Connect with us

Ruang Sujud

Keutamaan Sayyidul Istighfar: Kunci Ampunan dan Surga

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tak luput dari kesalahan dan dosa. Namun, Allah SWT yang Maha Pengampun memberikan banyak jalan untuk bertaubat. Di antara jalan tersebut, terdapat satu doa yang sangat istimewa, yakni Sayyidul Istighfar, yang memiliki keutamaan luar biasa sebagai kunci ampunan dan jalan menuju surga.

Sayyidul Istighfar bukan sekadar bacaan permohonan ampunan, melainkan pengakuan total atas keesaan Allah, nikmat-Nya, kelemahan diri sendiri, dan harapan besar terhadap rahmat-Nya. Doa ini sangat lengkap dalam struktur dan maknanya, sehingga Nabi Muhammad SAW menyebutnya sebagai istighfar terbaik.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa mengucapkan Sayyidul Istighfar di pagi hari dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal dunia sebelum sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barang siapa membacanya di malam hari dengan penuh keyakinan, lalu meninggal dunia sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari, no. 6306)

Hadis ini menunjukkan bahwa Sayyidul Istighfar memiliki keutamaan luar biasa: menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga, jika dibaca dengan keyakinan dan keikhlasan.

Mengapa doa ini begitu tinggi derajatnya? Karena di dalamnya terkandung empat inti istighfar yang sangat penting:

1. Tauhid dan pengakuan akan rububiyah Allah: “Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau.”

2. Pengakuan akan nikmat Allah: “Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku.”

3. Pengakuan akan dosa pribadi: “Aku mengakui dosa-dosaku.”

4. Permohonan ampunan yang tulus: “Maka ampunilah aku, sesungguhnya tak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Dengan menggabungkan empat unsur penting ini, Sayyidul Istighfar menjadi doa yang menyentuh sisi terdalam hati seorang hamba. Ia mengandung unsur harapan (raja’) dan rasa takut (khauf) yang seimbang, dua hal yang menjadi landasan penting dalam ibadah seorang Muslim.

Selain keutamaan akhirat, Sayyidul Istighfar juga membawa keberkahan dalam kehidupan dunia. Orang yang membacanya secara rutin akan mendapatkan ketenangan hati, kemudahan dalam urusan, dan terkadang pertolongan Allah yang datang secara tak terduga. Istighfar sendiri, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an (QS. Nuh: 10–12), bisa mendatangkan hujan, rezeki, dan keturunan.

Dengan segala keutamaannya, Sayyidul Istighfar pantas menjadi amalan harian yang tidak ditinggalkan. Ia bukan hanya bentuk doa, tetapi juga cermin dari kesadaran spiritual seorang hamba kepada Rabb-nya.

Mari kita jadikan Sayyidul Istighfar sebagai bagian dari rutinitas pagi dan malam. Bacalah dengan penuh kesadaran, pahami maknanya, dan resapi kedalaman doanya. Semoga dengan itu, Allah limpahkan ampunan, rahmat, dan tempat terbaik di surga-Nya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ruang Sujud

Ma’unah dalam Islam: Bukti Pertolongan Allah di Luar Nalar

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Dalam kehidupan ini, sering kali kita mendengar kisah-kisah luar biasa yang seolah tidak bisa dijelaskan oleh logika manusia. Misalnya, seseorang yang seharusnya mengalami kecelakaan fatal, namun tiba-tiba selamat tanpa luka sedikit pun. Atau orang yang dalam kondisi kepepet tiba-tiba mendapat pertolongan yang datang entah dari mana. Dalam Islam, fenomena seperti ini dikenal dengan istilah ma’unah—sebuah bentuk pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.

Apa Itu Ma’unah?

Secara bahasa, ma’unah berasal dari kata ‘aana–yu’iinu–ma’unatan yang berarti bantuan atau pertolongan. Dalam istilah syariat, ma’unah adalah bantuan Allah yang diberikan kepada seseorang secara luar biasa, tetapi tidak sampai ke tingkat mukjizat atau karomah. Ma’unah bisa terjadi pada orang biasa yang shalih, dan bukan merupakan sesuatu yang bisa diminta atau dilatih.

Ma’unah berbeda dari mukjizat yang hanya diberikan kepada para nabi, dan juga berbeda dari karomah yang diberikan kepada para wali. Jika mukjizat bertujuan untuk membuktikan kenabian dan karomah sebagai bentuk kemuliaan para wali, maka ma’unah hadir sebagai bentuk rahmat Allah kepada orang-orang beriman dalam situasi tertentu.

