu negara yang sejak awal mendukung gagasan ini, yang dalam satu dekade telah banyak menjalin kerja sama strategis dan komprehensif antara Indonesia dan Tiongkok,” demikian Ahmad Basarah.