Monitorday.com – Ekonom senior Chatib Basri mengingatkan bahwa perusahaan financial technology (fintech) harus fokus pada strategi menuju keuntungan seiring dengan prediksi bahwa tingkat suku bunga akan tetap tinggi hingga akhir tahun.
“Karena kemungkinan suku bunga masih tinggi sampai akhir tahun, cost of fund bagi fintech akan mahal. Maka, perusahaan fintech harus menerapkan strategi path to profitability,” kata Chatib di Jakarta, dikutip Sabtu (10/8).
Dia menyoroti kesuksesan India dalam menyebarluaskan teknologi sebagai contoh, dan menilai India memiliki kesamaan dengan Indonesia dari segi populasi, demokrasi yang dinamis, dan tantangan birokrasi.
Chatib, yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) dan mantan Menteri Keuangan, menekankan peran AFPI dalam meningkatkan produktivitas dan inklusi keuangan di Indonesia.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembiayaan fintech peer-to-peer (P2P) lending per Juni 2024 meningkat 26,73 persen year on year (yoy), mencapai Rp66,79 triliun.
Tingkat risiko kredit macet (TWP90) di industri fintech P2P lending juga terjaga di 2,79 persen, menurun dari 2,91 persen pada Mei 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, Agusman, meyakini pertumbuhan tersebut merupakan hasil kerja keras pelaku industri untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.
Dia juga menyebutkan dukungan OJK untuk memperbaiki citra industri fintech, termasuk mengubah persepsi negatif terkait istilah “pinjol.”
Untuk membahas tantangan dan peluang industri fintech, AFPI menggelar “AFPI CEO Forum 2024” di Jakarta pada 6 Agustus.
Forum ini menjadi wadah diskusi bagi pelaku industri fintech, regulator, dan lembaga terkait, dengan fokus pada adaptasi pasar dan pemberantasan pinjaman online ilegal serta peningkatan literasi keuangan masyarakat.