Ketika seseorang meminta bantuan atau mengalami kesulitan, adalah naluri kemanusiaan untuk memberikan bantuan sebisa mungkin. Terutama jika orang tersebut adalah teman dekat atau anggota keluarga yang kita kenal dengan baik. Kita merasa wajar jika ingin membantu mereka semampu kita.
Namun, terkadang, dalam proses meminjamkan uang, masalah bisa timbul. Si peminjam yang semula manis dalam permintaannya bisa berubah sikap saat harus membayar. Ini bisa sangat mengesalkan dan dapat menguji kesabaran kita sampai pada titik di mana kita merasa putus asa.
Kita dapat merasa dilema ketika berhadapan dengan situasi ini. Mengikhlaskan uang yang dipinjamkan bukanlah hal yang mudah, terutama jika jumlahnya besar, apalagi jika kita adalah mahasiswa yang belum memiliki penghasilan tetap. Bagaimana kita bisa tetap sabar saat si peminjam tidak menunjukkan kesungguhan dalam membayar?
Perlu dicari solusi untuk mengatasi masalah ini. Perhutangan bukanlah masalah sederhana, dan sebaiknya kita berpikir dua atau bahkan tiga kali sebelum memberikan pinjaman. Jika jumlahnya cukup besar, tidak ada salahnya membuat perjanjian tertulis yang jelas. Kita tidak bisa meramalkan risiko yang mungkin timbul di masa depan.
Bagi mereka yang meminjam, sangat penting untuk mematuhi perjanjian yang telah dibuat. Jangan membuat janji palsu di awal, karena ini dapat merusak hubungan dan membuat orang enggan membantu di masa mendatang.
Jika memang tidak mampu membayar sesuai perjanjian, sebaiknya berkomunikasi dengan baik kepada pemberi pinjaman. Berbicaralah dengan jujur dan katakan bahwa kamu membutuhkan lebih banyak waktu. Ini akan memungkinkan pemberi pinjaman untuk lebih memahami situasi kamu. Gunakan etika yang baik dalam berurusan dengan masalah seputar hutang ini.
Semoga kita dapat menghindari menjadi pemberi pinjaman yang galak saat menagih hutang, dan sebaliknya, tidak menjadi beban dalam kehidupan orang lain. Mari menjaga hubungan kita dengan baik dalam situasi sulit seperti ini, dan semoga semuanya berjalan dengan lancar.