Connect with us

Ruang Sujud

Ghaddul Bashar dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis: Panduan Etika Visual Muslim

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Di tengah derasnya arus informasi visual yang menghampiri kita setiap hari, Islam hadir dengan sebuah prinsip mulia bernama ghaddul bashar, atau menundukkan pandangan. Konsep ini bukan sekadar ajaran etika, tapi merupakan bagian dari tuntunan syariat yang bersumber langsung dari Al-Qur’an dan Hadis.

Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nur ayat 30:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’”
Ayat selanjutnya (ayat 31) memerintahkan hal yang sama kepada perempuan beriman. Ini menunjukkan bahwa menjaga pandangan adalah perintah langsung dari Allah untuk seluruh umat Islam—baik laki-laki maupun perempuan.

Menundukkan pandangan dalam konteks ini bukan berarti kita harus memalingkan mata sepanjang waktu. Islam tidak melarang kita melihat dunia, tapi mengajarkan kita untuk melihat dengan bijak, penuh kesadaran, dan tanggung jawab. Inti dari ghaddul bashar adalah menahan pandangan dari hal-hal yang haram dan menjaga mata agar tidak menjadi pintu masuk bagi dosa.

Rasulullah ﷺ juga menekankan pentingnya menjaga pandangan. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Nabi bersabda:
“Pandangan adalah anak panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa menundukkan pandangannya karena Allah, maka Allah akan memberinya kelezatan iman yang ia rasakan dalam hatinya.”

Dari sini kita bisa melihat, menjaga pandangan bukan sekadar menahan diri, tapi juga bentuk ibadah hati. Saat kita memilih untuk tidak melihat sesuatu yang haram demi Allah, saat itu juga kita sedang membangun kedekatan ruhani dengan-Nya.

Menariknya, ghaddul bashar bukan hanya soal menjaga dari pandangan syahwat. Ulama kontemporer juga mengaitkannya dengan menjaga pandangan dari hal-hal yang bisa memicu iri, dengki, atau bahkan depresi, seperti membandingkan hidup kita dengan konten orang lain di media sosial. Maka dari itu, ghaddul bashar juga relevan sebagai etika visual di era digital.

Dalam Islam, setiap anggota tubuh memiliki amanah. Mata adalah salah satunya. Ia bisa menjadi sumber pahala atau dosa, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Oleh karena itu, menjaga pandangan bukan semata-mata tentang larangan, melainkan sebuah panduan hidup yang menjaga kesucian hati dan kesehatan jiwa.

Ghaddul bashar adalah pelindung batin. Ketika mata dijaga, hati lebih mudah untuk bersih. Dan ketika hati bersih, maka cahaya petunjuk akan lebih mudah masuk.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ruang Sujud

Ghaddul Bashar: Menjaga Pandangan, Menjaga Hati dalam Islam

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Dalam kehidupan sehari-hari, mata adalah salah satu jendela utama yang menghubungkan kita dengan dunia luar. Namun dalam Islam, pandangan bukan hanya tentang melihat, tapi juga tentang menjaga. Inilah yang dikenal dengan konsep ghaddul bashar—menundukkan atau menjaga pandangan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-Nur ayat 30-31 yang artinya:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'”

Perintah ini tak hanya ditujukan kepada laki-laki, tapi juga kepada perempuan. Ini menunjukkan bahwa menjaga pandangan adalah bentuk tanggung jawab spiritual bagi semua muslim, tanpa terkecuali.

Tapi kenapa pandangan harus dijaga? Karena dari pandangan bisa tumbuh berbagai rasa di hati. Dari sekadar melihat, bisa muncul ketertarikan, dari ketertarikan bisa jadi godaan, lalu bisa berujung pada tindakan yang tidak dibenarkan. Islam mengajarkan ghaddul bashar sebagai bentuk penjagaan pertama sebelum hati dan pikiran terbawa lebih jauh.

Menjaga pandangan bukan berarti kita harus berjalan dengan mata tertutup. Bukan. Tapi kita diajarkan untuk selektif, sadar, dan bertanggung jawab atas apa yang kita lihat. Di era digital seperti sekarang, ini makin penting. Dengan sekali scroll saja, kita bisa terpapar pada gambar atau video yang bisa mengganggu hati dan iman. Maka ghaddul bashar tak hanya berlaku di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.

Menundukkan pandangan juga punya manfaat luar biasa bagi ketenangan batin. Mata yang dijaga akan membawa ketenangan pada hati. Hati yang tenang akan lebih mudah menerima petunjuk Allah. Bahkan, ulama mengatakan bahwa menjaga pandangan adalah awal dari kemuliaan jiwa.

Bukan perkara mudah memang. Tapi setiap usaha menjaga diri adalah bentuk ibadah. Dan setiap ibadah akan dibalas dengan pahala. Rasulullah ﷺ bersabda, “Pandangan adalah anak panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya karena Allah, maka Allah akan memberikan kelezatan iman yang manisnya ia rasakan dalam hatinya.” (HR. Al-Hakim)

Akhirnya, ghaddul bashar bukan hanya soal memalingkan mata, tapi tentang memilih jalan untuk menjaga kesucian hati. Dalam dunia yang penuh godaan visual, ghaddul bashar adalah bentuk keberanian dan komitmen seorang muslim dalam memelihara dirinya dari hal-hal yang bisa menjauhkan dari Allah.

Mari belajar menjaga pandangan, demi menjaga hati. Karena hati yang bersih adalah jalan menuju ridha Ilahi.

Continue Reading

Ruang Sujud

Pandangan yang Terjaga: Hikmah dan Manfaat Ghaddul Bashar bagi Kehidupan Sehari-hari

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Pernah nggak kamu merasa hati jadi nggak tenang cuma karena lihat sesuatu yang sebenarnya nggak perlu dilihat? Dalam Islam, ada konsep indah yang bisa jadi solusi: ghaddul bashar—menundukkan pandangan.

Menjaga pandangan bukan cuma soal menghindari hal-hal yang haram, tapi juga soal memelihara hati dari hal-hal yang mengganggu ketenangan jiwa. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nur ayat 30-31, bahwa laki-laki dan perempuan yang beriman diperintahkan untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Ini bukan sekadar larangan, tapi bentuk penjagaan diri yang luar biasa.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita nggak bisa lepas dari visual. Di jalan, di TV, apalagi di media sosial—semuanya berlomba-lomba menampilkan hal-hal yang kadang bisa memicu syahwat atau memancing rasa iri dan cemas. Dengan ghaddul bashar, kita belajar memilih mana yang layak dilihat, dan mana yang lebih baik dihindari.

Salah satu hikmah dari menjaga pandangan adalah menjaga hati dari keruhnya pikiran negatif. Saat mata nggak liar, hati jadi lebih tenang. Kamu bisa lebih fokus, lebih damai, bahkan lebih percaya diri karena nggak terus-terusan membandingkan diri dengan apa yang kamu lihat.

