Monitordaycom – Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf berkomitmen mengenalkan wajah Islam yang moderat, inklusif, dan berbasis nilai kemanusiaan demi perdamaian dunia.
Pesan ini disampaikan dalam “International Conference on Humanitarian Islam” yang digelar PBNU bekerja sama dengan UI dan CSCV.
Humanitarian Islam diusung sebagai implementasi global dari ajaran Aswaja an-Nahdliyah tentang toleransi dan keseimbangan.
Gagasan ini melanjutkan konsep khittah NU 1926, Islam Nusantara, dan Fiqh Peradaban yang selaras dengan Pancasila.
Gagasan humanitarian Islam dicetuskan sejak 10 tahun lalu oleh elemen-elemen Nahdlatul Ulama.
Gerakan ini menawarkan solusi Islam Nusantara yang damai di tengah kompleksitas geopolitik global.
Humanitarian Islam diperlukan untuk langkah konkret yang tepat dalam merespons tantangan dunia.
Gagasan ini diharapkan menjadi landasan utama perdamaian dunia, menurut Yahya Staquf.
Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, menyatakan bahwa perdamaian dapat dibangun melalui pendekatan antarbudaya.
Filsafat antarbudaya menekankan keterbukaan, saling menghargai, dan kesadaran kritis sebagai solusi damai.
Indonesia mendukung dialog lintas agama dan Islam kemanusiaan sebagai alternatif bagi dunia yang penuh konflik.
Konferensi ini diharapkan menghasilkan karya ilmiah yang memberi arah strategis untuk misi humanitarian.
Prof. Ari mengajak masyarakat mengedepankan semangat Rahmatan lil ‘Alamin dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan internasional ini berlangsung di Jakarta pada 5–6 November 2024, dihadiri para kiai dan cendekiawan internasional.
Delegasi yang hadir antara lain Professor Robert W. Hefner dari Boston University dan Professor Greg Barton dari Deakin University.
Para akademisi dari AS, Eropa, Kanada, Australia, dan Asia Tenggara turut serta dalam acara ini.
Pembukaan konferensi juga dihadiri sejumlah petinggi negara dan pejabat kementerian.
Pejabat yang hadir antara lain Menteri Luar Negeri, Menteri Sosial, dan Menteri Perlindungan Pekerja Migran.
Selain itu, ada perwakilan dari Liga Muslim Dunia dan duta besar negara sahabat.
Acara ini diharapkan menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam menyuarakan Islam damai di dunia internasional.