Monitorday.com – Pada hari Kamis, 5 September 2024, suasana di Ruang 706 lantai 7 Gedung Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta dipenuhi dengan antusiasme dan rasa ingin tahu oleh Mahasiswa S3 Program Studi Linguistik Terapan. Mereka pun terlihat semangat dan menunggu kehadiran Dr. Ifan Iskandar, S.Pd., PG Dipl. in TESOL, M. Hum, yang dijadwalkan untuk memberikan kuliah Kajian Mutakhir Linguistik Terapan.
Dr. Ifan, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor 1 UNJ, dikenal luas di kalangan akademisi dan mahasiswa karena kepakarannya dalam bidang linguistik terapan dan TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages).
Ketertarikan mahasiswa terhadap sosok Dr. Ifan tidak lepas dari reputasinya yang cemerlang sebagai seorang dosen dan pemimpin di universitas. Banyak di antara mereka yang mengungkapkan kekaguman terhadap kemampuan Dr. Ifan dalam menyampaikan materi kuliah dengan cara yang mendalam dan informatif. Mereka juga mengakui bahwa Dr. Ifan dikenal sebagai dosen yang adil dalam memberikan nilai dan selalu berusaha memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada para mahasiswanya.
Paparannya yang mendalam dalam bidang linguistik terapan tidak hanya mencerminkan kepiawaiannya sebagai akademisi, tetapi juga menegaskan komitmennya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa mahasiswa merasa antusias dan penuh harapan saat menantikan kesempatan untuk mendengarkan langsung presentasi atau kuliah dari Dr. Ifan.
Sementara itu, kehadiran Dr. Ifan sebagai Wakil Rektor 1 UNJ juga menambah daya tariknya di mata mahasiswa. Jabatan tersebut menunjukkan bahwa Dr. Ifan tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai salah satu pengambil keputusan penting di universitas.
Di tengah suasana yang penuh harapan ini, tampak jelas bahwa mahasiswa tidak hanya ingin mendapatkan wawasan baru dari Dr. Ifan, tetapi juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan seorang tokoh akademis yang mereka anggap sebagai sumber inspirasi dan motivasi. Dengan segala prestasi dan pengalamannya, Dr. Ifan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembelajaran dan pengembangan intelektual mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, sosok yang dinanti-nanti itu pun tiba. Pada pertemuan pertama kelas Kajian Mutakhir Linguistik Terapan pada program S3 Linguistik Terapan, Dr. Ifan memulai dengan menyuguhkan berbagai pertanyaan yang memprovokasi pemikiran tentang urgensi mempelajari kajian ini dalam konteks kondisi saat ini.
Saya pun mulai menebak, pertanyaan pertama Dr. Ifan pasti soal tujuan mengambil S3. Asumsi itu ternyata benar, Ia langsung mengambil marker dan menanyakan pertanyaan ” tujuan ambil S3 ini apa?, ia dengan cermat mendengar setiap jawaban para mahasiswa. Hasilnya, luar biasa, dalam amatan Dr. Ifan, jawaban mahasiswa ternyata sangat normative alias sangat biasa karena baru sebatas jawaban yang epistimologis seperti pengembangan pengetahuan mendalam, berkontribusi pada pengembangan teori, metode, atau pemahaman baru dalam disiplin ilmu. Apalagi hanya sebagai syarat untuk posisi akademik atau jabatan tertentu.
Namun, Dr. Ifan menghendaki mahasiswa membuka cakrawala berfikir dengan jawaban-jawaban secara aksiologis agar pasca lulus dari S3 UNJ, bisab berkontribusi yang lebih besar bagi masyarakat, memecahkan masalah sosial, kesehatan, lingkungan, atau ekonomi yang memiliki dampak langsung pada kehidupan orang banyak. Selain pencapaian akademis, program doktor juga sejatinya meningkatkan keterampilan kepemimpinan, keterampilan analitis, dan kemampuan berpikir kritis yang dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks profesional dan pribadi.