Selain itu, ghaddul bashar juga punya manfaat sosial. Orang yang menjaga pandangannya akan lebih dihormati, terlihat sopan, dan terhindar dari fitnah. Ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap sesama. Nggak heran, orang-orang saleh zaman dulu sangat menjaga mata mereka, karena mereka tahu betul, satu pandangan bisa mengantar pada dosa, tapi juga bisa jadi awal dari keberkahan jika dijaga karena Allah.

Menjaga pandangan juga bisa memperkuat hubungan kita dengan Allah. Ketika kita sadar bahwa setiap pandangan kita diperhatikan oleh-Nya, kita jadi lebih berhati-hati dan makin merasa dekat dengan-Nya. Ini bentuk muraqabah—merasa diawasi oleh Allah dalam setiap detik kehidupan.

Tentu, menjaga pandangan bukan perkara gampang. Tapi setiap perjuangan pasti ada ganjarannya. Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda, “Tidaklah seorang hamba menundukkan pandangannya karena Allah, kecuali Allah akan memberikan keimanan yang ia rasakan manisnya dalam hatinya.” (HR. Ahmad)

Jadi, jangan anggap enteng ghaddul bashar. Di balik tindakan kecil ini, tersembunyi hikmah besar yang bisa membuat hidup kita lebih bersih, lebih damai, dan lebih dekat kepada Allah. Pandangan yang terjaga bukan sekadar soal mata, tapi juga tentang kualitas hidup dan kebeningan hati.

Continue Reading

Ruang Sujud

Remaja Muslim dan Tantangan Zaman Digital: Pentingnya Ghaddul Bashar di Era Media Sosial

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Kehidupan remaja hari ini udah nggak bisa dipisahkan dari layar. Bangun tidur buka HP, tidur lagi pun kadang sambil scroll. Di tengah dunia yang super visual kayak sekarang, ada satu nilai Islam yang sering terlupakan tapi justru makin penting: ghaddul bashar, alias menundukkan pandangan.

Kamu mungkin mikir, “Emang penting ya segitu banget?” Jawabannya: iya banget. Karena dari mata, bisa masuk banyak hal ke hati. Dan apa yang masuk ke hati, bisa pengaruhin banget cara kita mikir, ngerasa, dan bertindak.

Islam udah lama ngajarin pentingnya menjaga pandangan. Dalam Surah An-Nur ayat 30-31, Allah SWT perintahkan laki-laki dan perempuan beriman buat menundukkan pandangan. Bukan karena Allah nggak pengen kita nikmatin dunia, tapi karena Allah sayang banget sama kita—dan pengen hati kita tetap bersih.

Zaman sekarang, tantangannya beda banget. Dulu, kalau mau lihat yang aneh-aneh atau yang bisa ngerusak hati, harus keluar rumah. Sekarang? Tinggal buka explore Instagram atau FYP TikTok. Bahkan kadang tanpa kita cari, konten yang nggak layak udah muncul duluan. Inilah kenapa ghaddul bashar penting banget buat remaja.

Menjaga pandangan bukan berarti kamu jadi kuper atau sok alim. Justru ini soal kendali diri dan tahu batas. Orang yang bisa ngontrol pandangannya, artinya dia juga punya kemampuan ngontrol nafsunya. Dan itu keren banget. Di saat semua orang ngikutin arus, kamu bisa berdiri teguh karena punya prinsip.

Selain itu, ghaddul bashar juga bisa bikin kamu lebih fokus dalam hidup. Nggak gampang terdistraksi, nggak gampang insecure karena liat “kehidupan sempurna” orang lain di medsos. Kamu jadi lebih jujur sama dirimu sendiri dan nggak gampang ngebandingin hidupmu dengan hidup orang lain yang belum tentu real.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Pandangan adalah anak panah beracun dari panah-panah Iblis. Siapa yang menundukkannya karena Allah, maka Allah akan memberikan kelezatan iman dalam hatinya.” (HR. Al-Hakim)
Keren ya? Satu langkah kecil, tapi impact-nya luar biasa.

Jadi, yuk mulai belajar jaga pandangan. Nggak harus langsung sempurna, tapi mulai dari kesadaran kecil: saat buka medsos, tanyain ke diri sendiri, “Perlu dilihat nggak, ya?” Kalau nggak, skip. Kalau perlu, lanjut, tapi tetap jaga hati.

Karena di era digital ini, ghaddul bashar bukan cuma soal adab, tapi juga soal kesehatan mental, kualitas hidup, dan kedekatan kita sama Allah.

Continue Reading

Ruang Sujud

Mengenal Lauhul Mahfuzh: Kitab Tertulis di Sisi Allah Sebelum Segala Sesuatu Ada

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Dalam ajaran Islam, ada satu konsep yang sangat menarik dan mendalam, yaitu Lauhul Mahfuzh. Istilah ini sering disebut dalam berbagai kajian keislaman, namun tidak sedikit umat Islam yang belum benar-benar memahami maknanya. Apa sebenarnya Lauhul Mahfuzh itu? Mengapa keberadaannya begitu penting dalam akidah Islam? Artikel ini akan membahas secara ringkas namun lengkap mengenai Lauhul Mahfuzh: dari definisi, dasar dalil, fungsi, hingga relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.


Apa Itu Lauhul Mahfuzh?

Secara bahasa, Lauh berarti papan, dan Mahfuzh berarti yang terjaga atau yang terpelihara. Jadi, Lauhul Mahfuzh dapat diartikan sebagai “papan yang terpelihara”. Namun dalam istilah syar’i, Lauhul Mahfuzh adalah kitab catatan di sisi Allah yang mencatat segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi di alam semesta ini, sejak zaman azali hingga hari kiamat dan seterusnya.

Lauhul Mahfuzh merupakan manifestasi dari ilmu Allah yang sempurna dan meliputi segala sesuatu. Tidak ada satu pun kejadian, peristiwa, atau makhluk, baik besar maupun kecil, kecuali telah tercatat di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu secara mutlak.


Dalil-Dalil Tentang Lauhul Mahfuzh

Keberadaan Lauhul Mahfuzh disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ﷺ. Di antaranya:

  1. Surah Al-Buruj ayat 21-22
    “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfuzh.” Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an sendiri berasal dari Lauhul Mahfuzh, yaitu tempat penyimpanan ilmu dan ketetapan Allah.
  2. Surah Al-Hadid ayat 22
    “Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Ayat ini menjelaskan bahwa setiap peristiwa, termasuk musibah, telah dicatat dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum terjadinya.
  3. Hadis riwayat Muslim
    Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Allah telah menetapkan takdir-takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.”
    (HR. Muslim, no. 2653) Hadis ini memperkuat keyakinan bahwa semua hal telah tertulis jauh sebelum dunia diciptakan.

