Connect with us

Pangan

Berkat Homologasi, Rajawali Nusindo Pastikan Keberlanjutan operasional dan Pemulihan Kinerja Perusahaan

Hendi Firdaus

Published

on

Monitorday.com – PT Rajawali Nusindo, anak usaha dari Holding Pangan BUMN ID FOOD, resmi mendapatkan persetujuan mayoritas kreditor atas skema restrukturisasi utang dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Langkah ini menandai babak baru bagi perusahaan dalam upaya pemulihan kinerja dan keberlanjutan bisnis.

Rapat pemungutan suara terkait skema perdamaian dilaksanakan pada Selasa (15/4), yang kemudian disusul dengan pengesahan Perjanjian Perdamaian (homologasi) oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Kamis (17/4).

Dalam rapat tersebut, kreditor konkuren menyetujui proposal restrukturisasi dengan tingkat persetujuan 95% dari jumlah kreditor, yang mewakili 83% nilai tagihan. Sementara itu, kreditor separatis (perbankan) menyetujui dengan suara mayoritas 83%, mewakili 98% dari nilai tagihan separatis.

“Hasil voting tersebut telah disahkan melalui putusan homologasi oleh Pengadilan Niaga,” ungkap VP Sekretaris Perusahaan ID FOOD, Yosdian Adi Pramono, di Jakarta.

Dengan disahkannya proposal perdamaian ini, Rajawali Nusindo akan segera melaksanakan kewajiban pembayaran sesuai skema restrukturisasi yang telah disepakati. Yosdian menyebut keputusan tersebut mencerminkan kepercayaan kuat dari para kreditor terhadap kemampuan Rajawali Nusindo untuk menjalankan rencana bisnisnya secara konsisten sebagai perusahaan trading dan distribusi.

Pasca homologasi, ID FOOD mendorong Rajawali Nusindo untuk fokus memperbaiki kinerja operasional dan memperkuat strategi pertumbuhan jangka panjang. Yosdian menekankan bahwa keputusan ini menjadi titik balik penting bagi perusahaan untuk memperkuat fundamental bisnis, memperbaiki arus kas, serta menjaga kelangsungan operasional.

“Restrukturisasi ini dirancang untuk memperbaiki arus kas yang digunakan sebagai modal kerja, sekaligus memberi waktu pemulihan agar penjualan dan operasional perusahaan kembali stabil,” jelasnya.

Yosdian juga menyatakan bahwa proses PKPU memberikan kepastian hukum, baik bagi kreditor maupun bagi Rajawali Nusindo, dalam menjalankan kegiatan bisnisnya secara normal.

“Seluruh kegiatan operasional Rajawali Nusindo akan tetap berjalan seperti biasa. Kami berkomitmen melaksanakan restrukturisasi ini sebagai bagian dari strategi memperkuat daya saing perusahaan,” tegasnya.

Homologasi ini, tambah Yosdian, merupakan hasil nyata dari komitmen manajemen dan seluruh pemangku kepentingan dalam menjaga kelangsungan bisnis Rajawali Nusindo. Ke depan, perusahaan akan fokus pada evaluasi strategis dan peningkatan efisiensi sebagai bagian dari proses pemulihan menyeluruh.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pangan

Ampas Kopi Bisa Jadi Emas Hijau, Kok Bisa?

Pakar UGM dorong gerakan daur ulang ampas kopi demi ekonomi sirkular dan lingkungan lestari. Limbah kopi punya potensi jadi produk bernilai tinggi.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Siapa sangka, ampas kopi yang biasa kita buang ternyata menyimpan potensi emas bagi lingkungan dan ekonomi. Pakar lingkungan dari Universitas Gadjah Mada, Chandra Wahyu Purnomo, dengan lantang mendorong gerakan pengumpulan limbah kopi, khususnya ampasnya, agar bisa diolah kembali menjadi produk bernilai jual. Di tengah ancaman krisis lingkungan dan meningkatnya volume sampah, Chandra menyuarakan solusi yang bukan hanya inovatif, tapi juga visioner.

“Ampas kopi biasanya langsung dibuang dan menjadi satu dengan sampah lainnya. Padahal kalau kita mau kumpulkan, itu bisa dijadikan barang yang bernilai ekonomi,” tegas Chandra pada Sabtu (19/4/2025). Suaranya penuh semangat, seperti ingin segera mengubah persepsi masyarakat bahwa limbah tak selalu berarti sampah tak berguna.