Lebih penting lagi, Dr. Ifan meluruskan niat setiap mahasiswa agar menjadi hamba terbaik atau “khairunnas”, sebuah nasihat yang penuh makna. Dalam Islam, menjadi “hamba terbaik” berarti menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab terhadap Allah SWT, serta memperlakukan sesama manusia dengan kebaikan dan keadilan.
Lalu, Dr. Ifan pun mengajak mahasiswa berpikir lebih mendalam mengenai relevansi dan aplikasi linguistik terapan dalam menghadapi tantangan-tantangan mutakhir. Dengan cara ini, Dr. Ifan ingin memastikan bahwa mahasiswa tidak hanya memahami teori-teori linguistik, tetapi juga mampu mengaitkan teori tersebut dengan realitas praktis yang ada di lapangan.
Mahasiswa kemudian diajak untuk mengeksplorasi bagaimana kajian mutakhir dalam linguistik terapan dapat berkontribusi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, teknologi, dan sosial. Dalam konteks pendidikan, kajian ini bisa menjawab tantangan terkait pengajaran bahasa yang efektif di era digital, dimana metode pembelajaran tradisional seringkali tidak lagi memadai.
Mahasiswa diminta untuk merenungkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi pengajaran yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan siswa.
Selanjutnya, Dr. Ifan mengarahkan perhatian mahasiswa pada peran linguistik terapan dalam bidang teknologi, khususnya dalam pengembangan perangkat lunak bahasa dan sistem pemrosesan bahasa alami.
Dengan pesatnya kemajuan teknologi, khususnya dalam kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, ada kebutuhan mendesak untuk pemahaman linguistik yang mendalam guna menciptakan sistem yang lebih efektif dan akurat. Diskusi ini menekankan bagaimana pemahaman linguistik dapat membantu merancang algoritma yang lebih baik dan mengurangi kesalahan dalam sistem bahasa otomatis.
Mahasiswa diajak untuk berpikir tentang bagaimana kajian linguistik terapan ini dapat mendukung pengembangan kebijakan bahasa yang inklusif dan mendukung pemeliharaan bahasa-bahasa yang terancam punah. Pertanyaan ini mengarahkan mahasiswa untuk melihat linguistik terapan sebagai alat untuk menciptakan perubahan sosial yang positif.
Akhirnya, Dr. Ifan menekankan pentingnya pendekatan interdisipliner dalam kajian mutakhir linguistik terapan. Mahasiswa diundang untuk mempertimbangkan bagaimana kolaborasi dengan bidang-bidang lain seperti psikologi, sosiologi, dan antropologi dapat memperkaya pemahaman mereka tentang bahasa dan komunikatif. Diskusi ini bertujuan untuk membentuk perspektif yang lebih holistik dan komprehensif dalam menerapkan pengetahuan linguistik pada berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini. Dengan cara ini, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan solusi yang lebih inovatif dan relevan.
Saya dan teman-teman pasca S3 UNJ pun dibuat terpukau, letupan intelektual begitu terasa, seolah waktu begitu cepat berlalu. Sontak saya langsung sampaikan “Meledak”.
Monitorday.com – Diskursus tentang Islam berkemajuan di kalangan warga Muhammadiyah menjadi tema menarik sepanjang masa. Bermula pada saat Prof. Haedar Nashir selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, mencanangkan konsep Islam Berkemajuan pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang diadakan di Makassar pada tahun 2015. Pada saat itu, Haedar Nashir memperkenalkan Islam Berkemajuan sebagai kerangka pemikiran yang memperkuat semangat dan visi Muhammadiyah dalam memadukan nilai-nilai Islam dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan peradaban modern.
Maka sejak saat itulah, Islam Berkemajuan menjadi pedoman, pendekatan, gerak, tagline, maupun slogan baru Muhammadiyah dalam menafsirkan Islam yang tidak sekadar Aqidah dalam bentuk normative understanding and values akan tetapi Islam sebagai sebuah gerakan sosial yang implementatif, responsive, adaptif sepanjang zaman. Jika saja ada yang memberikan perspektif bahwa Islam tidak sejalan dengan perkembangan zaman, dipastikan orang tersebut belum tuntas dalam penggalian nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam itu sendiri.
