Monitorday.com – Bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan tersendiri. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan hari-hari yang istimewa.
Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas r.a. “Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah, daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah,” sabda Rasulullah ﷺ (HR: Bukhari).
Salah satu peristiwa yang sangat penting adalah Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah.
Berpuasa di hari Tarwiyah dan Arafah sangat dianjurkan, khususnya bagi umat Islam yang tidak menjalankan ibadah haji.
Hari Tarwiyah adalah hari ke-8 bulan Dzulhijjah. Hari ke-9 Dzulhijjah dinamakan Hari Arafah.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan melakukan ibadah puasa berupa puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.
Waktu pelaksanaannya yakni tanggal 8 Dzulhijjah untuk Puasa Tarwiyah dan 9 Dzulhijjah untuk Puasa Arafah. Ibnu Qudaman menjelaskan makna asal dari Tarwiyah terkandung dua maksud.
Pertama, jamaah haji setelah memakai pakaian ihram akan menuju ke Mina untuk mabit (bermalam). Sebab, keesokan harinya, mereka akan menuju ke Arafah.
Saat di Mina, para jamaah ini menyiapkan air sebagai bekal yang dibawa untuk berwudhu di Arafah. Mempersiapkan air inilah yang disebut yatarowwaun (يتروون).
Kedua, istilah itu disebut juga Yurowwi (يروي) karena pada malam itu Nabi Ibrahim AS pertama kali mendapat mimpi dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail AS.
Nabi Ibrahim berpikir dan bertanya-tanya, apakah perintah itu datang dari Allah SWT atau dari setan.
Istilah itu disebut juga Yurowwi (يروي) dan itulah salah satu alasan mengapa 8 Dzulhijjah dinamai Hari Tarwiyyah. Hari 8 Dzulhijjah (Tarwiyah) tidak memiliki keutamaan khusus.
Namun ia masuk dalam keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Puasa Tarwiyah dianjurkan bagi yang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji, bahkan beserta tujuh hari sebelumnya, yaitu tanggal 1-7 Dzulhijjah.
Rasululah ﷺ bersabda, “Puasa pada hari Tarwiyah akan menghapuskan (dosa) selama setahun dan puasa pada hari Arafah pula akan menghapuskan (dosa) selama dua tahun.” (HR: Al-Dailami dalam kitab Musnad al-Firdaus).
Para ulama berbeda pandangan dalam menilai hadis ini. Sebahagian menilai status hadis ini dhaif sebagaimana yang dinilai Imam al-Suyuthi dan juga Imam al-Busiri.
Walaupun begitu, sebagian ulama menjadikannya sebagai dalil terhadap kelebihan berpuasa pada hari Tarwiyah.
Sebahagian ulama membenarkan seseorang untuk beramal dengan hadis yang dha’if (lemah) di dalam bab fadhail al-A’mal selama ia tidak berkaitan dengan permasalahan aqidah atau hukum.
Rasulullah ﷺ juga melakukan puasa di sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Para istri Rasulullah ﷺ berkata, “Rasulullah ﷺ berpuasa pada Sembilan hari Bulan Dzul Hijjah.” (HR: Abu Dawud).
Puasa Arafah hanya disunnahkan bagi selain jamaah haji. Hari Arafah disebut sebagai hari yang paling utama (afdlol al ayyam). Puasa Arafah bisa menghapus dosa dua tahun.
Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Qatadah rahimahullah, Rasulullah pernah bersabda, “Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas.” (HR Muslim).