Fungsi Lauhul Mahfuzh

Lauhul Mahfuzh bukan hanya sekadar catatan pasif, tetapi memiliki beberapa fungsi penting dalam sistem keimanan Islam:

  1. Sebagai Bukti Ilmu Allah yang Maha Luas
    Allah mengetahui segala sesuatu, dan Lauhul Mahfuzh menjadi bukti konkret dari pengetahuan-Nya yang sempurna.
  2. Menjadi Dasar Takdir
    Segala ketetapan Allah terhadap makhluk-Nya berasal dari catatan dalam Lauhul Mahfuzh. Apa yang kita alami, baik rezeki, ajal, jodoh, maupun musibah, semuanya berasal dari catatan tersebut.
  3. Sebagai Penguat Keimanan
    Mengetahui adanya Lauhul Mahfuzh membuat seorang Muslim lebih tenang menghadapi hidup. Ia tahu bahwa segala sesuatu sudah dalam kendali Allah, dan tidak ada yang terjadi secara kebetulan.

Apakah Isi Lauhul Mahfuzh Bisa Diubah?

Ini adalah pertanyaan yang sering muncul. Apakah yang tertulis di Lauhul Mahfuzh bisa diubah?

Jawabannya: tidak. Apa yang tertulis di Lauhul Mahfuzh adalah ketetapan final dan tidak bisa berubah. Namun, dalam beberapa hadis, Rasulullah ﷺ menyebut adanya “catatan takdir” yang masih bisa berubah, seperti dalam istilah kitab di tangan malaikat, misalnya takdir seseorang bisa berubah karena doa, sedekah, atau amal saleh. Ini disebut dengan takdir muallaq (yang tergantung), sedangkan yang tertulis di Lauhul Mahfuzh adalah takdir mubram (yang pasti dan tidak berubah).

Dengan kata lain, perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia sebenarnya sudah termasuk dalam catatan Lauhul Mahfuzh. Misalnya: “Jika si Fulan berdoa, maka akan begini; jika tidak, maka akan begitu.” Semua kemungkinan itu sudah tertulis, termasuk keputusan akhirnya.


Relevansi Lauhul Mahfuzh dalam Kehidupan Sehari-hari

Meski konsep Lauhul Mahfuzh sangat metafisik dan tidak bisa diakses oleh manusia, namun keyakinan akan keberadaannya memiliki dampak besar dalam kehidupan:

  • Menumbuhkan sikap tawakal: Setelah berusaha, kita berserah diri kepada Allah karena tahu hasilnya sudah ditentukan oleh-Nya.
  • Menghindari stres dan kecewa berlebihan: Karena apa pun yang terjadi, baik atau buruk, semuanya sudah menjadi ketetapan yang terbaik menurut Allah.
  • Memotivasi untuk terus berbuat baik: Sebab kita tidak tahu takdir mana yang akan menimpa kita, maka sebaiknya kita terus memperbaiki diri.

Penutup

Lauhul Mahfuzh adalah konsep penting dalam Islam yang mengajarkan kita tentang ilmu Allah yang tak terbatas dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Keberadaan Lauhul Mahfuzh memperkuat keyakinan kita bahwa hidup ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari rencana ilahi yang sempurna. Dengan memahami dan meyakini Lauhul Mahfuzh, kita bisa menjalani hidup dengan lebih ikhlas, sabar, dan penuh harapan.

Continue Reading

Ruang Sujud

Rahasia Takdir dalam Lauhul Mahfuzh: Apakah Bisa Diubah?

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Konsep takdir merupakan salah satu bagian paling mendalam dalam akidah Islam. Ia menyimpan banyak pertanyaan dan rasa penasaran dalam benak umat Muslim. Di antara pertanyaan yang sering muncul adalah: Apakah takdir bisa diubah? Dan bagaimana hubungan takdir dengan Lauhul Mahfuzh, yaitu kitab catatan di sisi Allah? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menelusuri pengertian Lauhul Mahfuzh, jenis-jenis takdir, dan bagaimana Islam memandang perubahan dalam kehidupan manusia.


Apa Itu Lauhul Mahfuzh?

Lauhul Mahfuzh secara harfiah berarti “papan yang terpelihara”. Dalam ajaran Islam, ia adalah kitab catatan yang berada di sisi Allah, tempat tertulisnya segala hal yang terjadi di alam semesta — dari awal penciptaan hingga akhir zaman. Segala sesuatu yang terjadi, mulai dari kelahiran, rezeki, ajal, pertemuan, hingga perpisahan, semuanya telah ditulis dalam Lauhul Mahfuzh.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(QS. Al-Hadid: 22)

Ayat ini menegaskan bahwa semua peristiwa, bahkan sebelum terjadi, telah tercatat rapi dalam kitab tersebut. Namun, muncul pertanyaan: Kalau semua sudah tertulis, apakah manusia masih bisa mengubah takdirnya?


Jenis-Jenis Takdir dalam Islam

Untuk memahami hal ini, para ulama membagi takdir menjadi dua jenis utama:

  1. Takdir Mubram (takdir pasti)
    Ini adalah takdir yang sudah ditetapkan secara final dan tidak akan berubah, karena sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh. Contohnya adalah hari kiamat, kematian seseorang (ajal), dan ketetapan Allah terhadap alam semesta secara keseluruhan. Takdir jenis ini bersifat mutlak.
  2. Takdir Muallaq (takdir yang tergantung)
    Ini adalah takdir yang ditangguhkan atau tergantung pada usaha manusia dan izin Allah. Contohnya: seseorang yang sakit bisa sembuh jika berobat dan berdoa. Dalam takdir muallaq, perubahan bisa terjadi melalui doa, sedekah, amal saleh, dan ikhtiar lainnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa.”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa ada takdir yang bisa berubah, namun tentunya tetap dalam batasan ilmu Allah yang telah mencakup semua kemungkinan.


Takdir Bisa Berubah? Bagaimana?

Pertanyaan “apakah takdir bisa diubah?” bisa dijawab ya, tetapi dengan pemahaman yang benar. Perubahan yang terjadi tidak keluar dari catatan Allah. Misalnya, dalam Lauhul Mahfuzh sudah tertulis: “Jika si Fulan berdoa, maka ia akan sembuh. Jika tidak berdoa, maka ia akan terus sakit.” Maka apapun yang dilakukan Fulan, baik berdoa atau tidak, semuanya sudah tercatat sebelumnya.

Dengan kata lain, perubahan yang terjadi di dunia ini tidak bertentangan dengan Lauhul Mahfuzh. Semua pilihan dan skenario hidup sudah masuk dalam catatan ilmu Allah. Itulah mengapa meskipun takdir terlihat berubah dari sudut pandang manusia, sebenarnya semua itu adalah bagian dari kehendak dan ketentuan Allah yang sempurna.


Peran Doa dan Usaha dalam Takdir

Salah satu hikmah penting dari pembagian takdir adalah untuk memotivasi manusia agar tidak pasrah secara buta. Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu berusaha, bekerja keras, dan berdoa — bukan hanya menyerah pada nasib.

Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya seseorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni surga hingga jarak antara dia dan surga hanya tinggal satu hasta, namun catatan telah mendahuluinya sehingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu masuk neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa seseorang bisa mengubah nasib hidupnya — dari baik menjadi buruk, atau sebaliknya — tergantung pada amal dan keputusannya.


Mengapa Allah Tetap Mencatat Segalanya Jika Bisa Berubah?

Mungkin muncul pertanyaan, “Kalau takdir bisa berubah, mengapa Allah tetap mencatatnya?” Jawabannya adalah: ilmu Allah tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Allah sudah mengetahui semua skenario yang akan terjadi, termasuk kemungkinan perubahan karena doa atau usaha. Maka catatan dalam Lauhul Mahfuzh mencakup semua kemungkinan tersebut secara sempurna.

Misalnya: “Jika Ahmad berdoa dan bersedekah, maka hidupnya akan dimudahkan. Jika ia bermalas-malasan, maka hidupnya akan sulit.” Maka saat Ahmad memilih jalan tertentu, takdir itu berjalan sesuai pilihan tersebut — dan semuanya sudah Allah catat.


Hikmah Memahami Takdir dan Lauhul Mahfuzh

  1. Menumbuhkan semangat ikhtiar dan doa
    Mengetahui bahwa takdir tertentu bisa berubah memotivasi kita untuk terus berusaha dan berdoa kepada Allah.
  2. Menghindari sikap fatalis
    Islam tidak mengajarkan pasrah tanpa usaha. Justru kita diperintahkan untuk bertindak aktif dalam hidup ini.
  3. Meningkatkan keimanan
    Memahami bahwa semua yang terjadi sudah dalam catatan Allah membuat hati menjadi lebih tenang dan yakin bahwa Allah selalu punya rencana terbaik.
  4. Menumbuhkan harapan
    Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Selama masih hidup, setiap manusia memiliki peluang untuk memperbaiki takdirnya.

Penutup

Takdir adalah misteri ilahi yang tidak sepenuhnya bisa dijangkau akal manusia. Namun, Islam memberikan kita arahan yang jelas: Lauhul Mahfuzh adalah kitab catatan yang mencerminkan ilmu Allah yang sempurna, dan di dalamnya sudah tercatat segala kemungkinan yang akan terjadi. Takdir bisa tampak berubah dari sisi manusia, namun semuanya tetap dalam kendali dan ilmu Allah.

Maka tugas kita bukan untuk menebak takdir, melainkan berusaha, berdoa, dan bertawakal. Sebab dalam Islam, berjuang memperbaiki diri adalah bagian dari iman kepada takdir itu sendiri.

Continue Reading

Ruang Sujud

Perbedaan Lauhul Mahfuzh dan Kitab Catatan Amal: Penjelasan Lengkap

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Dalam ajaran Islam, dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan catatan amal dan takdir manusia. Dua istilah yang seringkali terdengar namun kadang disalahpahami adalah Lauhul Mahfuzh dan Kitab Catatan Amal (Shahifah A’mal). Keduanya memang sama-sama berkaitan dengan catatan perbuatan dan kejadian, namun memiliki fungsi, posisi, dan sifat yang sangat berbeda.

Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai perbedaan Lauhul Mahfuzh dan Kitab Catatan Amal, dilengkapi dengan dalil, fungsi masing-masing, serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim.


Apa Itu Lauhul Mahfuzh?

Lauhul Mahfuzh adalah kitab catatan yang berada di sisi Allah, yang berisi seluruh ketetapan dan pengetahuan Allah tentang segala sesuatu sejak sebelum alam semesta diciptakan. Dalam istilah lain, Lauhul Mahfuzh sering disebut sebagai “papan catatan tertinggi” atau “papan yang terpelihara”, karena isinya dijaga dan tidak bisa diubah oleh siapa pun.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Buruj: 21-22)

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfuzh.”

Dalam ayat ini, jelas bahwa Al-Qur’an sendiri berasal dari Lauhul Mahfuzh. Ini menunjukkan bahwa catatan di Lauhul Mahfuzh bersifat universal, sempurna, dan abadi.


Apa Itu Kitab Catatan Amal?

Berbeda dari Lauhul Mahfuzh, Kitab Catatan Amal adalah catatan khusus tentang perbuatan setiap manusia, yang ditulis oleh dua malaikat pencatat amal: Raqib dan Atid. Amal baik dan buruk seseorang dicatat secara real-time dalam kitab ini.

Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an:

“Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Infithar: 10-12)

Catatan amal ini nantinya akan diberikan kepada setiap manusia pada Hari Kiamat, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Ada yang menerima kitab amal dari tangan kanan (tanda keberhasilan), dan ada yang menerima dari tangan kiri (tanda kebinasaan), sebagaimana disebut dalam Surah Al-Haqqah dan Surah Al-Insyiqaq.


Perbedaan Utama antara Lauhul Mahfuzh dan Kitab Catatan Amal

Berikut adalah beberapa perbedaan mendasar antara keduanya:

AspekLauhul MahfuzhKitab Catatan Amal
DefinisiKitab yang mencatat segala takdir dan ilmu Allah tentang semestaKitab yang mencatat perbuatan manusia
IsiSegala hal: takdir, ajal, rezeki, bahkan detail semestaHanya amal baik dan buruk manusia
PenulisDitulis langsung oleh kehendak AllahDitulis oleh malaikat Raqib dan Atid
Kapan DitulisSebelum penciptaan langit dan bumiDicatat saat manusia hidup di dunia
Dapat Diubah?Tidak bisa diubahBisa berubah (misalnya dengan taubat, amal baik, dll)
TujuanMenunjukkan ilmu dan kekuasaan AllahSebagai bukti dan pertanggungjawaban di akhirat

Hubungan Antara Keduanya

Meski berbeda fungsi dan sifat, Lauhul Mahfuzh dan Kitab Catatan Amal saling berkaitan. Kitab amal mencatat perbuatan nyata manusia yang kemudian menjadi bagian dari takdir hidupnya, sementara Lauhul Mahfuzh sudah mencatat semua kemungkinan dan peristiwa yang akan terjadi, termasuk isi dari Kitab Catatan Amal.

Dengan kata lain, semua yang tercatat oleh malaikat dalam kitab amal, sudah diketahui dan dicatat sebelumnya dalam Lauhul Mahfuzh. Namun, kita tidak tahu bagaimana takdir kita di dalamnya, sehingga kita tetap diperintahkan untuk berusaha dan bertakwa.


Apakah Kitab Catatan Amal Bisa Diubah?

Kitab Catatan Amal masih bisa berubah, selama seseorang hidup dan melakukan perubahan dalam dirinya. Misalnya:

  • Taubat: Menghapus dosa yang telah tercatat.
  • Sedekah: Bisa menghapus dosa dan memperberat amal baik.
  • Doa dan istighfar: Menjadi sebab Allah menghapus catatan buruk.
  • Hijrah dan amal saleh: Mengubah kehidupan dan akhir seseorang.