Berpijak dari pencanangan konsep Islam Berkemajuan itu, maka warga Muhammadiyah yang bergerak di semua lini; baik secara keorganisasian yaitu pengurus Muhammadiyah, Aisyiyah dan Ortom di bawahnya, maupun anggota yang berkiprah di bidang Amal Usaha Muhammadiyah atau AUM baik itu Lembaga Pendidikan, Rumah Sakit dan Bisnis lainnya, mereka senantiasa membreakdown konsep islam Berkemajuan dalam tatanan aktivitas Dimana mereka berkhidmat. Dari langkah inilah maka Islam Berkemajuan menjadi nilai plus dan distingsi Muhammadiyah dalam bergerak. Mereka yang mengabdi di Muhammadiyah di level manapun senantiasa merumuskan benang merah tentang Islam Berkemajuan yang bisa dipahami secara operasional dan terukur.
Maka, begitu juga dalam konteks Pendidikan, Islam Berkemajuan diturunkan menjadi Konsep Dasar Pendidikan Berkemajuan. Pemahaman tentang Pendidikan Berkemajuan adalah konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dan berlandaskan pada ajaran Islam yang progresif, adaptif, dan kontekstual. Filosofi ini mengedepankan nilai-nilai Islam dalam mendorong kemajuan umat dan bangsa, dengan fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, akhlak mulia, dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman. Pemahaman ini sesuai dengan kajian-kajian para insan Cendekia Muhammadiyah secara berkelanjutan sebagai upaya untuk menerjemahkan relasi Islam Berkemajuan ke dalam Pendidikan Berkemajuan. Setidaknya, ada beberapa prinsip utama dari Pendidikan Berkemajuan versi Muhammadiyah yang sudah menjadi bahasan-bahasan baik dalam Artikel Akademik tentang Muhammadiyah, sumber berita dan informasi pada laman www.muhammadiyah.or.id, maupun kajian-kajian akademik pada level Pendidikan mulai dari level Pendidikan dasar sampai Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Adapun beberapa prinsip Pendidikan Berkemajuan itu dijelaskan sebagai berikut:
Integrasi Iman dan Ilmu (Integration): Pendidikan Berkemajuan berusaha untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan umum dengan ajaran Islam. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berkontribusi pada kemaslahatan umat.
Pendidikan Holistik (Holistic): Muhammadiyah menekankan bahwa pendidikan tidak hanya berkaitan dengan aspek akademik, tetapi juga mencakup pengembangan moral, spiritual, fisik, dan sosial. Hal ini bertujuan untuk membentuk individu yang seimbang dan berkarakter.
Inovasi dan Kemajuan (Inovation): Pendidikan Berkemajuan mendorong inovasi, adaptasi terhadap teknologi baru, dan respons terhadap tantangan global. Ini sejalan dengan semangat Muhammadiyah yang selalu berusaha memperbarui diri tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar Islam.
Humanisme Teosentris (Humanism): Konsep ini menggabungkan nilai-nilai kemanusiaan dengan ajaran teologis, di mana manusia dianggap sebagai khalifah di bumi yang bertugas menjaga keseimbangan dan keberlanjutan kehidupan dalam bingkai keislaman.
Kemandirian dan Kepemimpinan (Leadership): Pendidikan Berkemajuan berupaya untuk menghasilkan lulusan yang mandiri, mampu berpikir kritis, dan memiliki kemampuan kepemimpinan, baik di tingkat lokal maupun global.
Keberpihakan pada Keadilan Sosial (Social Orientation): Konsep ini juga menekankan pentingnya keadilan sosial, dengan pendidikan yang bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat tanpa memandang status ekonomi, sehingga berperan aktif dalam mengurangi kesenjangan sosial.