Ciri-Ciri Ma’unah

Ma’unah memiliki beberapa ciri khas:

1. Terjadi secara spontan tanpa perencanaan.

2. Tidak bertentangan dengan syariat.

3. Menjadi sarana pertolongan dalam situasi genting.

4. Tidak digunakan untuk pamer atau mencari pengakuan.

Contoh sederhananya, seseorang yang terhindar dari marabahaya secara ajaib, seperti selamat dari runtuhan bangunan tanpa sebab logis. Bisa juga berupa kecerdasan luar biasa yang muncul tiba-tiba saat dibutuhkan, seperti kemampuan menjawab persoalan rumit padahal tidak pernah mempelajarinya sebelumnya.

Kisah Ma’unah dalam Sejarah Islam

Sejarah Islam menyimpan banyak kisah tentang ma’unah. Salah satu contoh terkenal adalah dalam Perang Badar, ketika kaum Muslimin yang jumlahnya hanya 313 orang mampu mengalahkan pasukan Quraisy yang jumlahnya lebih dari 1.000. Dalam Al-Qur’an, Allah menurunkan malaikat-malaikat untuk membantu kaum Muslim (QS Al-Anfal: 9–10). Meskipun malaikat turun sebagai bentuk mukjizat bagi Nabi Muhammad ﷺ, namun bagi para sahabat yang ikut berperang, kejadian itu juga merupakan bentuk ma’unah.

Dalam kehidupan modern pun, banyak cerita serupa. Misalnya, kisah para pejuang kemerdekaan Indonesia yang selamat dari serangan Belanda padahal tidak mengenakan pelindung, atau kisah santri yang lolos dari bahaya banjir secara ajaib. Masyarakat kita mengenal istilah “keajaiban” yang sejatinya adalah bentuk dari ma’unah ini.

Ma’unah dalam Kehidupan Kita

Ma’unah bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, selama ia memenuhi syarat-syarat keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Artinya, ma’unah tidak eksklusif hanya untuk orang yang dianggap wali atau tokoh besar. Kita semua, jika menjaga iman dan amal saleh, bisa mengalami ma’unah dalam bentuknya masing-masing.

Namun, penting untuk diingat bahwa ma’unah bukan tujuan yang dikejar. Kita tidak boleh beribadah agar mendapatkan ma’unah. Ia adalah efek samping dari keikhlasan, ketulusan, dan keyakinan total kepada pertolongan Allah. Dalam QS At-Talaq ayat 2–3, Allah berjanji:

> “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Janji Allah ini adalah bentuk ma’unah yang nyata: jalan keluar yang datang dari arah yang tak disangka.

Penutup: Menjaga Iman, Menjemput Ma’unah

Ma’unah adalah tanda bahwa pertolongan Allah selalu dekat, bahkan ketika manusia merasa semuanya sudah tertutup. Di balik batas logika dan kemampuan, ada tangan Allah yang selalu siap membantu hamba-Nya yang berserah diri. Kita hanya perlu terus berikhtiar, menjaga iman, dan yakin bahwa keajaiban bisa datang kapan saja. Karena sejatinya, setiap langkah dalam hidup ini tidak pernah lepas dari kasih sayang dan pertolongan-Nya.

Continue Reading

Ruang Sujud

Kisah Nyata Ma’unah: Ketika Mukjizat Terjadi pada Orang Biasa

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kisah-kisah luar biasa yang dialami oleh orang-orang biasa—bukan nabi, bukan wali—namun tetap saja kisah itu membuat bulu kuduk berdiri. Cerita-cerita ini biasanya datang dari peristiwa genting: peperangan, bencana, atau situasi hidup dan mati. Dalam Islam, peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi pada orang saleh biasa ini disebut ma’unah, yaitu pertolongan Allah yang datang secara tiba-tiba dan di luar logika manusia.

Ma’unah: Keajaiban Bagi Orang yang Bertakwa

Ma’unah bukan sesuatu yang bisa dicari dengan latihan atau ritual tertentu. Ia datang atas kehendak Allah, sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba yang beriman. Seseorang bisa mengalami ma’unah ketika ia tulus dalam doa, pasrah dalam kesulitan, dan ikhlas dalam amal. Hal-hal luar biasa yang menyelamatkannya bukan sihir, bukan sulap, tapi semata-mata pertolongan dari Allah.

Seorang ulama besar, Imam Asy-Syahrastani, menyebutkan bahwa ma’unah adalah “pertolongan Allah yang tidak tetap (tidak terus-menerus), diberikan saat seseorang dalam keadaan terdesak dan sangat membutuhkan.”