Namun semua ini tetap dalam ilmu Allah. Artinya, Allah sudah tahu apakah seseorang akan taubat atau tidak, dan semuanya tercatat di Lauhul Mahfuzh sejak awal. Tapi dari sudut pandang manusia, kita memiliki pilihan dan tanggung jawab moral.


Relevansi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Memahami perbedaan Lauhul Mahfuzh dan Kitab Catatan Amal memiliki dampak besar dalam praktik keagamaan dan kehidupan seorang Muslim:

  1. Menumbuhkan rasa tanggung jawab: Karena tahu bahwa setiap amal akan dicatat dan dihisab.
  2. Menjadi motivasi untuk taubat dan perbaikan diri: Karena catatan amal bisa berubah.
  3. Memperkuat keimanan kepada Allah: Karena kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, bahkan sebelum terjadi.
  4. Mendorong amal shaleh: Setiap perbuatan baik tidak akan sia-sia, karena semuanya tercatat.

Penutup

Lauhul Mahfuzh dan Kitab Catatan Amal adalah dua konsep penting dalam keimanan Islam. Lauhul Mahfuzh mencerminkan ilmu Allah yang absolut, sempurna, dan tidak bisa diubah. Sementara Kitab Catatan Amal adalah dokumen hidup yang mencatat setiap perbuatan manusia dan bisa berubah selama kita masih hidup.

Memahami keduanya bukan hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menguatkan keyakinan dan memperbaiki amal, agar saat kitab amal dibuka di akhirat nanti, isinya menjadi sesuatu yang membanggakan di hadapan Allah.

Continue Reading

Ruang Sujud

Mengenal Lauhul Mahfuzh: Kitab Ilahi yang Menyimpan Segala Rahasia Alam

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Dalam ajaran Islam, ada banyak hal yang berada di luar jangkauan pancaindra manusia. Salah satunya adalah Lauhul Mahfuzh, sebuah konsep metafisik yang diyakini sebagai tempat tercatatnya segala ketentuan, rahasia, dan takdir kehidupan makhluk ciptaan Allah. Meskipun tidak bisa dilihat oleh mata manusia, keimanan terhadap keberadaan Lauhul Mahfuzh menjadi bagian penting dalam memahami keesaan dan kesempurnaan ilmu Allah.

Lalu, apa itu Lauhul Mahfuzh sebenarnya? Apa saja yang tertulis di dalamnya? Dan bagaimana relevansinya dalam kehidupan manusia? Mari kita bahas secara lengkap.


Pengertian Lauhul Mahfuzh

Lauhul Mahfuzh berasal dari dua kata Arab: lauh yang berarti “papan” atau “lembaran”, dan mahfuzh yang berarti “terpelihara”. Jadi, secara harfiah Lauhul Mahfuzh berarti “papan yang terpelihara”. Dalam konteks teologi Islam, istilah ini merujuk pada sebuah kitab catatan di sisi Allah yang mencakup segala ilmu dan ketetapan sejak sebelum penciptaan alam semesta.

Lauhul Mahfuzh bukan sembarang catatan, melainkan pusat data ilahiah yang merekam segala sesuatu — dari penciptaan langit dan bumi, rezeki makhluk, ajal, musibah, hingga hal-hal yang tampaknya sepele seperti jatuhnya daun dari pohon. Semuanya tertulis secara rinci.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
(QS. Al-Hijr: 21)

“Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya.”
(QS. Al-Hadid: 22)


Isi Lauhul Mahfuzh: Apa Saja yang Tertulis?

Ulama menjelaskan bahwa Lauhul Mahfuzh memuat segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi. Berikut beberapa contoh hal-hal yang tertulis di dalamnya:

  1. Takdir setiap makhluk Mulai dari kapan dan di mana manusia dilahirkan, siapa orang tuanya, berapa lama hidupnya, hingga bagaimana ia meninggal.
  2. Rezeki dan jodoh Setiap bentuk pemberian yang diterima manusia, termasuk makanan, pekerjaan, pasangan hidup, dan anak-anak.
  3. Musibah dan cobaan Bencana alam, sakit, kecelakaan, dan ujian lainnya sudah tercatat sejak lama.
  4. Amal perbuatan Meskipun setiap manusia memiliki kitab amal yang ditulis oleh malaikat, Allah sudah mengetahui terlebih dahulu isi amal tersebut dan mencatatnya di Lauhul Mahfuzh.
  5. Akhir kehidupan dan nasib di akhirat Siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka, semuanya telah diketahui Allah dan tercatat dalam kitab ini.

Apakah Takdir dalam Lauhul Mahfuzh Bisa Diubah?

Salah satu pertanyaan besar yang sering muncul adalah: Jika semua sudah tercatat, apakah manusia masih punya pilihan? Jawabannya ada dalam pemahaman terhadap ilmu Allah dan jenis takdir.

Ulama membedakan takdir menjadi dua:

  • Takdir Mubram: Takdir yang pasti dan tidak bisa diubah. Ini termasuk dalam Lauhul Mahfuzh. Contohnya: kematian, waktu kiamat, dan lain-lain.
  • Takdir Muallaq: Takdir yang bergantung pada usaha dan doa. Contohnya: kesembuhan dari penyakit jika berobat dan berdoa.

Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada yang bisa menolak takdir selain doa.”
(HR. Tirmidzi)

Artinya, meskipun semuanya sudah tertulis di sisi Allah, manusia tetap memiliki tanggung jawab atas pilihannya di dunia ini. Allah Maha Mengetahui, tapi manusia tetap diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. Perubahan yang terjadi bukan karena Allah mengubah pendapat-Nya, tapi karena semua kemungkinan sudah dicatat di Lauhul Mahfuzh sejak awal.


Fungsi Lauhul Mahfuzh dalam Keimanan

Keberadaan Lauhul Mahfuzh mengajarkan banyak hal dalam kehidupan spiritual seorang Muslim. Berikut beberapa fungsi pentingnya:

  1. Menguatkan keimanan pada takdir
    Meyakini bahwa Allah telah mencatat segalanya menjadikan kita lebih yakin bahwa hidup ini berada dalam kendali-Nya.
  2. Memberi ketenangan hati
    Apapun yang terjadi, baik maupun buruk, sudah menjadi ketetapan Allah yang pasti ada hikmahnya.
  3. Mendorong amal saleh dan taubat
    Meskipun semuanya telah ditulis, kita tetap diperintahkan untuk berbuat baik, karena amal adalah bagian dari ketetapan itu sendiri.
  4. Menumbuhkan rasa tawakal
    Setelah berusaha, kita berserah diri kepada Allah, karena hanya Dia yang mengetahui hasil akhirnya.

