Ruang Sujud
Kisah Pemindahan Kiblat Umat Islam
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanPada saat arah kiblat diubah dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, ini adalah momen penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Rajab, tujuh puluh bulan setelah Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah. Saat itu, sekelompok orang, termasuk Rifa’ah bin Qais, Fardam bin Amr, Ka’ab bin Al-Asyraf, Rafi’ bin Abu Raff Al-Hajjaj bin Amr, Ar-Rabi’ bin Ar-Rabi’ bin Abu Al-Huqaiq, dan Kinanah bin Ar-Rabi’ bin Abu Al-Huqaiq mendatangi Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dengan pertanyaan yang menantang, “Wahai Muhammad, mengapa engkau beralih dari kiblatmu yang semula, padahal engkau menyatakan bahwa dirimu sebagai penganut agama Ibrahim? Kembalilah kepada kiblatmu yang pertama, niscaya kami mengikuti dan membenarkanmu.”
Tujuan dari pertanyaan tersebut adalah untuk menguji keyakinan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan mengganggu agamanya. Namun, Allah ‘Azza wa Jalla dengan segera memberikan jawaban melalui wahyu-Nya:
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: ‘Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?’ Katakanlah: ‘Kepunyaan Allah lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Sebagai ujian dan cobaan, Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; yakni berupa keyakinan dan yang Allah kokohkan dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Yakni keimanan kalian dengan kiblat dan pembenaran kalian akan Nabi kalian, dan ikutnya kalian pada kiblat terakhir, dan ketaatan kalian pada nabi kalian, agar Allah berikan pahala keduanya secara keseluruhan. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 142-143)
Allah ‘Azza wa Jalla kemudian menegaskan kembali:
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah: 144)
Pergeseran ini adalah langkah yang membawa kepastian dalam keyakinan dan ketakwaan umat Islam. Ini adalah ujian yang memisahkan antara mereka yang mengikuti petunjuk Allah dan mereka yang tidak. Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang diberi kitab (Yahudi dan Nasrani) sebenarnya tahu bahwa arah kiblat yang baru adalah benar dan datang dari Tuhan mereka sendiri. Namun, sebagian dari mereka menyembunyikan kebenaran, meskipun mereka tahu hal itu.
Pemindahan kiblat adalah bukti dari Allah ‘Azza wa Jalla yang menguji keyakinan dan ketakwaan umat-Nya. Ini adalah momen yang mengukuhkan umat Islam sebagai umat yang adil dan pilihan, serta mengingatkan kita bahwa kita harus selalu mempertahankan kebenaran dan keyakinan kita dalam menghadapi ujian dan tantangan.