Apa yang disampaikan Chandra bukan sekadar wacana. Ia menyebutkan bahwa sejumlah penelitian telah membuktikan potensi ampas kopi. Salah satu pemanfaatan yang tengah dikembangkan adalah pengolahan ampas menjadi arang aktif. Bahan ini dikenal mampu menyerap zat-zat berbahaya dalam air, menjadikannya alat filtrasi alami yang efektif dan ramah lingkungan.

Namun, tak hanya sebatas itu. Chandra juga menyayangkan bila ampas kopi terus-menerus dibuang sembarangan. Ia memperingatkan bahwa limbah kopi yang tidak dikelola dengan baik bisa menjadi polutan. “Justru kalau dibuang sembarangan bisa menjadi polutan dan mencemari sungai,” ujarnya. Peringatan itu bukan tanpa dasar, mengingat limbah organik seperti ampas kopi bisa menghasilkan zat berbahaya jika terdegradasi secara tidak tepat.

Di balik ancaman itu, ada pula secercah harapan. Saat ini sudah mulai muncul gerakan dan inisiatif dari masyarakat serta pelaku industri yang memanfaatkan limbah kopi menjadi barang-barang bermanfaat. Salah satu yang menarik adalah pengolahan limbah kopi menjadi furnitur ramah lingkungan. Ampas kopi ternyata bisa digunakan untuk memperbaiki tekstur dan warna pada furnitur kayu, sementara kulit ari biji kopi diolah menjadi bahan alternatif untuk meja dan kursi.

Gerakan ini seolah menjadi energi baru bagi ekonomi sirkular di Indonesia. Inovasi seperti ini membuka peluang baru dalam penciptaan produk hijau yang tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga membawa misi pelestarian lingkungan. Potensinya makin besar jika mengingat fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Dengan produksi kopi yang tinggi, limbah yang dihasilkan pun melimpah – sebuah tantangan sekaligus peluang besar untuk inovasi.

Energi perubahan itu kini tinggal menunggu dukungan lebih luas dari masyarakat dan pemerintah. Chandra berharap ke depan akan muncul lebih banyak kolaborasi antara akademisi, pelaku industri, komunitas kreatif, dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem daur ulang yang kuat. Ia percaya, jika dikelola serius, ampas kopi bisa menjadi bagian dari gerakan hijau nasional yang nyata dan berdampak luas.

Dari seduhan pagi hari yang sederhana, kini ampas kopi punya kesempatan untuk jadi pahlawan baru bagi lingkungan. Gerakan ini bukan sekadar soal mendaur ulang, melainkan tentang bagaimana kita mengubah cara pandang terhadap limbah. Dari sesuatu yang dianggap sisa, menjadi sesuatu yang bernilai dan berdaya guna. Indonesia punya potensi besar, dan momentum perubahan ini tinggal menunggu satu langkah nyata: mengumpulkan, mengolah, dan memberi makna baru pada setiap ampas yang tersisa.

Continue Reading

Pangan

Restoran Hidup Kembali Berkat Makan Gratis

Program MBG menyelamatkan gizi anak sekaligus menghidupkan kembali industri kuliner lokal yang nyaris bangkrut, membentuk ekosistem baru yang berkelanjutan dan penuh dampak sosial.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Ketika dapur-dapur nyaris padam dan panci-panci berdebu, program Makan Bergizi Gratis datang seperti angin segar. Bukan sekadar memberi makan anak-anak, tapi juga menyelamatkan industri kuliner dari jurang kebangkrutan.

Restoran yang hampir tutup kini kembali menyalakan kompor. Dapur yang sempat dingin kini penuh aroma sedap dan aktivitas penuh semangat. Semua ini terjadi berkat satu gebrakan kebijakan: Makan Bergizi Gratis (MBG). Program besutan Badan Gizi Nasional (BGN) ini telah menjelma menjadi penyelamat gizi anak sekaligus pahlawan ekonomi bagi pelaku usaha kuliner.

“Restoran yang sudah sepi, bahkan mau tutup, sekarang punya pelanggan tetap minimal 3.000 per hari,” ungkap Kepala BGN, Dadan Hindayana, dengan semangat di hadapan Presiden RI dalam Sarasehan Ekonomi di Jakarta. Apa yang ia sampaikan bukan sekadar angka. Di balik angka-angka itu ada nyawa usaha kecil yang terselamatkan, ada pekerja yang kembali tersenyum, dan ada dapur yang kembali hidup.