Kisah Ma’unah dari Masa Pejuang Indonesia

Salah satu kisah yang paling banyak diceritakan oleh generasi terdahulu adalah pengalaman para pejuang kemerdekaan Indonesia yang selamat dari gempuran peluru tentara kolonial. Dalam buku-buku sejarah lisan maupun cerita para kiai pesantren, sering disebutkan bahwa banyak pejuang yang hanya bersenjatakan bambu runcing namun tidak terluka sedikit pun meski dikepung tentara bersenjata lengkap.

Bahkan dalam beberapa cerita, pejuang itu seperti menghilang dari pandangan musuh, atau peluru yang ditembakkan ke arahnya tak pernah menyentuh tubuhnya. Kisah-kisah ini hidup hingga kini, dan sering dikaitkan dengan amalan seperti shalat tahajud, wirid, atau doa-doa tertentu yang dijaga dengan disiplin. Apakah itu karomah? Tidak. Karena mereka bukan wali yang dikenal, maka lebih tepat disebut ma’unah—pertolongan Allah untuk orang-orang yang membela kebenaran.

Ma’unah di Masa Kini: Dari Santri Hingga Tukang Ojek

Ma’unah bukan cerita masa lalu. Ia masih terjadi hingga hari ini, bahkan mungkin di sekitar kita. Misalnya, ada kisah seorang santri yang hanyut terbawa banjir, lalu ditemukan selamat sehari kemudian duduk di atas pohon besar. Saat ditanya bagaimana bisa sampai di sana, ia sendiri tidak tahu. Yang ia tahu, ia membaca doa-doa saat tenggelam, dan tiba-tiba sudah berada di tempat aman.

Atau kisah seorang tukang ojek yang hampir tertabrak truk, tapi saat orang-orang menyangka ia pasti meninggal, ternyata ia berdiri dengan tenang, sama sekali tidak terluka. Banyak

Continue Reading

Ruang Sujud

Menjadi Hamba yang Layak Mendapat Ma’unah: Langkah-Langkah Spiritual Harian

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Banyak orang menginginkan pertolongan Allah dalam hidupnya, terutama saat menghadapi situasi yang sulit atau bahkan di ambang keputusasaan. Tapi tidak semua orang tahu bahwa ma’unah, yaitu bantuan Allah yang luar biasa kepada hamba-Nya, bukan sekadar keberuntungan. Ma’unah adalah buah dari hubungan spiritual yang kuat antara seorang hamba dan Tuhannya. Maka, pertanyaannya: bagaimana agar kita menjadi hamba yang layak mendapat ma’unah?

1. Bangun Koneksi Pribadi dengan Allah

Langkah pertama adalah menjadikan Allah sebagai pusat hidup kita, bukan sekadar tempat mengadu saat susah. Caranya? Mulailah dari hal paling dasar: shalat tepat waktu. Jangan tunda, jangan cari alasan. Shalat adalah koneksi langsung yang tak tergantikan.

Tambahkan dengan shalat sunnah, seperti tahajud dan dhuha, karena itulah waktu-waktu istimewa saat Allah “mendekat” dan membuka pintu pertolongan-Nya.

> Rasulullah SAW bersabda:
“Tuhan kita turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir… lalu Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku kabulkan…” (HR. Bukhari)

2. Rutin Berdzikir dan Membaca Al-Qur’an

Dzikir bukan hanya pelipur lara, tapi juga perisai batin. Hati yang sering berdzikir akan lebih tenang, dan pikiran lebih jernih saat menghadapi krisis. Luangkan waktu setiap hari untuk membaca Al-Qur’an walaupun hanya beberapa ayat, lalu resapi maknanya.

Jika ingin pertolongan Allah hadir secara ajaib di saat kritis, maka jangan lupakan-Nya di waktu luang.

3. Perbanyak Amal Tulus dan Ikhlas

Ma’unah datang bukan karena amalan besar, tapi karena keikhlasan dalam amalan sederhana. Bahkan memberi makan seekor kucing, menolong tetangga, atau tersenyum kepada sesama bisa menjadi sebab Allah menurunkan pertolongan-Nya di waktu tak terduga.

Kisah seorang wanita pelacur yang diampuni dosanya hanya karena memberi minum seekor anjing adalah bukti bahwa tulus lebih penting daripada terkenal.

4. Jauhi Dosa-dosa Kecil dan Besar

Bagaimana Allah akan menolong jika kita terus-menerus bermaksiat? Maka penting bagi kita untuk selalu menjaga diri dari dosa—baik yang kasat mata seperti ghibah, maksiat mata, dan lisan, maupun dosa hati seperti dengki, sombong, dan riya.

Perbanyak istighfar dan evaluasi diri setiap hari. Karena kadang yang menghalangi ma’unah bukan kurangnya ibadah, tapi banyaknya dosa yang belum ditobati.