Pelajaran Hidup dari Lauhul Mahfuzh

  • Jangan terlalu khawatir tentang masa depan. Jika kita yakin semua telah Allah atur, maka tugas kita adalah menjalani hari ini sebaik-baiknya.
  • Jangan sombong atas pencapaian. Keberhasilan adalah bagian dari takdir, maka tetaplah rendah hati.
  • Teruslah berdoa dan berusaha. Karena doa dan ikhtiar bisa menjadi sebab perubahan dalam jalan hidup kita.

Penutup

Lauhul Mahfuzh bukan sekadar kitab catatan, melainkan manifestasi dari ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas. Di dalamnya, tertulis segala rahasia semesta dan kehidupan manusia. Meskipun tidak bisa diakses oleh makhluk, keberadaannya menjadi pilar penting dalam akidah Islam.

Dengan memahami konsep ini, seorang Muslim dapat menyeimbangkan antara keyakinan terhadap takdir dan semangat untuk berusaha, karena keduanya tidak bertentangan. Justru, di sanalah letak keindahan Islam: semua sudah tertulis, tapi kita tetap diminta untuk memilih dan berjuang.

Continue Reading

Ruang Sujud

Nyai Ahmad Dahlan: Pelopor Pendidikan Perempuan dalam Islam

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Di balik nama besar pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, tersimpan sosok wanita luar biasa yang turut memainkan peran penting dalam perjalanan dakwah dan pendidikan umat, yakni Nyai Ahmad Dahlan. Ia bukan hanya pendamping setia, tetapi juga seorang pemimpin yang visioner, terutama dalam menggerakkan kesadaran pendidikan perempuan dalam masyarakat Muslim Indonesia pada awal abad ke-20.

Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1872. Ia berasal dari keluarga ulama terpandang, di mana ayahnya, KH Fadhil, adalah seorang penghulu keraton yang dihormati. Dari kecil, Siti Walidah mendapatkan pendidikan agama yang kuat, mencakup Al-Qur’an, fikih, tauhid, dan tasawuf, sesuai dengan tradisi pesantren keluarga pada masa itu. Namun, berbeda dengan kebanyakan perempuan di zamannya, ia tumbuh dengan kesadaran kritis akan pentingnya ilmu dan kemajuan umat.

Ketika menikah dengan KH Ahmad Dahlan, Siti Walidah tidak hanya menjadi istri, melainkan mitra sejati dalam perjuangan. Ia aktif membantu suaminya dalam mengembangkan Muhammadiyah, terutama dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Pada masa itu, perempuan masih dianggap terbatas ruang geraknya, lebih banyak dibebani urusan domestik tanpa akses luas terhadap pendidikan. Nyai Ahmad Dahlan memandang kondisi ini sebagai tantangan besar yang harus diubah demi kemajuan umat Islam.

Dalam perjalanannya, Nyai Ahmad Dahlan menyadari bahwa kebangkitan bangsa tak akan tercapai tanpa mencerdaskan kaum perempuan. Sebab perempuanlah yang menjadi pendidik pertama dalam keluarga, membentuk karakter generasi masa depan. Dengan semangat ini, ia kemudian mendirikan Sopo Tresno, sebuah kelompok pengajian yang khusus membahas ilmu agama dan isu-isu sosial bagi perempuan. Kelompok ini menjadi embrio dari gerakan besar yang kemudian dikenal sebagai Aisyiyah.

Aisyiyah didirikan pada tahun 1917 sebagai bagian dari Muhammadiyah, dengan tujuan utama meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui pendidikan, dakwah, dan amal sosial. Di bawah kepemimpinan Nyai Ahmad Dahlan, Aisyiyah bukan hanya mengajarkan agama, tapi juga keterampilan praktis, seperti membaca, menulis, menjahit, hingga pengelolaan rumah tangga berbasis nilai Islam. Ini merupakan langkah revolusioner pada zamannya, ketika akses perempuan terhadap pendidikan sangat minim.

Dengan Aisyiyah, Nyai Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa Islam tidak pernah membatasi perempuan untuk belajar dan berperan aktif dalam masyarakat. Sebaliknya, Islam justru mendorong umatnya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu dan mengabdikan diri pada kebaikan sosial. Pandangan ini membedakan Aisyiyah dari banyak organisasi perempuan lainnya pada masa itu, karena menempatkan pendidikan dan dakwah sebagai pusat gerakan.

Nyai Ahmad Dahlan juga memimpin pelaksanaan program sosial untuk membantu kaum dhuafa, termasuk mendirikan sekolah-sekolah putri dan panti asuhan. Ia tak segan turun langsung ke lapangan, mendampingi anak-anak yatim, perempuan miskin, dan masyarakat yang terpinggirkan. Sikap egaliternya yang rendah hati membuatnya dicintai banyak kalangan, dari rakyat kecil hingga kaum bangsawan.

Dalam perjuangannya, Nyai Ahmad Dahlan menghadapi berbagai tantangan berat, mulai dari cibiran, tekanan budaya patriarki, hingga kesulitan finansial. Namun dengan tekad kuat dan keikhlasan, ia mampu membuktikan bahwa perubahan sosial berbasis nilai-nilai Islam adalah sesuatu yang mungkin diwujudkan. Aisyiyah pun terus berkembang, menjadi organisasi perempuan Islam terbesar di Indonesia yang hingga kini tetap aktif dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan advokasi sosial.

Setelah KH Ahmad Dahlan wafat pada 1923, Nyai Ahmad Dahlan tidak surut semangatnya. Ia justru semakin aktif membesarkan Aisyiyah dan melanjutkan misi dakwah sang suami. Ia memimpin Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 di Yogyakarta, sebuah tonggak sejarah dalam pergerakan perempuan nasional. Dalam forum tersebut, ia mendorong persatuan perempuan dari berbagai latar belakang untuk memperjuangkan hak-hak pendidikan, sosial, dan kebangsaan.

Nyai Ahmad Dahlan wafat pada 31 Mei 1946 di Yogyakarta, di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari agresi militer Belanda. Atas dedikasi dan perjuangannya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Nyai Ahmad Dahlan pada tahun 1971. Ia menjadi simbol perempuan Muslim Indonesia yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan semangat pembebasan dan kemajuan sosial.

Warisan perjuangan Nyai Ahmad Dahlan masih terasa hingga kini. Aisyiyah, yang ia dirikan dan besarkan, tetap menjadi kekuatan besar dalam pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan perempuan di Indonesia. Sekolah-sekolah Aisyiyah, rumah sakit, dan lembaga sosial yang tersebar di seluruh Nusantara adalah bukti nyata bahwa perjuangan pendidikan perempuan berbasis Islam tidak pernah padam.