Program MBG bukan hanya proyek jangka pendek. Ini adalah investasi jangka panjang yang menyentuh dua sisi penting kehidupan bangsa: anak-anak sebagai generasi penerus, dan UMKM kuliner sebagai tulang punggung ekonomi rakyat. Dengan melibatkan restoran, katering lokal, hingga kantin sekolah, program ini menjelma menjadi ekosistem baru yang dinamis dan inklusif.

Contohnya di Bogor, sebuah kantin sekolah di bawah Yayasan Boswa Bina Insani kini bukan hanya melayani siswa sekolah asalnya. Setelah digandeng dalam program MBG, kantin tersebut melayani 10 sekolah sekitar, menyuplai makanan sehat untuk 3.000 anak per hari. Omzet harian mereka melonjak dari Rp2-3 juta menjadi Rp6 juta. Sebuah lompatan besar yang bukan hanya soal angka, tapi juga soal keberlanjutan.

Cerita serupa banyak ditemukan di berbagai daerah. Bahkan di tempat-tempat yang sulit dijangkau seperti kawasan 3T—terdepan, terluar, dan tertinggal—BGN tengah menyiapkan tender untuk membangun lebih dari 1.500 satuan pelayanan gizi yang dibiayai penuh oleh APBN. Ini bukan hanya tentang makan, tapi tentang kehadiran negara yang nyata, menyentuh hingga pelosok dan memberi harapan baru bagi masa depan.

Dari ujung dapur hingga meja makan anak-anak, MBG telah menciptakan rantai nilai yang saling menguatkan. Di satu sisi, anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi yang lebih baik dan merata. Di sisi lain, pelaku usaha mikro seperti pemilik kantin dan restoran lokal kembali mendapatkan napas usaha. Tak hanya mereka bisa bertahan, tapi juga berkembang.

Program ini membuktikan bahwa solusi masalah bangsa tidak selalu harus rumit. Terkadang, cukup dengan menyajikan sepiring makanan sehat dengan cinta dan sistem yang tepat, perubahan besar bisa terjadi. Tidak hanya membuat perut kenyang, tetapi juga membuat ekonomi berdenyut kembali.

Inilah wajah baru kebijakan publik yang enerjik dan berdampak luas. Di tengah tantangan global dan tekanan ekonomi, MBG hadir sebagai contoh sinergi yang dinamis antara kepedulian sosial dan keberlanjutan ekonomi. Satu kebijakan, dua kemenangan: anak-anak sehat, dapur rakyat hidup kembali.

Continue Reading

Pangan

79 Tahun Indonesia Merdeka Tapi Masih Impor Pangan, Mayoritasnya Sembako!

Indonesia masih mengimpor pangan meski sudah 79 tahun merdeka. Kebijakan impor yang menguntungkan segelintir pihak menjadi kendala utama. Mampukah pemerintahan baru membawa Indonesia menuju swasembada pangan?

Dila N Andara

Published

on

Monitorday.com – Indonesia merdeka sudah 79 tahun, tapi kenyataannya masih bergantung pada impor pangan, terutama bahan kebutuhan pokok. Ironi ini semakin tajam ketika melihat luasnya lahan pertanian, kayanya hasil laut, dan melimpahnya sumber daya alam di negeri ini. Pertanyaannya, mengapa masih impor? Siapa yang diuntungkan? Dan mampukah pemerintahan baru mengubah keadaan?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari–Juni 2022 saja, Indonesia masih mengimpor berbagai komoditas pangan seperti kedelai, beras, gula, hingga kopi. Bahkan, kedelai yang menjadi bahan utama tahu dan tempe—makanan rakyat—mayoritas masih didatangkan dari luar negeri. Sementara itu, beras yang menjadi makanan pokok rakyat Indonesia juga harus didatangkan dari negara lain. Padahal, Indonesia pernah mencapai swasembada beras di era Orde Baru. Apa yang berubah sejak saat itu?

