Monitorday.com – Komunitas Muslim-Turki di Trakia, Yunani bagian barat laut sedang dilanda perasaan waswas karena khawatir pihak berwenang Yunani berencana menghapus warisan Utsmaniyah-Turki dari abad ke-14 di wilayah itu.
Kekhawatiran ini muncul setelah kotamadya Avdira berusaha membangun lapangan di atas pemakaman Muslim Utsmaniyah pada tahun lalu, yang berhasil digagalkan setelah mendapat perhatian internasional.
Mufti dari komunitas di Xanthi mengungkapkan bahwa Yunani aktif menghapus jejak sejarah Ottoman, termasuk pemandian, masjid, madrasah, dan kuburan di seluruh wilayah Trakia Barat.
Partai oposisi PASOK menyuarakan kecurigaan terhadap alasan di balik upaya tersebut, sambil menekankan pentingnya menjaga peninggalan sejarah bagi masyarakat lokal.
Komunitas tersebut menghadapi tantangan dalam mempertahankan makam-makam kuno mereka, dimana batu nisan tersebar di antara pepohonan di area yang sebelumnya adalah hutan.
Meskipun komunitas mengajukan petisi dan meminta bantuan warga setempat, pemerintah kota Bulustra tetap berencana membangun lapangan sepak bola dan taman di atas kuburan.
Tindakan komunitas untuk melindungi warisan sejarah mereka membuahkan hasil setelah berhasil menghentikan rencana pembangunan tersebut melalui intervensi otoritas Yunani.
Jurnalis lokal Cengiz Ömer menyatakan bahwa rencana pembangunan ini adalah bagian dari upaya lebih besar untuk menghilangkan properti dan perkebunan milik minoritas Turki.
Walikota Bulustra diketahui memiliki pandangan anti-Turki, yang turut memperburuk situasi bagi komunitas minoritas di Trakia Barat.
Komunitas Muslim Turki di wilayah tersebut, yang jumlahnya sekitar 150.000 jiwa, hidup dengan hak-hak yang dijamin oleh Perjanjian Lausanne tahun 1923, meskipun sering kali menghadapi penindasan dari pemerintah Yunani.
Pemerintah Yunani telah mengambil langkah-langkah melanggar hak-hak komunitas tersebut, termasuk menutup sekolah dan masjid serta melarang penggunaan istilah “Turki” atau “Turkik” di nama sekolah dan yayasan mereka.
Pada tahun 2022, Yunani menutup empat sekolah Turki, memblokir pemilihan pemimpin agama setempat, dan menghalangi pelaksanaan shalat Idul Fitri di tempat umum.
Turki telah lama mengkritik Yunani atas pelanggaran hak dan kebebasan dasar komunitas Muslim dan minoritas Turki di negara itu.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, mengajak dunia Islam untuk tidak lagi menjadi penonton atas penganiayaan terhadap minoritas Turki dan populasi Muslim di Yunani, namun upaya ini belum membuahkan hasil yang signifikan.