5. Latih Tawakal dan Sabar dalam Ujian

Kunci penting dari hadirnya ma’unah adalah sabar dan tawakal. Saat seseorang berada di titik nadir, namun tetap percaya pada Allah, di situlah biasanya pertolongan-Nya datang secara tiba-tiba. Ini bukan hal ajaib, tapi janji Allah sendiri dalam Al-Qur’an:

> “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2-3)

Penutup: Bukan Soal Hebat, Tapi Soal Dekat

Menjadi hamba yang layak mendapat ma’unah bukan soal menjadi tokoh besar, ustaz terkenal, atau ahli ibadah. Tapi soal menjadi pribadi yang dekat dengan Allah dalam diam, dalam sujud, dalam istighfar di sepertiga malam terakhir. Jika hubungan itu terjaga, maka ma’unah bukan lagi sesuatu yang mustahil, tapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang penuh keberkahan.

Jadi, mulailah dari hari ini. Perkuat niat, luruskan hati, dan jadikan Allah satu-satunya tempat bergantung. Karena pertolongan-Nya itu nyata, cepat, dan selalu datang di waktu yang paling tepat.

Continue Reading

Ruang Sujud

Perbedaan Ma’unah, Karomah, dan Sihir: Jangan Salah Paham!

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Dalam kehidupan umat Islam, sering muncul kisah-kisah tentang kejadian luar biasa—seorang ulama yang bisa berjalan di atas air, seorang santri yang selamat dari maut secara ajaib, atau seseorang yang tiba-tiba bisa menyembuhkan penyakit parah dengan doa. Namun, tak sedikit pula yang justru mencampuradukkan istilah-istilah seperti ma’unah, karomah, dan sihir. Padahal, ketiganya punya makna, sumber, dan dampak yang sangat berbeda. Yuk, kita bedah satu per satu agar tidak salah memahami!

Apa Itu Ma’unah?

Ma’unah adalah pertolongan Allah yang diberikan kepada orang mukmin biasa—bukan nabi, bukan wali—yang taat dan bertakwa kepada-Nya. Pertolongan ini bersifat insidental dan datang secara tiba-tiba, terutama ketika orang itu berada dalam kesulitan yang sangat berat. Contoh ma’unah adalah seseorang yang selamat dari kecelakaan maut karena dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan pasrah kepada Allah.

Ciri-ciri ma’unah:

Diberikan kepada orang saleh biasa.

Terjadi di saat genting.

Tidak bisa dipelajari atau dilatih.

Membawa manfaat dan keselamatan.

Tidak untuk pamer atau mencari pengaruh.

Apa Itu Karomah?

Karomah adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada wali Allah—orang yang sangat dekat dengan Allah, memiliki ketaatan luar biasa, dan hidupnya penuh dengan ibadah dan amal saleh. Karomah biasanya lebih “menetap” dan kadang terjadi berkali-kali dalam hidup sang wali.

Contohnya adalah cerita Imam Ahmad bin Hanbal yang mampu mengetahui isi hati orang, atau kisah Sunan Kalijaga yang bisa menyeberangi sungai tanpa perahu. Karomah ini bukan karena mereka sakti, tapi karena kedekatan mereka dengan Allah membuat Allah memberikan “kemuliaan” sebagai tanda kehormatan.

Ciri-ciri karomah:

Terjadi pada wali Allah.

Kadang menetap (bisa terjadi berulang).

Bukan hasil pelatihan, tapi buah dari ketaatan.

Tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Tidak digunakan untuk kepentingan duniawi.

Apa Itu Sihir?

Sihir adalah kejadian luar biasa yang berasal dari bantuan jin atau setan, dan biasanya dilakukan oleh orang yang mempelajarinya dengan cara-cara yang diharamkan oleh agama. Tujuannya bisa bermacam-macam: menarik kekayaan, mencelakai orang lain, mencari kekuasaan, atau popularitas.

Contoh sihir adalah orang yang mengaku bisa menggandakan uang, menyakiti orang dari jauh, atau mengendalikan pikiran orang lain. Sihir memang bisa terlihat “wow”, tapi itu bukan pertolongan Allah. Bahkan, sihir adalah dosa besar dan salah satu perbuatan kufur jika dilakukan dengan mengorbankan akidah.

Ciri-ciri sihir:

Bisa dipelajari melalui ritual tertentu.

Dibantu oleh jin atau setan.

Bertentangan dengan ajaran Islam.

Bisa merugikan orang lain.

Biasanya dilakukan untuk kepentingan dunia.

Tabel Singkat Perbandingan

Kenapa Perlu Memahami Perbedaan Ini?

Di zaman sekarang, banyak orang terpesona dengan yang “gaib-gaib”. Tak sedikit yang lebih tertarik pada orang yang bisa menunjukkan “kehebatan”, daripada yang diam-diam menjaga hubungan dengan Allah. Padahal, ma’unah dan karomah itu tidak untuk dipamerkan, sedangkan sihir justru sering ditampilkan secara terbuka untuk mendapatkan kekaguman.

Ketika kita tidak bisa membedakan mana pertolongan Allah dan mana rekayasa setan, maka kita bisa terjerumus dalam kekaguman yang salah. Bahkan lebih parah, bisa jadi kita menganggap pelaku sihir sebagai orang suci, dan mencurigai wali Allah yang hidupnya sederhana.

Penutup: Ukur dengan Al-Qur’an dan Sunnah

Cara terbaik untuk membedakan ma’unah, karomah, dan sihir adalah dengan menilai apakah perbuatan itu sesuai syariat atau tidak. Jika sesuai syariat, tidak merugikan orang lain, dan membawa manfaat spiritual, maka bisa jadi itu ma’unah atau karomah. Tapi kalau bertentangan dengan ajaran Islam, ada unsur kesombongan, atau dilakukan untuk menipu dan mencelakai, maka itu jelas sihir yang harus dihindari.

Jangan mudah terpesona dengan keajaiban. Dalam Islam, yang paling penting bukanlah keajaiban, tetapi ketaatan, keikhlasan, dan ketakwaan.

Continue Reading

Ruang Sujud

Sayyidul Istighfar: Doa Penghapus Dosa Terbaik dalam Islam

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Setiap manusia tentu pernah berbuat dosa, baik sengaja maupun tidak. Dalam Islam, Allah SWT selalu membuka pintu ampunan bagi siapa saja yang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Salah satu doa terbaik untuk memohon ampunan adalah Sayyidul Istighfar, yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai istighfar paling utama.

Sayyidul Istighfar memiliki makna yang sangat dalam dan menyentuh. Doa ini tidak hanya sekadar meminta ampun, tetapi juga menyatakan pengakuan penuh akan keesaan Allah, nikmat yang telah diberikan, dosa yang diperbuat, serta harapan besar akan rahmat dan ampunan-Nya. Berikut adalah lafal lengkapnya:

> اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
(HR. Bukhari, no. 6306)

Artinya:
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku dalam janji-Mu dan ikrar-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa membaca Sayyidul Istighfar di siang hari dengan yakin, lalu ia meninggal di hari itu sebelum sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barang siapa membacanya di malam hari dengan yakin, lalu meninggal sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan betapa dahsyatnya doa ini dalam menghapus dosa dan sebagai kunci menuju surga. Namun, kuncinya adalah membacanya dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Bukan hanya sekadar lisan, tetapi juga disertai dengan penyesalan dan tekad untuk memperbaiki diri.

Mengapa doa ini begitu istimewa? Karena Sayyidul Istighfar mengajarkan adab tertinggi dalam berdoa. Kita tidak langsung meminta, tetapi terlebih dahulu mengakui keesaan Allah, menyebut nikmat-Nya, dan menyadari dosa kita sendiri. Ini adalah bentuk penghambaan yang sempurna: penuh rasa syukur dan kerendahan hati.

Dengan mengamalkan Sayyidul Istighfar setiap pagi dan malam, seorang Muslim tidak hanya sedang membersihkan dirinya dari dosa, tetapi juga sedang memperkuat hubungan spiritualnya dengan Allah SWT. Doa ini bisa menjadi pengingat harian bahwa hidup ini fana, dan ampunan Allah adalah tujuan tertinggi.

Maka, biasakanlah membaca Sayyidul Istighfar setiap hari. Ajarkan pula kepada keluarga dan anak-anak. Jadikan ia bagian dari rutinitas harian, sebab ia bukan sekadar doa—tetapi jalan menuju ampunan dan surga.

Continue Reading

Ruang Sujud

Makna Mendalam di Balik Lafal Sayyidul Istighfar

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Dalam kehidupan seorang Muslim, istighfar bukan sekadar permintaan maaf kepada Tuhan, tetapi cermin dari kerendahan hati dan kesadaran diri sebagai hamba. Di antara berbagai bentuk istighfar, Sayyidul Istighfar memiliki tempat yang sangat istimewa karena kandungan maknanya yang dalam dan komprehensif.

Rasulullah SAW menyebut doa ini sebagai penghulu istighfar, yakni bentuk istighfar yang paling utama. Berikut lafalnya:

> اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya:
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku dalam janji-Mu dan ikrar-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Setiap bagian dari lafal ini mengandung pengakuan, kesadaran, dan permohonan yang tulus:

1. “Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau”
Ini adalah penegasan tauhid—inti utama ajaran Islam. Seorang Muslim diajak untuk mengawali taubatnya dengan memperbarui keimanannya.