Salah satu penyebab utama adalah ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi. Populasi Indonesia yang terus meningkat menuntut kebutuhan pangan yang juga semakin besar. Namun, produktivitas pertanian dalam negeri masih tertinggal. Petani sering kali menghadapi kendala seperti harga pupuk yang mahal, infrastruktur yang kurang memadai, hingga sistem distribusi yang berbelit. Belum lagi kebijakan impor yang sering kali lebih menguntungkan pihak tertentu dibandingkan mendorong produksi lokal.

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga menjadi faktor krusial. Harga barang impor biasanya dibanderol dalam dolar, dan dengan kurs rupiah yang fluktuatif—seperti saat ini yang bergerak di kisaran Rp14.700 per dolar AS—harga barang impor otomatis semakin mahal. Namun, tetap saja impor terus berjalan, seolah-olah ada pihak yang tak ingin Indonesia mandiri dalam hal pangan.

Perang dagang antara negara-negara besar sebenarnya bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat kemandirian pangan. Amerika Serikat, misalnya, mulai membatasi ekspor beberapa komoditas, yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mendorong produksi dalam negeri. Namun, realitanya, kebijakan yang ada masih lebih mengakomodasi kepentingan segelintir pihak yang menikmati keuntungan besar dari impor.

Kini, harapan tertuju pada Presiden Prabowo yang akan segera memimpin Indonesia. Mampukah ia menghentikan praktik-praktik yang menghambat kemandirian pangan? Mampukah ia menekan para pejabat yang selama ini menikmati manisnya bisnis impor? Rakyat menanti gebrakan nyata yang bisa membuktikan bahwa janji kampanye bukan sekadar angin lalu.

Dulu, di era Soeharto, Indonesia bisa mencapai swasembada beras. Apakah mungkin untuk mengulang kesuksesan tersebut? Dengan teknologi pertanian yang semakin maju dan sumber daya manusia yang lebih mumpuni, seharusnya bukan hal mustahil bagi Indonesia untuk kembali berdiri di atas kaki sendiri dalam hal pangan. Namun, tanpa keberanian untuk mengambil keputusan tegas, semua hanya akan menjadi retorika belaka.

Indonesia punya segalanya: lahan subur, sumber daya alam melimpah, dan tenaga kerja yang siap berjuang. Namun, jika kebijakan lebih berpihak pada impor ketimbang produksi lokal, maka selamanya kita akan menjadi bangsa yang bergantung pada negara lain untuk kebutuhan pangan. Saatnya perubahan dimulai! Jika tidak, 79 tahun merdeka hanya akan menjadi angka tanpa makna.

Continue Reading

Pangan

Udang Vaname Nusa Dewa: Kunci Lompatan Produksi Nasional

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Gemuruh industri perikanan Indonesia semakin menggema dengan gebrakan program induk udang vaname unggul Nusa Dewa (NSD) yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Sejak diluncurkan dua tahun lalu oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, program ini terus menunjukkan komitmennya dalam menyediakan benih udang vaname berkualitas guna mendukung peningkatan produksi udang nasional.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, menegaskan bahwa Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya (DJPB) melalui Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem telah berperan besar dalam menopang produksi udang nasional.

Dengan berbagai keunggulan, Induk Udang Vaname Nusa Dewa menjadi pilihan utama bagi pembudidaya. Produk lokal ini tidak hanya tumbuh lebih cepat tetapi juga lebih toleran terhadap penyakit dan kondisi perairan Indonesia, membuatnya mampu bersaing dengan produk impor dari negara lain.

Konsistensi ini tercermin dalam peningkatan jumlah distribusi. Pada 2024, BPIU2K Karangasem berhasil mendistribusikan 16.800 ekor induk udang vaname Nusa Dewa. Sementara itu, awal 2025 telah mencatat distribusi calon induk sebanyak 4.710 ekor, yang digunakan untuk membantu kelompok pembudidaya sekaligus meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Keberhasilan ini memperkuat optimisme Dirjen Tebe bahwa Indonesia berpotensi menjadi salah satu produsen utama udang vaname dunia.

Tak hanya soal distribusi, progres pemuliaan induk udang vaname Nusa Dewa juga mengalami perkembangan pesat. Dengan lima varian unggulan, yaitu Fast Growth (pertumbuhan cepat), Balance (keseimbangan antara pertumbuhan dan ketahanan), Resisten terhadap White Spot Syndrome Virus (WSSV), Toleran terhadap Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), serta Plant Based Protein (adaptasi terhadap pakan berbasis nabati), induk udang ini menjadi inovasi strategis dalam industri perudangan nasional.