Dari enam prinsip di atas, Pendidikan Berkemajuan senantiasa in line dengan regulasi dan perkembangan Pendidikan masa kini, yakni orientasi pada nilai. Karena esensi Pendidikan tidak sekedar transfer of knowledge tapi lebih dari itu adalah transform of knowledge harus diejawantahkan sebagai langkah akseleratif untuk melahirkan insan-insan berkeadaban di masa mendatang. Perjalanan yang cukup panjang untuk bisa melihat Pendidikan Berkemajuan secara sempurna berhasil. Butuh kerja keras dari semua pihak dan tidak sekedar Muhammadiyah saja. Topangan dari berbagai pihak sesuai dengan kapasitasnya akan turut memengaruhi laju akselerasi pembumian Pendidikan ini secara utuh. Ditambah lagi, hegemoni kebijakan dan arus teknologi yang tidak bisa dikendalikan akan menjadi tantangan tersendiri dalam upaya implementasi ini. Dan tidak kalah penting juga, bahwa perspektif dasar tentang man behind the gun berlaku juga dalam tatanan praktis konsep ini. Para pendidik yang memiliki Growth Mindset mesti menjadi syarat utama sebagai pemeran perubahan ini. Sehingga kekuatan konseptual dan practical menjadi dua sisi yang harus hadir bersama.
Muhammadiyah melalui konsep Pendidikan Berkemajuan ini ingin memajukan umat melalui pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan perkembangan zaman, namun tetap dalam kerangka nilai-nilai Islam yang universal dan progresif.
Monitorday.com – Berbicara politik tak pernah mengenal bahasa ‘usai’. Ia menjelma menjadi bahasan dinamis dengan narasi menarik di setiap zaman dan sesuai pelaku sebagai penentu drama kepolitikan itu sendiri. Meskipun secara teori umum, berpolitik pasti mengenal strategi dan taktik yang bisa dipelajari, akan tetapi teori itu tidak serta merta bisa difungsikan dengan baik secara otomatis.
Teori itu butuh diterjemahkan ke dalam ranah spesifik sesuai lokus dan kasus. Maka, kepiawaian dalam membaca situasi bagi seorang yang ‘berani’ memilih di jalur politik menjadi keharusan. Saking dinamisnya, gerak politik melebihi kecepatan waktu yang kita lalui, begitulah kebanyakan orang berseloroh demikian. Sehingga, politisi yang handal pasti diidentikan dengan sikap yang santai, mampu mengendalikan emosi, siap disalip dan menyalip, bahkan yang tidak kalah penting adalah memiliki jiwa petarung, siap bertarung sampai titik darah penghabisan.
Dalam konteks politik kekinian, baik nasional maupun daerah. Alur sejarah kepolitikan tetap mengikuti siklus yang sama seperti perjalanan politik-politik sebelumnya. Politik akan selalu diwarnai dengan konflik, keterpurukan suatu rezim, lalu hadir satrio piningit, hadir generasi penikmat, dan berakhir generasi perusak sebagai akhir dari siklus ini. Lalu siklus berikutnya akan hadir lagi sebagai generasi perintis, membangun fondasi peradaban yang lebih beretika dengan segala kebaruan dari model politik sebelumnya, dan terus menerus sesuai tahapan baku.
Beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan transformasi signifikan dalam dunia politik Indonesia. Reformasi yang membawa angin segar demokrasi di era pasca-Orde Baru kini telah menghadapi tantangan tersendiri. Salah satu fenomena yang kian mencolok adalah munculnya political fatigue, atau kelelahan politik, di kalangan masyarakat Indonesia. Kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden dengan segala dinamika sensasional, drama partai politik yang terus terjadi putus nyambung dalam koalisi menjadikan hiruk pikuk di kalangan Masyarakat, menyita perhatian dan melelahkan untuk diamati. Sehingga, kelelahan itu menjadi fenomena kini atau Bahasa lainnya yaitu political fatigue.
Apa Itu Political Fatigue?
