DALAM suatu wilayah tertentu kita membutuhkan sang gubernur. Ya, dialah orang yang akan bertindak sebagai pemimpin. Di mana sosok pemimpin itu memang sangat kita butuhkan. Sebab, tanpa adanya pemimpin, maka suatu wilayah tertentu tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu, kita harus memilih gubernur. Mengapa? Karena di negara kita ini pemilihan pemimpin dilakukan secara demokratis. Artinya keputusan ada di tangan kita, sebagai rakyat.
Penetapan sang pemimpin di suatu wilayah dalam negara tertentu, juga sudah dilakukan di masa khalifah. Pemilihan gubernur ketika itu, ada yang secara musyawarah ada pula yang ditunjuk. Nah, salah satu geburnur istimewa ada pada zaman kekhalifahan Umar bin Khaththab.
Ketika Umar berdiri sebagai khalifah, ia memutuskan untuk mengangkat Said bin Amir Al-Jumaihi menjadi gubernur di Syam. Mengingat, Said ini dikenal sebagai orang yang bertakwa dan jujur. Sehingga, tak ada keraguan di hati Umar untuk memberikan amanah itu kepadanya.
Hanya saja, Said menolak untuk dijadikan sebagai pemimpin. Ia tak ingin dunia membuatnya buta. Ia tak ingin terjerumus pada fitnah dunia. Said berkata, “Jangan kau jerumuskan aku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin. Kalian mengalungkan amanah ini di leherku kemudian kalian tinggal aku.”
Umar lalu berkata kepadanya, “Aku akan mentapkan gaji untukmu.”
Said menjawab, “Apa yang aku lakukan dengan gaji itu wahai Amirul Mukminin? Pemberian dari baitul maal kepadaku melebihi kebutuhanku.”
Demi kepatuhannya dan ketaatannya kepada khalifah, akhirnya Said memutuskan untuk menerima amanah itu. Kemudian, pergilah ia ke Syam dan memimpin di sana.
Suatu ketika, Umar didatangi oleh beberapa orang dari penduduk Syam. Kemudian, Umar memerintahkan mereka untuk menuliskan siapa saja orang-orang miskin yang ada di sana agar ia bisa membantunya.
Akhirnya, mereka menuliskan semua orang-orang miskin di Syam, termasuk salah satunya Said. Hal ini sontak membuat Umar kaget. Ia bertanya, “Apakah Said adalah gubernur kalian?” “Ya,” jawab mereka. “Gubernur kalian miskin?” tanya Umar lagi. Mereka menjawab, “Benar, di rumahnya tidak pernah dinyalakan api dalam jangka waktu yang lama.”
Kabar ini membuat Umar menangis, hingga membasahi janggutnya. Kemudian ia mengeluarkan uang seribu dinar untuk diberikan kepada keluarga Said. Akhirnya, orang-orang Syam ini pulang, dan memberikan titipan Umar kepada Said.
Said yang menerima pemberian Umar tersebut pun merasa kaget, “Innalillahi wa inna ilahi rai’un.” Seolah-olah Said sedang ditimpa oleh musibah yang sangat besar.
Kemudian, istrinya datang menghampirinya. Said lalu menceritakan bahwa ia sedang ditimpa suatu bencana, yakni fitnah telah datang ke rumahnya. Maka sang istri meminta agar ia membebaskannya. Lantas, Said meminta bantuan sang istri agar menyedekahkan pemberian dari Umar.
Subhanallah. Seperti itulah contoh gubernur di zaman khalifah Umar. Salah satu gubernur ini memiliki keadaan ekonomi yang rendah. Meski pun begitu, ia tetap menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan, ia tidak membiarkan dirinya terlihat lemah. Ia tetap berprinsip untuk mengesampingkan perkara dunia yang akan melemahkan ketakwaannya. Bahkan, ia lebih mementingkan rakyatnya daripada dirinya sendiri.