2. “Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu”
Bagian ini menyatakan totalitas penghambaan kepada Allah. Kita bukan hanya ciptaan, tetapi juga makhluk yang terikat pada aturan-Nya.

3. “Aku dalam janji dan ikrar-Mu semampuku”
Ini adalah pengakuan bahwa manusia berusaha setia kepada perintah Allah, meskipun sering lalai dan penuh keterbatasan.

4. “Aku berlindung dari keburukan yang aku perbuat”
Mengajarkan rasa takut atas akibat dari dosa yang dilakukan sendiri. Kita berlindung kepada Allah dari diri kita sendiri.

5. “Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku”
Istighfar bukan hanya tentang dosa, tapi juga tentang syukur. Doa ini mengajarkan bahwa kita perlu sadar akan limpahan nikmat Allah.

6. “Aku mengakui dosaku”
Pengakuan adalah awal dari perbaikan. Bagian ini menyiratkan kejujuran, kesadaran, dan kerendahan hati.

7. “Maka ampunilah aku, karena tiada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau”
Penutup yang sarat harapan dan keyakinan bahwa hanya Allah satu-satunya tempat bergantung untuk ampunan sejati.

Makna mendalam dari Sayyidul Istighfar tidak hanya menyentuh dimensi spiritual, tetapi juga menjadi terapi bagi jiwa yang gelisah. Dalam setiap katanya, ada pelajaran tentang keimanan, kesadaran diri, dan kebergantungan total kepada Allah.

Doa ini sangat relevan untuk diamalkan setiap hari. Dengan menghayatinya, seseorang tidak hanya mendapatkan ampunan, tetapi juga memperkuat ikatan ruhani dengan Sang Pencipta.

Continue Reading

Ruang Sujud

Inilah Amalan Yang Pahalanya Setara Ibadah Haji, Apa Saja?

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Disarikan dari buku Setia (Selagi Engkau Taat dan Ingat Allah) karya Yasir Husain dan Fadha’ il Al-A’mal Al-Mufadhdhalah oleh H Brilly El-Rasheed, S Pd. Ada 10 amalan yang pahalanya setara ibadah haji.

Amalan-amalan tersebut memberikan peluang besar bagi umat Islam untuk memperoleh pahala yang besar meskipun tidak mampu menunaikan ibadah haji atau umrah secara fisik. Berikut adalah beberapa amalan yang dimaksud:

1. Salat Subuh Berjamaah dan Berzikir Hingga Terbit Matahari: Pahala bagi yang melaksanakan salat subuh berjamaah di masjid dan berzikir hingga matahari terbit, kemudian melaksanakan salat Isyiraq.

2. Menunaikan Salat Lima Waktu Berjamaah: Menghadiri salat berjamaah di masjid, baik yang wajib maupun sunnah, memiliki pahala seperti haji atau umrah.

3. Keluar dari Rumah dalam Keadaan Suci untuk Salat Fardhu: Keluar rumah dalam keadaan suci untuk menunaikan salat fardhu memiliki pahala seperti haji orang berihram.

4. Berjalan Menuju Masjid untuk Salat Wajib atau Sunnah: Berjalan menuju masjid untuk salat wajib atau sunnah memiliki pahala yang setara dengan ibadah haji atau umrah.

5. Menghadiri Majelis Ilmu di Masjid: Menuntut ilmu di masjid, dengan niat untuk belajar atau mengajarkan kebaikan, setara dengan pahala haji yang sempurna.

6. Bertasbih, Bertahmid, dan Bertakbir setelah Salat: Membaca tasbih, tahmid, dan takbir setelah salat memiliki keutamaan yang luar biasa.

7. Berbakti kepada Orang Tua: Berbuat baik kepada orang tua, bahkan setelah mereka meninggal, dapat memberikan pahala seperti haji dan umrah.

8. Salat di Masjid Quba’: Melakukan salat di Masjid Quba’ setelah bersuci di rumah memiliki pahala setara dengan umrah.

9. Berniat Kuat untuk Berhaji dan Berumrah namun Terhalang Uzur: Niat yang tulus untuk menunaikan haji atau umrah, namun terhalang oleh keadaan, tetap mendapatkan pahala setara dengan yang melaksanakannya.

10. Membekali Orang yang Berangkat Haji, Umrah, atau Jihad: Memberikan bekal atau bantuan kepada mereka yang berangkat haji, umrah, atau jihad, akan mendapatkan pahala yang sama tanpa mengurangi pahala mereka.

Amalan-amalan ini membuka jalan bagi setiap Muslim untuk mendapatkan pahala setara dengan haji atau umrah, meskipun mereka tidak dapat melaksanakannya langsung. Namun, jika sudah mampu, kewajiban menunaikan haji dan umrah tetap harus dipenuhi.