Political fatigue adalah kondisi di mana masyarakat merasa lelah, jenuh, dan tidak antusias terhadap isu-isu politik. Fenomena ini terjadi ketika warga negara merasa bahwa keterlibatan politik tidak memberikan perubahan berarti atau malah menimbulkan konflik yang berlarut-larut. Dalam konteks demokrasi Indonesia, yang penuh dinamika dan sering kali diwarnai dengan polarisasi politik, political fatigue menjadi relevan dan makin nyata.
Adapun beberapa penyebab Meningkatnya Political Fatigue di Indonesia, diantaranya; pertama, Polarisasi Politik yang Berkelanjutan. Polarisasi yang sangat terlihat, terutama selama dan setelah pemilu, telah membuat masyarakat terpecah dalam kubu-kubu ideologis yang sulit didamaikan. Pemilu presiden 2014 dan 2019 misalnya, meninggalkan warisan polarisasi pada masa-masa berikutnya cukup lumayan. Diskursus politik yang terjadi di media sosial sering kali bersifat antagonistik, penuh serangan pribadi, dan minim diskusi substantif, sehingga membuat banyak orang merasa jenuh.
Kedua, Overload Informasi dan Penyebaran Hoaks. Era digital mempercepat aliran informasi politik, tetapi juga membuat publik kewalahan. Masyarakat Indonesia terus dibombardir oleh berita politik, baik melalui media mainstream maupun media sosial, dengan informasi yang sering kali tumpang tindih. Penyebaran hoaks dan berita palsu semakin memperburuk keadaan, membuat warga sulit memisahkan antara fakta dan manipulasi. Hal ini mengakibatkan frustrasi dan apatisme terhadap isu-isu politik.
Ketiga, Janji Politik yang Tidak Terpenuhi. Dalam sistem demokrasi, politik adalah arena harapan dan janji. Namun, ketika janji-janji politik terus-menerus tidak terpenuhi, kekecewaan masyarakat semakin menumpuk. Banyak warga yang merasa bahwa suara mereka tidak berdampak signifikan pada perubahan kebijakan. Kelelahan politik ini berujung pada sikap skeptis terhadap politisi dan partai-partai yang ada.
Dampak Political Fatigue pada Demokrasi
Fenomena political fatigue memiliki dampak langsung terhadap kualitas demokrasi. Ketika warga semakin apatis terhadap proses politik, partisipasi dalam pemilu dan kegiatan politik lainnya bisa menurun. Demokrasi yang sehat membutuhkan partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam proses pengambilan keputusan. Jika political fatigue terus meningkat, dikhawatirkan hal ini dapat menurunkan legitimasi institusi politik dan memperkuat oligarki politik, di mana kekuasaan politik hanya berputar di lingkaran elite tertentu.
Mengatasi Political Fatigue
Untuk mengatasi political fatigue, perlu adanya perbaikan sistemik dalam berbagai aspek politik. Pertama, penting untuk mengurangi polarisasi politik dengan mendorong diskusi yang lebih inklusif dan berorientasi pada solusi. Media, sebagai pilar demokrasi keempat, harus memainkan peran penting dalam menyediakan informasi yang akurat dan berimbang serta menghindari sensasionalisme yang memperburuk polarisasi.
Kedua, pendidikan politik perlu ditingkatkan, terutama dalam memberikan pemahaman yang mendalam mengenai hak-hak warga negara dan cara efektif untuk berpartisipasi dalam demokrasi. Hal ini dapat membantu membangun kembali kepercayaan warga terhadap proses politik dan meningkatkan partisipasi mereka.
Ketiga, politisi dan partai politik harus memperlihatkan komitmen yang nyata dalam memenuhi janji-janji kampanye mereka. Akuntabilitas dan transparansi dalam pemerintahan harus ditegakkan, agar warga merasa bahwa suara mereka memang berdampak pada perubahan positif. Political fatigue adalah tantangan yang nyata bagi perkembangan politik di Indonesia. Demokrasi yang sehat membutuhkan partisipasi aktif dari warga negara, tetapi kelelahan politik yang melanda dapat mengancam masa depan demokrasi itu sendiri.
Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dari semua pihak—baik pemerintah, partai politik, media, maupun masyarakat luas—untuk membangun kembali kepercayaan dan meningkatkan kualitas dialog politik di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia bisa terus berkembang menuju demokrasi yang lebih matang dan inklusif.
Nanan Abdul Manan Akademisi Universitas Muhammadiyah Kuningan
Dua anak muda perantau tangguh kaya pengalaman ini berbagi cerita di Kopi Pahit. Apa gagasan di kepalanya? Apa yang mereka inginkan dan butuhkan bagi masa kini dan masa depan?
Jawel Husin seorang chef yang mengisahkan masakannya dalam bait-bait lagu. Gagasannya dan cara pandangnya khas banget anak milenial. Ia melintas bidang dalam berkarya, melintas batas negeri untuk memperkenalkan Indonesia.
Mahfud Budiono membuktikan tekadnya. Dari pekerja menjadi entrepreneur di Malaysia. Ia melihat optimis melihat Indonesia sebagai sebuah negeri yang akan menggenggam kejayaan di masa depan.
Kemana pilihan politik mereka berlabuh? Ikuti sampai akhir di podcast ini
Untuk membantu pengembangan soft skill bagi anak-anak muda, Monday Media Group (MMG) menggelar pelatihan dan diskusi bertajuk “Soft Skill untuk Menghadapi Masa Depan” pada Kamis (4/1), di Markas Besar Relawan Sahabat PaGi, Cakung, Jakarta Timur.
Acara ini juga digelar dalam rangka meramaikan markas Sahabat PaGi untuk kemenangan Prabowo-Gibran. Diikuti oleh puluhan anak muda, terutama mahasiswa semester akhir dengan tujuan mendapat skill tambahan dalam menghadapi persaingan pasca menempuh pendidikan tinggi.
Sebagai pembicara, Founder MMG, Muchlas Rowi menegaskan bahwa softskill sangat dibutuhkan oleh anak-anak muda, karena terkait bagaimana cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, mengelola diri sendiri, dan juga mengatasi tantangan.
“Jadi di samping ilmu yang kalian dapatkan kampus, softskill adalah faktor penting yang harus kalian punya untuk meniti masa depan,” kata Muchlas dalam paparannya.
Program makan siang dan bagi susu gratis jadi program unggulan Pasangan Prabowo Gibran untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang mampu mendukung transformasi Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera.
Ketum Sahabat Pagi, Oslu Babay mengatakan program ini berdampak pada penurunan stunting. Apalagi Pemerintah menargetkan angka stunting menurun jadi 14 persen pada 2024. Kemudian, menurut Kemenkes RI, stunting adalah bentuk kegagalan pertumbuhan atau growth faltering akibat tidak cukupnya nutrisi yang diterima anak sejak kehamilan sampai usia 24 bulan.
Keadaan stunting dapat semakin parah bila tidak terimbanginya kejar tumbuh atau catch up growth anak, maka dari itu, Gerakan Relawan Prabowo-Gibran memenuhi tantangan yang ada.
Saat ini, dinamika politik di Indonesia masih sangat cair setidaknya dalam 1 bulan kedepan. Dalam rentang waktu itu, peluang partai politik berkoalisi dengan partai lain terbuka lebar.
Memang sudah seharusnya peluang kompetisi politik harus lebih terbuka, sehingga panggung politik tidak hanya akan diisi oleh para calon pemimpin medioker, cenderung oportunis, demagog dan menghamba pada kemenangan ketimbang kesetiaan pada (ideologi) partai.
Ini jelas menimbulkan kerapuhan bagi demokrasi (Pakulski, 2013). Kita tentu berharap akan mendapatkan pemimpin terbaik pada 2024 nanti. Tapi, juga perlu menyiapkan diri untuk mendapatkan pemimpin dengan kualitas medioker saja. Karena itu, pekerjaan rumah kita yang utama adalah penguatan kelembagaan demokrasi terutama di tubuh partai politik.
