Connect with us

News

Mega Sebut Penguasa Saat ini Seperti Orba, Prof Muaz: Indikatornya Harus Jelas, Jangan Asal Tuduh

Dila Andara

Published

on

Monitorday.com – Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyebut penguasa saat ini bertindak seperti zaman Orde Baru. Pernyataan itu Megawati sampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Relawan Ganjar-Mahfud di JI-Expo Kemayoran, Jakarta Pusat pada Senin (27/11/2023).

“Republik ini penuh dengan pengorbanan, tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti zaman Orde Baru?” ujar Megawati.

Pernyataan tersebut disampaikan Megawati lantaran jengkel, merasa kini tidak dihargai.

Menanggapi ucapan Megawati, Akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof Muhammad Azhar (Muaz) mengatakan ucapan tersebut sejatinya ada indikator yang jelas.

Dikhawatirkan pernyataan seperti itu sifatnya menuduh tanpa dasar dan dapat merusak reputasi seseorang dan menciptakan ketidakpercayaan di antara masyarakat.

Politisi seharusnya bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi, dan jika mereka memiliki klaim atau tuduhan, sebaiknya didukung oleh fakta yang jelas dan dapat diverifikasi.

Lebih lanjut, Prof Muaz menilai ucapan seperti mengajak setiap relawan Ganjar-Mahfud untuk melawan kezaliman dalam ajang Pilpres 2024. Misalnya ” Bearni atau tidak”. Ini maksudnya apa?

Apalagi, kata Prof Muaz, ada narasi yang di lontarkan oleh Petinggi PDIP bahwa adanya kecurangan dan lain sebagainya.

“Jiika terkait dugaan kecurangan kan tinggal lapor ke Bawaslu. Harus ada bukti kecurangan,” ucap Prof Muaz.

Bicara rekam kecurangan, lanjut Prof Muaz, Mega seharusnya juga lebih menyadari bahwa Pemilu sebelumnya juga tidak terlepas dari kecurangan yang dilakoni oleh oknum-oknum seperti mantan Komisioner KPU, Wahyu Setiawan yang tindak tanduknya bisa dilihat dari jejak media sosial.

Tentunya, kata prof Muaz, kecurangan dalam pemilu adalah masalah serius yang dapat merusak integritas demokrasi. Beberapa bentuk kecurangan melibatkan pemalsuan suara, intimidasi pemilih, manipulasi data, atau praktik-praktik tidak etis lainnya.

Kecurangan semacam itu dapat menghasilkan representasi yang tidak akurat dan mengurangi kepercayaan masyarakat pada proses demokratis.

Memasuki tahun politik 2024, Prof Muaz mengimbau agar seluruh pihak menahan diri dan tidak asal melontarkan statement.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *