Monitorday.com – Dalam kehidupan ini, sering kali kita mendengar kisah-kisah luar biasa yang seolah tidak bisa dijelaskan oleh logika manusia. Misalnya, seseorang yang seharusnya mengalami kecelakaan fatal, namun tiba-tiba selamat tanpa luka sedikit pun. Atau orang yang dalam kondisi kepepet tiba-tiba mendapat pertolongan yang datang entah dari mana. Dalam Islam, fenomena seperti ini dikenal dengan istilah ma’unah—sebuah bentuk pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.
Apa Itu Ma’unah?
Secara bahasa, ma’unah berasal dari kata ‘aana–yu’iinu–ma’unatan yang berarti bantuan atau pertolongan. Dalam istilah syariat, ma’unah adalah bantuan Allah yang diberikan kepada seseorang secara luar biasa, tetapi tidak sampai ke tingkat mukjizat atau karomah. Ma’unah bisa terjadi pada orang biasa yang shalih, dan bukan merupakan sesuatu yang bisa diminta atau dilatih.
Ma’unah berbeda dari mukjizat yang hanya diberikan kepada para nabi, dan juga berbeda dari karomah yang diberikan kepada para wali. Jika mukjizat bertujuan untuk membuktikan kenabian dan karomah sebagai bentuk kemuliaan para wali, maka ma’unah hadir sebagai bentuk rahmat Allah kepada orang-orang beriman dalam situasi tertentu.
Ciri-Ciri Ma’unah
Ma’unah memiliki beberapa ciri khas:
1. Terjadi secara spontan tanpa perencanaan.
2. Tidak bertentangan dengan syariat.
3. Menjadi sarana pertolongan dalam situasi genting.
4. Tidak digunakan untuk pamer atau mencari pengakuan.
Contoh sederhananya, seseorang yang terhindar dari marabahaya secara ajaib, seperti selamat dari runtuhan bangunan tanpa sebab logis. Bisa juga berupa kecerdasan luar biasa yang muncul tiba-tiba saat dibutuhkan, seperti kemampuan menjawab persoalan rumit padahal tidak pernah mempelajarinya sebelumnya.
Kisah Ma’unah dalam Sejarah Islam
Sejarah Islam menyimpan banyak kisah tentang ma’unah. Salah satu contoh terkenal adalah dalam Perang Badar, ketika kaum Muslimin yang jumlahnya hanya 313 orang mampu mengalahkan pasukan Quraisy yang jumlahnya lebih dari 1.000. Dalam Al-Qur’an, Allah menurunkan malaikat-malaikat untuk membantu kaum Muslim (QS Al-Anfal: 9–10). Meskipun malaikat turun sebagai bentuk mukjizat bagi Nabi Muhammad ﷺ, namun bagi para sahabat yang ikut berperang, kejadian itu juga merupakan bentuk ma’unah.
Dalam kehidupan modern pun, banyak cerita serupa. Misalnya, kisah para pejuang kemerdekaan Indonesia yang selamat dari serangan Belanda padahal tidak mengenakan pelindung, atau kisah santri yang lolos dari bahaya banjir secara ajaib. Masyarakat kita mengenal istilah “keajaiban” yang sejatinya adalah bentuk dari ma’unah ini.
Ma’unah dalam Kehidupan Kita
Ma’unah bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, selama ia memenuhi syarat-syarat keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Artinya, ma’unah tidak eksklusif hanya untuk orang yang dianggap wali atau tokoh besar. Kita semua, jika menjaga iman dan amal saleh, bisa mengalami ma’unah dalam bentuknya masing-masing.
Namun, penting untuk diingat bahwa ma’unah bukan tujuan yang dikejar. Kita tidak boleh beribadah agar mendapatkan ma’unah. Ia adalah efek samping dari keikhlasan, ketulusan, dan keyakinan total kepada pertolongan Allah. Dalam QS At-Talaq ayat 2–3, Allah berjanji:
> “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Janji Allah ini adalah bentuk ma’unah yang nyata: jalan keluar yang datang dari arah yang tak disangka.
Penutup: Menjaga Iman, Menjemput Ma’unah
Ma’unah adalah tanda bahwa pertolongan Allah selalu dekat, bahkan ketika manusia merasa semuanya sudah tertutup. Di balik batas logika dan kemampuan, ada tangan Allah yang selalu siap membantu hamba-Nya yang berserah diri. Kita hanya perlu terus berikhtiar, menjaga iman, dan yakin bahwa keajaiban bisa datang kapan saja. Karena sejatinya, setiap langkah dalam hidup ini tidak pernah lepas dari kasih sayang dan pertolongan-Nya.