Nyai Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa perempuan Muslim tidak hanya berhak untuk belajar, tetapi juga wajib untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Ia adalah pelopor yang membuktikan bahwa iman, ilmu, dan amal dapat berpadu dalam mewujudkan perubahan besar. Di tengah tantangan zaman modern, semangat Nyai Ahmad Dahlan tetap menjadi inspirasi untuk terus memperjuangkan pendidikan, kesetaraan, dan kemajuan perempuan dalam kerangka nilai-nilai Islam.

Continue Reading

Ruang Sujud

Hj. Rasuna Said: Sang Singa Betina dari Minangkabau

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Di tengah gelora perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan, banyak sosok wanita tangguh yang turut mengambil peran penting. Salah satu di antaranya adalah Hajjah Rasuna Said, pejuang perempuan asal Minangkabau yang dikenal karena keberaniannya berpidato lantang menuntut keadilan. Ia dijuluki sebagai “Singa Betina dari Minangkabau” karena semangat perjuangannya yang menggelegar, penuh keberanian, dan tak kenal takut, terutama dalam membela hak-hak rakyat Indonesia, termasuk hak perempuan.

Hj. Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, Agam, Sumatera Barat. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menghargai pendidikan dan nilai-nilai Islam. Sejak kecil, Rasuna Said sudah menunjukkan kecerdasannya, tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam memahami kondisi sosial masyarakat sekitarnya. Pendidikan dasarnya ia tempuh di pesantren, di mana ia mempelajari Al-Qur’an, ilmu agama, serta memperdalam wawasan kebangsaan.

Masuk usia remaja, Rasuna Said semakin peka terhadap ketidakadilan yang dialami rakyat pribumi di bawah penjajahan Belanda. Ia menyadari betapa pentingnya peran pendidikan dalam mengangkat martabat bangsa, terutama bagi kaum perempuan yang saat itu banyak terpinggirkan. Berbekal semangat perubahan, Rasuna terlibat dalam organisasi pendidikan dan sosial, lalu bergabung dengan organisasi politik seperti Sarekat Rakyat dan Partai Islam Indonesia (PII).

Melalui pidato-pidatonya, Rasuna Said berani mengecam keras praktik penjajahan Belanda dan menyerukan pentingnya kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Pidato-pidatonya begitu tajam, berapi-api, dan menginspirasi banyak orang, terutama kaum muda, untuk berani bangkit melawan ketidakadilan. Salah satu momen bersejarah adalah saat ia berpidato di depan umum pada 1932 di Padang, di mana ia mengkritik habis-habisan kebijakan diskriminatif Belanda terhadap pribumi.

Namun keberanian Rasuna Said tidak tanpa risiko. Akibat pidatonya yang dianggap membahayakan ketertiban kolonial, ia dijebloskan ke penjara pada tahun 1932 di Semarang. Saat diadili, Rasuna tetap tegas mempertahankan prinsipnya bahwa perjuangan melawan penjajahan adalah kewajiban moral dan nasional. Ia menjadi salah satu perempuan pertama di Indonesia yang dipenjara karena aktivitas politik, membuktikan bahwa perjuangan bukan hanya milik kaum lelaki.

Meski sempat dipenjara, semangat Rasuna tidak pernah surut. Setelah bebas, ia kembali aktif dalam dunia pendidikan dan politik. Ia mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan, memberikan akses belajar bagi anak-anak yang selama ini terpinggirkan. Baginya, pendidikan adalah senjata utama untuk membebaskan bangsa dari belenggu ketertinggalan dan ketidakadilan. Ia juga aktif dalam organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI), yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur politik dan sosial.

Tidak hanya berjuang dalam lingkup daerah, Rasuna Said juga berperan besar di kancah nasional. Setelah kemerdekaan Indonesia, ia dipercaya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan kemudian duduk di Dewan Pertimbangan Agung. Dalam posisi ini, Rasuna tetap membawa suara rakyat kecil dan perempuan, memperjuangkan keadilan sosial serta hak-hak perempuan di tengah perubahan besar bangsa Indonesia.

Keislaman Rasuna Said sangat kental dalam setiap perjuangannya. Ia percaya bahwa nilai-nilai Islam menuntut keadilan, persamaan hak, dan penghormatan terhadap perempuan. Rasuna memadukan semangat nasionalisme dengan nilai keislaman, membuktikan bahwa menjadi Muslim yang taat sekaligus pejuang kemerdekaan adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Hj. Rasuna Said wafat pada 2 November 1965 di Jakarta. Meski raganya telah tiada, semangat perjuangan dan keteguhannya tetap hidup di hati bangsa Indonesia. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menetapkan Hj. Rasuna Said sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1974. Namanya pun diabadikan menjadi nama salah satu jalan protokol penting di Jakarta, yaitu Jalan H.R. Rasuna Said di kawasan Kuningan.

Hj. Rasuna Said mengajarkan kita bahwa keberanian dan keteguhan prinsip tidak mengenal jenis kelamin. Ia membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin, pendidik, dan pejuang yang tak kalah gagah dari laki-laki. Ia juga menunjukkan bahwa Islam, ketika dipahami dengan benar, mendorong umatnya untuk aktif dalam memperjuangkan keadilan dan kebaikan di muka bumi.

Semangat Rasuna Said tetap relevan hingga kini, di tengah perjuangan panjang bangsa ini untuk mencapai keadilan sosial, pendidikan yang merata, dan penghargaan terhadap perempuan. Dalam setiap langkah perubahan yang kita lakukan hari ini, ada jejak semangat Rasuna yang menuntun kita untuk terus berani bersuara, berjuang, dan berbakti untuk negeri.

Sebagaimana Rasuna pernah berkata, “Selama rakyat masih menderita, perjuangan kita belum selesai.” Sebuah pesan yang akan terus bergema, selama keadilan dan kemerdekaan sejati belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh anak bangsa.

Continue Reading

Ruang Sujud

R.A. Kartini: Pejuang Emansipasi Perempuan Muslim

Ahmad Munawir

Published

on

Monitorday.com – Raden Ajeng Kartini adalah salah satu sosok paling berpengaruh dalam sejarah bangsa Indonesia, terutama dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Dilahirkan pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, Kartini lahir dari keluarga bangsawan Jawa yang memegang teguh tradisi. Meski hidup dalam lingkungan yang konservatif, Kartini sejak kecil sudah menunjukkan ketertarikan besar pada dunia pendidikan, keadilan, dan kemajuan perempuan.

Sebagai anak seorang Bupati Jepara, Kartini mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah elit untuk anak-anak Belanda dan bangsawan pribumi. Di sinilah ia mulai belajar bahasa Belanda dan membuka cakrawala pikirannya terhadap dunia luar. Namun, ketika usianya menginjak 12 tahun, seperti kebiasaan adat Jawa saat itu, Kartini harus menjalani masa “dipingit” — dikurung di rumah hingga tiba waktunya dinikahkan. Pengalaman inilah yang kemudian membentuk keprihatinan mendalam dalam diri Kartini terhadap nasib perempuan pribumi yang terpinggirkan.