Continue Reading

Ruang Sujud

Mengamalkan Sayyidul Istighfar: Panduan Harian Menuju Ketenangan Batin

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Dalam hidup yang serba cepat dan penuh tekanan ini, tak jarang hati merasa gelisah dan pikiran terasa sesak. Islam memberikan banyak solusi spiritual untuk menghadapi itu semua, salah satunya adalah dengan mengamalkan Sayyidul Istighfar secara rutin. Doa ini bukan hanya sarana memohon ampunan, tetapi juga jalan menuju ketenangan batin yang hakiki.

Sayyidul Istighfar memiliki struktur doa yang menyentuh seluruh sisi kehidupan manusia: iman, syukur, pengakuan, dan harapan. Tidak heran jika Rasulullah SAW menganjurkan untuk membacanya setiap pagi dan sore, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

> “Barang siapa mengucapkan Sayyidul Istighfar di pagi hari lalu meninggal dunia sebelum sore, maka ia masuk surga. Dan barang siapa membacanya di malam hari lalu meninggal sebelum pagi, maka ia masuk surga.” (HR. Bukhari)

Lalu bagaimana cara mengamalkannya sebagai panduan harian?

1. Bacalah di waktu pagi setelah Subuh

Waktu setelah Subuh adalah saat terbaik untuk mengisi hati dengan doa dan dzikir. Ucapkan Sayyidul Istighfar dengan perlahan, hayati setiap maknanya. Ini menjadi cara memulai hari dengan kesadaran penuh sebagai hamba yang membutuhkan Allah.

2. Ulangi di sore hari setelah Ashar atau menjelang Maghrib

Saat hari mulai gelap dan aktivitas selesai, kembalilah kepada Allah dengan istighfar. Ini membantu membersihkan hati dari kesalahan sepanjang hari dan menenangkan jiwa sebelum malam tiba.

3. Resapi, jangan hanya hafalkan

Meskipun sudah hafal, jangan terburu-buru membacanya. Pahami isi doanya. Pengakuan terhadap nikmat Allah, pengakuan dosa, dan harapan pada ampunan akan lebih membekas jika disertai pemahaman makna.

4. Gabungkan dengan dzikir lain

Sayyidul Istighfar bisa menjadi bagian dari rutinitas dzikir pagi dan petang. Bisa dibaca setelah Al-Ma’tsurat atau dzikir-dzikir lainnya agar semakin melengkapi amalan harian.

5. Jadikan momen evaluasi diri

Setiap kali membaca Sayyidul Istighfar, jadikan itu sebagai saat mengevaluasi sikap, ucapan, dan tindakan. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran diri untuk memperbaiki perilaku keesokan harinya.

Dengan membiasakan diri membaca Sayyidul Istighfar setiap hari, kita sedang membangun benteng spiritual yang kuat. Istighfar ini akan melatih kejujuran kepada diri sendiri, memperkuat ikatan dengan Allah, dan membuka jalan rezeki serta ketenangan jiwa.

Dalam dunia yang penuh distraksi, Sayyidul Istighfar mengingatkan kita untuk kembali fokus: bahwa hanya Allah tempat kembali dan hanya kepada-Nya kita mohon ampun. Mari mulai dari hari ini, satu langkah kecil setiap pagi dan sore—insyaAllah, ketenangan dan ampunan akan mengiringi setiap langkah kita.

Continue Reading

Ruang Sujud

Tawakkal: Kekuatan di Balik Usaha tanpa Putus Asa

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Tawakkal adalah fondasi penting dalam ajaran Islam yang menunjukkan kepercayaan total kepada Allah setelah seseorang berikhtiar semaksimal mungkin. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang menuntut kerja keras dan keputusan penting, namun hasilnya belum tentu sesuai harapan. Di sinilah tawakkal memainkan peran utama—sebagai energi spiritual yang menenangkan dan memperkuat hati.

Tawakkal bukan alasan untuk bermalas-malasan. Justru, ia menjadi motivasi untuk terus berusaha dengan sungguh-sungguh. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159, Allah berfirman, “…Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah…” Ayat ini menunjukkan bahwa tawakkal hadir setelah adanya tekad dan usaha. Sikap ini membuat seseorang tidak mudah putus asa ketika gagal, karena ia yakin ada hikmah yang lebih besar di balik setiap kejadian.

Dalam praktiknya, orang yang bertawakkal akan tetap produktif dan berpikiran positif. Ia tahu bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Tawakkal juga membuat kita lebih tenang menghadapi perubahan dan cobaan, karena kita menyandarkan diri kepada Zat yang tidak pernah salah dalam menetapkan takdir.

