Monitorday.com – Belakangan ini, calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto mendapat julukan ‘gemoy’ dari publik. Julukan ini datang dari warganet di media sosial, salah satunya karena Ketua Umum Partai Gerindra ini kerap tersorot kamera sedang berjoget. Bahkan Jogetannya kerap dilakukan untuk menanggapi kabar yang menyudutkannya.
Ternyata julukan gemoy ini dinilai berdampak positif bagi Prabowo sendiri secara elektoral. Pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI), Denny Januar Ali atau Denny JA, mengatakan, elektabilitas Prabowo semakin meningkat di kalangan anak muda, sejak julukan gemoy ini semakin populer.
“Saya pun mencoba mencari di Google apa arti kata gemoy itu. Gemoy itu artinya adalah menggemaskan. Lalu dalam survei LSI yang baru selesai bulan November ini menunjukkan adanya peningkatan dukungan kepada Prabowo dari kalangan milenial,” kata Denny, dalam unggahan di instagram pribadinya, dilihat Jumat (17/11).
“Di bulan Oktober 2023, di kalangan milenial sebanyak 36,9% yang mendukung Prabowo. Sejalan dengan semakin populernya isilah gemoy ini, sekarang ini dari kalangan milenial yang mendukung Prabowo sebanyak 41,6%,” jelasnya.
Menurut Denny, ada 3 hal yang membuat julukan gemoy ini memberikan efek elektoral yang kuat kepada Prabowo. Pertama, kata gemoy memberikan citra baru kepada Prabowo, yang dianggap sebagai tokoh yang sekarang lebih rileks, penuh humor, bahkan ketika menanggapi hal-hal yang menyerang pribadinya.
“Ini sangat berbeda dengan citra yang ada dimasa silam, yang dianggap sangat tegang dan emosional. Itu citra yang kata Prabowo, ia dua kali sudah dikalahkan di Pemilu Presiden karena itu ia mengubah penampilannya menjadi lebih rileks dan menjadi lebih humoris. Ini bagus buat dia,” jelas Denny.
Kedua, kata gemoy ini sangat populer di kalangan milenial dan gen z, karena kata tersebut merupakan salah satu yang kerap dipakai oleh anak-anak muda, terutama di media sosial.
“Saya melihat di Google, ini salah satu bentuk kata yang baru, terutama di kalangan TikTokers. Kata yang dibuatkan untuk mereka yang dianggap menggemaskan, untuk mereka yang dianggap lucu. Dan ini kata yang diberikan kepada orang-orang yang mereka suka, kepada mereka yang disayangi,” jelasnya.
Ketiga, kata gemoy ini kemudian dilekatkan ke Prabowo kemana pun ia pergi. Baik oleh para relawan maupun simpatisan pendukung capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) ini.
“Banyak sekali respon relawan, respon dari yang hadir, meneriakkan kata gemoy dengan berbagai redaksi yang berbeda. Salah satunya yang populer sekarang ini adalah menyatakan ‘apakah boleh presiden segemoy ini’,” kata Denny.
“Pilpres masih 3 bulan lagi. Ini menguntungkan bagi Prabowo jika ia tetap menampilkan citranya yang gemoy itu, karena ternyata memang kata gemoy ini memberikan efek elektoral yang bagus padanya,” tandasnya.