Monitorday.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah berupaya meningkatkan daya saing produk tuna Indonesia melalui berbagai strategi, termasuk penjaminan mutu dan keamanan produk serta peningkatan hubungan bilateral dengan negara lain.
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan nilai tambah produk perikanan Indonesia.
“Strategi yang harus diambil untuk meningkatkan daya saing produk tuna Indonesia di antaranya adalah menjamin mutu dan keamanan produk tuna, pengembangan produk tuna, memahami persyaratan negara pembeli beserta tarifnya, serta meningkatkan hubungan bilateral melalui perundingan bilateral,” ujar Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistiyo, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (26/6).
Budi menjelaskan, tuna merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.
Dari sisi nilai ekonomi, ekspor tuna Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2023, ekspor tuna mencapai 927,13 juta dolar AS, dengan pertumbuhan rata-rata 6,1 persen per tahun dalam lima tahun terakhir.
Tujuan utama ekspor tuna adalah Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah, dan Uni Eropa.
Ekspor komoditas tuna, cakalang, dan tongkol Indonesia didominasi oleh produk fillet dengan kontribusi sebesar 39,4 persen, diikuti oleh tuna dalam kemasan kedap udara 28,7 persen, dan tuna dalam kemasan tidak kedap udara 7,4 persen.
“Tuna Indonesia memiliki daya saing yang cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan di pasar internasional. Oleh karena itu, peningkatan daya saing harus terus ditingkatkan,” ujar Budi.
Budi menekankan bahwa KKP sangat fokus pada strategi peningkatan daya saing ini agar tingkat penolakan produk tuna Indonesia di negara tujuan ekspor tetap rendah.
“Kami sangat fokus pada strategi ini agar produk dalam negeri berkualitas dan tidak ada penolakan produk tuna di negara tujuan ekspor,” katanya.