Minat pembudidaya terhadap Induk Udang Vaname Nusa Dewa semakin meningkat. Sejak 2022 hingga 2024, sebanyak 42.548 ekor telah didistribusikan ke sembilan provinsi, termasuk Aceh, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Selain itu, pengembangan juga dilakukan di empat Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJPB, seperti BPBAP Ujung Batee, BPBAP Takalar, BBPBAP Jepara, dan BPBAP Situbondo.

Tak hanya di sektor pemerintah, swasta juga aktif mengembangkan induk udang vaname Nusa Dewa. Sebanyak 42 pelaku usaha telah ikut serta dalam pengembangannya, menciptakan rantai produksi yang semakin luas. Inovasi ini didukung oleh pendekatan berbasis molecular breeding yang dikembangkan di Laboratorium BPIU2K Karangasem. Dengan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) No. EC00202273964 untuk marka molekuler resisten WSSV dan penetapan resmi melalui Kepmen KP No. 181 Tahun 2023, Nusa Dewa semakin kokoh sebagai produk unggulan nasional.

Keunggulan ini dirasakan langsung oleh pelaku usaha hatchery, seperti Uus dari Kalianda, Lampung Selatan. Dengan permintaan yang terus membanjiri, nauplii dan benih udang Nusa Dewa menjadi andalan hatchery di berbagai daerah, termasuk Aceh, Makassar, Bali, Anyer, Pangandaran, dan Riau. Keunggulan daya tahan serta pertumbuhan cepat menjadikannya pilihan utama, bahkan di tengah tantangan cuaca ekstrem.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menekankan bahwa udang merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia. Melalui berbagai program kerja, termasuk pengembangan induk udang vaname di Karangasem, Bali, produktivitas sektor ini terus ditingkatkan untuk memperkuat daya saing global. Dengan dukungan teknologi, inovasi, serta komitmen dari berbagai pihak, Induk Udang Vaname Nusa Dewa menjadi bukti nyata bahwa Indonesia siap melompat lebih tinggi dalam industri perikanan dunia.

Continue Reading

Pangan

Pasar Pangan Murah Raup Rp 39,3 M, Kok Bisa?

Operasi Pasar Pangan Murah yang digelar pemerintah sukses meraup omzet Rp 39,3 miliar. Program ini menekan harga pangan, memperkuat distribusi, dan memastikan stok tetap terjaga di seluruh wilayah.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Di tengah tingginya kebutuhan pangan selama Ramadan dan menjelang Lebaran, pemerintah menggelar operasi pasar murah yang sukses meraup omzet hingga Rp 39,3 miliar. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut program ini sebagai langkah konkret dalam menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan bahan pokok bagi masyarakat.

“Tingginya serapan pangan menunjukkan bahwa masyarakat sangat terbantu dengan adanya operasi pasar ini. Pemerintah akan terus memperkuat distribusi pangan serta memastikan ketersediaan stok agar harga tetap stabil di pasaran,” ujar Amran dalam keterangan tertulisnya, Minggu (30/3/2025).

Keberhasilan ini tidak lepas dari inovasi digital melalui platform AgriPost Kementan, yang memangkas rantai pasok panjang dengan menghubungkan produsen langsung ke konsumen. Dengan melibatkan BUMN pangan dalam sistem distribusi, harga pangan tetap terkendali dan stok tersebar merata di seluruh wilayah. Masyarakat pun mulai mengenal AgriPost sebagai tempat berbelanja bahan pangan murah di tiap-tiap kantor pos.

Tidak seperti operasi pasar konvensional yang sering menyebabkan antrean panjang akibat keterbatasan stok, AgriPost memastikan ketersediaan pangan lebih terjaga. Beberapa komoditas yang dijual dengan harga lebih rendah dibanding pasar antara lain Beras SPHP seharga Rp 12.000 per kg, Gula Pasir Rp 15.000 per kg, Daging Kerbau Beku Rp 75.000 per kg, Minyak Goreng Minyakita Rp 14.700 per kg, serta Daging Ayam Ras Beku Rp 34.000 per kg.

