Monitorday.com – Dam adalah denda yang dibayarkan jemaah haji maupun umrah apabila melanggar wajib ibadah.
Ada sejumlah hal yang jadi penyebab membayar dam saat pelaksanaan haji.
Prof Wahbah Az-Zuhaili dalam buku Kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz 3 terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk, menyebut dam juga dikenal sebagai nusuk.
Dalam istilah, dam dapat disebut sebagai hadyu yang merupakan hewan sembelihan seperti kambing.
Jemaah yang melakukan haji tamattu dan haji qiran wajib membayar denda dam nusuk.
Haji tamattu merupakan haji yang didahului umrah, sedangkan haji qiran adalah haji yang niatnya bersamaan dengan umrah.
Muslim yang menunaikan haji tamattu dan qiran wajib menyembelih seekor kambing sebagai dam.
Jika tidak sanggup, jemaah boleh menggantinya dengan berpuasa 10 hari dengan ketentuan tertentu.
Jika tidak mampu juga, muslim boleh berpuasa 3 hari di Makkah dan 7 hari sekembalinya ke Tanah Air.
Dam juga dikenakan bagi muslim yang meninggalkan wajib haji atau umrah.
Contoh pelanggaran wajib haji adalah tidak berihram dari miqat, tidak mabit di Muzdalifah atau Mina, tidak melontar jumrah, dan tidak melakukan tawaf wada.
Pelanggaran ini dikenakan dam dengan menyembelih seekor kambing.
Muslim yang mengerjakan sesuatu yang diharamkan selama ihram juga wajib membayar dam.
Dam untuk pelanggaran ini disebut dam kifarat, dan sanksinya tergantung pada pelanggaran yang dilakukan.
Misalnya, mencukur rambut, memotong kuku, memakai wewangian, memakai pakaian bagi laki-laki, menutup muka, serta memakai sarung tangan bagi perempuan dikenakan sanksi membayar dam seekor kambing.
Jika tidak sanggup, bisa membayar fidyah atau bersedekah kepada enam orang miskin masing-masing setengah sha’ atau berpuasa selama tiga hari.
Membunuh hewan buruan juga dikenakan dam, dengan menyembelih ternak yang sebanding dengan hewan yang dibunuh atau menggantinya dengan makanan pokok seharga binatang tersebut.
Jika tidak mampu, maka harus mengganti dengan puasa.
Bersetubuh dengan istri atau suami baik sebelum tahallul awwal maupun sesudah tahallul awwal mengakibatkan haji tidak sah dan wajib membayar kifarat seekor unta.
Jika tidak sanggup, wajib menyembelih seekor sapi atau tujuh ekor kambing, atau memberi makan fakir miskin seharga unta di Tanah Suci, atau berpuasa dengan hitungan satu hari untuk setiap mud dari harga unta.