Mungkinkah kondisi seperti saat ini di Pemilu 2024 akan menghasilkan pemimpin profetik yang menjadi harapan rakyat? Untuk membahasnya secara lebih komperhensif , DEEP Talk bekerjasama dengan Monday TV telah menghadirkan narasumber
Kehadiran anak muda di kancah politik kerapkali hanya dijadikan sebagai sebuah pelengkap semata tetapi aspirasi dan kebutuhannya tidak didengar secara serius.
Menjelang pemilu serentak 2024 yang sangat kompleks, rumit dan mahal menjadi tantangan tersendiri untuk anak muda baik itu yang memilih peran sebagai penyelenggara pemilu, peserta pemilu dan pemilih.
Apalagi data dari KPU RI Jumlah pemilih muda sangat mendominasi di pemilu 2024 yakni sebanyak 52%. Bagaimana kondisi anak muda hari ini? Seperti apa tantangannya dan apa yang perlu anak muda lakukan untuk membuat perubahan dan menjadikan demokrasi ke depan semakin lebih baik lagi dengan menghadirkan pemimpin profetik pasca pemilu 2024?
Arief Rosyid concern memberdayakan pemuda sejak menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 2013-2015. Arief yang saat ini diamanahi sebagai Komisaris Bank Syariah Indonesia (BSI) mengaku kagum kepada Menteri BUMN Erick Thohir yang berhasil mengangkat Ekonomi Syariah jadi naik kelas.
Jurus jitu Erick Thohir dengan melakukan merger sejumlah Bank Syariah menghasilkan banyak prestasi. Banyak apresiasi dari dalam hingga luar negeri membanjiri langkah Erick Thohir. Salah satunya, BSI kembali mendapatkan penghargaan sebagai The Strongest Islamic Retail Bank di Indonesia pada acara 8th Islamic Retail Banking Awards (IRBA) 2022 di Jakarta.
Penghargaan ini diputuskan berdasarkan peringkat global bank syariah, yang dilakukan oleh Cambridge Institute of Islamic Finance (CIIF) terhadap 130 bank syariah di seluruh dunia.
Arief semakin bersemangat untuk mengukir prestasi di BSI dengan menyelesaikan disertasi Doktoralnya yang berjudul “Rumusan Kebijakan Asuransi Kesehatan Tambahan untuk Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional dalam Memperkuat Peran sebagai Negara Kesejahteraan” dan lulus sebagai Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan predikat cum laude.
Bagi Arief, pemuda harus mengambil resiko dan keputusan penting dalam hidupnya karena hidup itu harus yakin usaha sampai.
Segala kemungkinan dapat terjadi. Posisi cawapres menjadi sangat menarik dalam kontestasi Pilpres 2024. Bukan lagi ban serep, kelak wakil presiden akan mendapat porsi sesuai kontribusinya dalam kemenangan paslon. Kejutan apa yang bakal terjadi?
Freeport-McMoRan, perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki tambang emas terbesar di dunia, salah satunya di Indonesia. Sejak lama, perusahaan ini jadi sorotan karena masalah lingkungan dan konflik dengan masyarakat lokal.
Ketika Joko Widodo terpilih sebagai Presiden pada 2014 silam, masalah Freeport menjadi isu penting bagi pemerintahannya. Ia berupaya besar membuat tindakan untuk menyelesaikan masalah ini.
Tentu tidak mudah, karena sesungguhnya yang sedang ia hadapi adalah kedigdayaan korporasi asing dan hegemoni Amerika. Namun, perlahan tapi pasti. Di tahun 2017, Joko Widodo berhasil melakukan negosiasi dengan Freeport. Setelah 51 tahun hanya menjadi penonton, Indonesia akhirnya jadi penguasa saham mayoritas di tambang emas terbesar yang ada di bumi Papua.