Dalam keterbatasannya, Kartini tidak menyerah. Ia mengisi waktunya dengan membaca buku, majalah, dan surat kabar berbahasa Belanda yang memberinya banyak wawasan baru tentang ide-ide kebebasan, kesetaraan, dan pendidikan. Ia juga mulai menjalin korespondensi dengan teman-temannya di Belanda, salah satunya Rosa Abendanon, yang kemudian menjadi jembatan penting dalam menyuarakan gagasannya ke dunia luar.

Dalam surat-suratnya, yang kelak dibukukan dalam “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang), Kartini menyampaikan keresahannya tentang ketidakadilan yang dialami perempuan, pentingnya pendidikan bagi kaum wanita, serta keinginannya untuk melihat Islam menjadi agama yang memajukan umat, bukan malah membelenggu. Kartini percaya bahwa nilai-nilai Islam sejati, yang mengajarkan keadilan, penghormatan terhadap perempuan, dan keutamaan ilmu, sangat sesuai dengan perjuangannya.

Pandangan Kartini terhadap Islam sangat menarik. Ia mengkritik praktik-praktik budaya yang mengatasnamakan agama, padahal sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Islam yang hakiki. Bagi Kartini, Islam seharusnya menjadi kekuatan pencerahan, bukan kekangan. Ia bermimpi melihat perempuan Muslim di Indonesia bebas menuntut ilmu, berkontribusi untuk masyarakat, dan tetap menjaga identitas keimanannya.

Semangat Kartini untuk mengangkat derajat perempuan terlihat nyata saat ia berusaha mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan pribumi. Setelah menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati Rembang, ia mendapatkan kesempatan lebih luas untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan dukungan suaminya, Kartini mendirikan Sekolah Kartini di Rembang, yang fokus memberikan pendidikan dasar bagi perempuan, termasuk keterampilan rumah tangga dan membaca menulis.

Sayangnya, perjuangan Kartini tidak berlangsung lama. Ia wafat pada 17 September 1904, dalam usia yang sangat muda, 25 tahun, beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya. Meski singkat, hidup Kartini telah menyalakan obor perubahan yang terus menyala hingga hari ini. Semangat dan pemikirannya menginspirasi lahirnya banyak gerakan perempuan dan menjadi salah satu fondasi penting dalam perkembangan pendidikan dan hak asasi wanita di Indonesia.

Pada tahun 1964, Presiden Soekarno menetapkan tanggal lahir Kartini, 21 April, sebagai Hari Kartini, untuk menghormati jasa-jasanya memperjuangkan emansipasi perempuan. Setiap tahun, peringatan Hari Kartini tidak hanya mengenang sosoknya sebagai pahlawan nasional, tetapi juga sebagai simbol penting perjuangan kaum perempuan Indonesia, terutama perempuan Muslim, untuk mendapatkan hak-haknya secara adil.

Perjuangan Kartini sesungguhnya bukan sekadar soal kebebasan tanpa batas. Ia membayangkan perempuan Muslim yang terdidik, berpengetahuan luas, mandiri secara intelektual, namun tetap menjaga nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa. Ini menjadi pesan penting yang relevan hingga sekarang, di mana perempuan Indonesia terus bergerak maju di berbagai bidang, tanpa melupakan identitas diri sebagai Muslimah yang berdaya.

Semangat Kartini seolah berbisik kepada generasi sekarang: bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk memperbaiki keadaan, bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk bermimpi dan berkontribusi, dan bahwa nilai-nilai Islam yang murni adalah kekuatan untuk kemajuan, bukan penghambat.

Kini, berkat perjuangan Kartini dan banyak perempuan lainnya yang mengikuti jejaknya, perempuan Indonesia menikmati hak-hak yang lebih luas — mengenyam pendidikan tinggi, berkiprah di dunia profesional, politik, sosial, bahkan menjadi pemimpin bangsa. Namun, perjuangan itu belum selesai. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan setiap perempuan di pelosok negeri ini mendapatkan kesempatan yang sama, tanpa diskriminasi.

Di tengah era globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini, semangat Kartini justru semakin relevan. Kita diingatkan untuk terus belajar, memperjuangkan keadilan, dan menjaga keseimbangan antara kemajuan dan nilai-nilai spiritual. Seperti yang pernah ditulis Kartini dalam salah satu suratnya, “Semoga Tuhan mengizinkan agar kami mampu mengangkat bangsa kami, bangsa Indonesia, dari jurang kehinaan.”

R.A. Kartini telah menanamkan benih perubahan itu, dan tugas kitalah untuk terus menumbuhkannya.

Continue Reading

Monitor Saham BUMN



Ruang Sujud7 minutes ago

Ghaddul Bashar: Menjaga Pandangan, Menjaga Hati dalam Islam

News1 hour ago

Mendikdasmen Paparkan Langkah Konkret Program Pendidikan Bermutu untuk Semua

Ruang Sujud4 hours ago

Pandangan yang Terjaga: Hikmah dan Manfaat Ghaddul Bashar bagi Kehidupan Sehari-hari

News6 hours ago

KH. Ma’ruf Amin Ajak MUI Kuatkan Komitmen Keummatan dan Kebangsaan

Ruang Sujud9 hours ago

Ghaddul Bashar dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis: Panduan Etika Visual Muslim

News10 hours ago

Makkah Route, Solusi Cerdas Haji Lancar

News10 hours ago

Evaluasi Kemacetan Pelabuhan Tanjung Priok

News10 hours ago

KAI Daop 8 Surabaya Terapkan ESG untuk Keberlanjutan

News10 hours ago

MUI Luncurkan Piagam Ukhuwah, Apa Isinya?

News10 hours ago

Indonesia Tak Akan Impor Beras Hingga 2026

News11 hours ago

Mendikti Saintek: Kampus Terbuka untuk TNI Selama Ada Kerja Sama Akademik

Sportechment11 hours ago

China Integrasikan Kecerdasan Buatan ke Sistem Pendidikan

News11 hours ago

Perputaran Uang Desa Capai Rp 8 Miliar!

News11 hours ago

Netanyahu Panik! Israel Dilanda Kebakaran Hutan Hebat

News11 hours ago

Tanam Padi Pakai Drone Buat Prabowo Kagum

Sportechment12 hours ago

Tolak Godaan Klub Besar, Cesc Fabregas Pilih Bertahan di Klub Milik Orang Indonesia

Sportechment12 hours ago

Superior di Liga, Tak Berdaya Lawan Milan: Musim Kontras Inter dan Rossoneri

Ruang Sujud12 hours ago

Remaja Muslim dan Tantangan Zaman Digital: Pentingnya Ghaddul Bashar di Era Media Sosial

News22 hours ago

Grand Syaikh Al Azhar Sampaikan Bela Sungkawa Wafatnya Paus

Sportechment23 hours ago

Moeldoko Minta Aksi Premanisme di Pabrik BYD Subang Ditumpas