Monitorday.com – Sosiolog Universitas Airlangga, Tuti Budi Rahayu, menyatakan bahwa Generasi Z (Gen Z) memiliki gaya hidup yang disebut “hyper reality.”
Menurut Tuti, banyak di antara mereka tidak dapat berpikir secara logis ketika ingin mendapatkan sesuatu, sering kali terjerumus dalam pinjaman online (pinjol) demi memenuhi gaya hidup yang impresif.
“Hyper reality membuat mereka tergiur oleh berbagai macam penampilan, yang membuat mereka terlihat lebih ‘wah’, seperti minum kopi di tempat berkelas atau membeli baju bermerek,” kata Tuti seperti dilansir RRI, Minggu (9/6).
Tuti menambahkan bahwa jika Gen Z bisa berpikir secara logis, mereka tidak akan berani mengambil pinjol karena mereka umumnya belum memiliki pendapatan tetap.
Namun, jebakan media sosial dan kehidupan yang penuh khayalan seringkali mendorong mereka untuk meminjam uang.
“Jebakan media sosial dan kehidupan penuh khayalan ini memicu keinginan mereka untuk meminjam. Apalagi, pinjol lebih mudah diakses dibandingkan dengan pinjaman bank yang memiliki persyaratan lebih ketat,” jelasnya.
Tuti juga mengkhawatirkan bahwa tren pinjaman online ini dapat meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, terutama karena bisnis pinjol seringkali menargetkan Gen Z.
Ia menilai bahwa seharusnya individu yang belum memiliki penghasilan tetap tidak boleh mengajukan pinjaman.
“Ini bisa jadi tren kemiskinan. Bisnis pinjol yang menyasar anak muda merupakan bentuk kejahatan dalam tanda petik. Harusnya yang belum berpenghasilan tidak bisa mengajukan pinjaman. Nanti bagaimana jika mereka tidak bisa membayar?” ujarnya.
Kekhawatiran Tuti beralasan, mengingat banyaknya Gen Z yang terdorong untuk meminjam uang demi memenuhi gaya hidup yang mereka lihat di media sosial, tanpa mempertimbangkan konsekuensi finansial jangka panjang.
Oleh karena itu, edukasi mengenai manajemen keuangan dan kesadaran akan bahaya pinjaman online menjadi sangat penting untuk menghindari jebakan ini.