Dengan demikian, tawakkal adalah kekuatan batin yang mampu mengubah tekanan hidup menjadi ladang pahala dan kedewasaan. Ia bukan sekadar pasrah, tetapi bentuk kepercayaan aktif yang mempertemukan usaha manusia dan kehendak Ilahi.

Continue Reading

Ruang Sujud

Belajar Tawakkal dari Kisah Nabi: Keteguhan Hati dalam Ujian Hidup

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Tawakkal bukan sekadar konsep abstrak, tetapi nyata dalam kisah hidup para nabi yang penuh ujian dan pengorbanan. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang mengajarkan bagaimana berserah diri kepada Allah dengan penuh keyakinan, bahkan di saat logika tak mampu lagi menjelaskan keadaan.

Salah satu kisah paling menggetarkan adalah kisah Nabi Ibrahim AS ketika diminta menyembelih putranya, Ismail. Dengan tawakkal yang kuat, ia melaksanakan perintah Allah tanpa ragu, karena percaya bahwa Allah pasti menyiapkan kebaikan di balik semua itu. Dan benar, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba, sebagai bentuk penghargaan atas ketundukan dan kepercayaannya.

Nabi Musa AS juga menunjukkan keteladanan dalam tawakkal ketika dikejar Fir’aun dan tentaranya. Di depan terbentang laut, dan di belakang ada kematian. Namun Musa berkata dengan tenang, “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 62). Lalu, laut pun terbelah dan menjadi jalan keselamatan.

Nabi Muhammad SAW pun menjalani hidup dengan tawakkal luar biasa. Saat hijrah ke Madinah dan bersembunyi di Gua Tsur, beliau tidak panik meski musuh sudah sangat dekat. Ia berkata kepada Abu Bakar, “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40).

Kisah-kisah ini bukan sekadar cerita masa lalu, tapi cermin bagi kita dalam menjalani hidup hari ini. Ketika semua usaha telah dilakukan dan jalan terasa buntu, tawakkal-lah yang akan menguatkan hati dan menghadirkan pertolongan Allah dari arah yang tak disangka-sangka.

Continue Reading

Monitor Saham BUMN



Ruang Sujud10 minutes ago

Ma’unah dalam Islam: Bukti Pertolongan Allah di Luar Nalar

News1 hour ago

Uni Emirat Arab Kembali Izinkan Warganya Pergi ke Libanon

Ruang Sujud3 hours ago

Kisah Nyata Ma’unah: Ketika Mukjizat Terjadi pada Orang Biasa

Ruang Sujud7 hours ago

Menjadi Hamba yang Layak Mendapat Ma’unah: Langkah-Langkah Spiritual Harian

News10 hours ago

Putin Peringatkan Soal Eskalasi Nuklir: Jangan Paksa Rusia Gunakan Senjata Itu!

Sportechment11 hours ago

Siap Mengaspal 6 Mei, Berapa Nilai Jual Mobil Listrik Polytron?

News11 hours ago

Israel Kembali Serang Suriah, Ini Kata Pengamat

Ruang Sujud11 hours ago

Perbedaan Ma’unah, Karomah, dan Sihir: Jangan Salah Paham!

News11 hours ago

Haedar Nashir Terima Penghargaan dari Universiti Malaysia Kelantan

News20 hours ago

Wamendikdasmen: Generasi Muda Harus Kuat dan Jadi Problem Solver di Tengah Krisis Global

News20 hours ago

Media Sosial Geger, Trump Posting Foto Pakai Baju Paus

Sportechment21 hours ago

Kata-kata Yolla Yuliana Usai Capai Final Four Proliga 2025 ke-4 Beruntun

News21 hours ago

Inggris Tangkap 8 Orang Terkait Terorisme, Mayoritas Warga Iran

News21 hours ago

Adu Kekuatan Militer India dan Pakistan, Siapa Lebih Unggul?

News21 hours ago

Menag Dampingi Prabowo Resmikan Terminal Khusus Haji dan Umrah di Bandara Soetta

News22 hours ago

Terpilih Kembali Jadi PM Australia, Prabowo Ucapkan Selamat ke Anthony Albanese

Sportechment22 hours ago

China Juara Sudirman Cup 2025, Perpanjang Dominasi Gelar ke-14

Ruang Sujud23 hours ago

Sayyidul Istighfar: Doa Penghapus Dosa Terbaik dalam Islam

News1 day ago

PM Yaman Ahmad bin Mubarak Mengundurkan Diri karena Konflik Kekuasaan

Ruang Sujud1 day ago

Keutamaan Sayyidul Istighfar: Kunci Ampunan dan Surga