Operasi pasar ini pertama kali digelar pada 25 Februari 2025 dengan melibatkan 4.500 gerai Kantor Pos di seluruh Indonesia. Langkah ini bertujuan memastikan ketersediaan pangan dengan harga terjangkau menjelang bulan Ramadan dan Lebaran. Kolaborasi dengan PT Pos Indonesia memungkinkan distribusi pangan murah menjangkau hingga pelosok desa, memastikan masyarakat luas bisa menikmati harga yang lebih stabil.

“Dengan 4.500 gerai PT Pos Indonesia, operasi pasar ini bisa menjangkau masyarakat luas, baik di kota maupun di daerah terpencil. Ini langkah konkret pemerintah untuk memastikan harga pangan tetap stabil menjelang Ramadan,” jelas Amran.

Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah outlet aktif terbanyak, yaitu 549 outlet, disusul Jawa Tengah dengan 528 outlet, dan Jawa Barat dengan 325 outlet. Dari segi jumlah item pangan yang terjual, Jawa Timur juga menempati posisi teratas dengan 272.583 item, diikuti Jawa Tengah dengan 236.934 item, dan Sumatera Utara dengan 109.705 item. Sementara itu, dalam hal omzet penjualan, Jawa Tengah mencatat angka tertinggi dengan Rp 6,7 miliar, disusul Jawa Timur dengan Rp 5,6 miliar, dan Jawa Barat dengan Rp 3,64 miliar.

Keberhasilan program ini berkat kolaborasi erat antara pemerintah dan berbagai pihak, termasuk PT Pos Indonesia, BUMN pangan (Perum Bulog, PT Berdikari, ID Food, PPI), Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Badan Pangan Nasional, Satgas Pangan, serta beberapa pihak swasta. Dengan upaya ini, diharapkan harga pangan tetap stabil dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa tekanan finansial berlebih.

Continue Reading

Pangan

Harga Pangan Naik Saat Lebaran, Apa Solusinya?

Harga pangan naik selama Lebaran akibat liburnya pedagang dan meningkatnya permintaan. Pemerintah menjamin harga akan kembali stabil dalam seminggu, sementara masyarakat beradaptasi dengan berbagai strategi berhemat.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Lebaran selalu membawa kebahagiaan. Suasana rumah yang ramai, obrolan akrab dengan keluarga, dan tentu saja hidangan lezat yang tersaji di meja makan. Namun, di balik euforia itu, ada satu hal yang hampir selalu terjadi setiap tahun: harga pangan yang melonjak. Tahun ini pun tidak berbeda. Dari pasar tradisional hingga supermarket besar, harga kebutuhan pokok naik drastis. Banyak orang yang kaget dan terpaksa mengatur ulang rencana belanja mereka.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, atau yang akrab disapa Zulhas, sudah memprediksi ini. Menurutnya, kenaikan harga saat Lebaran bukan hal baru. Banyak pedagang yang libur, distributor yang berhenti beroperasi, bahkan pabrik yang tutup sementara. Jadi, ketika pasokan terbatas tetapi permintaan tetap tinggi, harga pun naik. “Jangan kaget kalau hari ini sayur mahal, karena pedagangnya juga libur,” kata Zulhas di rumahnya di Jatinegara, Jakarta Timur.

Di berbagai daerah, masyarakat merasakan dampaknya. Beras premium kini dihargai Rp 15.594 per kilogram, beras medium Rp 13.725 per kilogram. Harga daging sapi pun naik mendekati Rp 140.000 per kilogram. Bahkan daging kerbau beku impor, yang biasanya lebih murah, kini tembus Rp 110.159 per kilogram, jauh di atas harga acuan Rp 80.000. Bagi masyarakat, ini tentu menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang ingin tetap menyajikan hidangan istimewa di hari raya.

Namun, benarkah harga ini akan bertahan lama? Zulhas menenangkan masyarakat bahwa kondisi ini hanya sementara. “Seminggu setelah Lebaran, harga akan normal lagi,” katanya. Meski demikian, tidak semua orang yakin. Dalam beberapa tahun terakhir, harga pangan sering kali sulit turun kembali setelah naik. Kekhawatiran ini wajar, mengingat tren kenaikan harga yang sulit dikendalikan.

Di sisi lain, para pedagang kecil juga harus putar otak. Dengan harga bahan baku yang naik, mereka menghadapi dilema: menaikkan harga dan berisiko kehilangan pelanggan, atau tetap menjual dengan harga lama dan merugi. Pedagang makanan, misalnya, harus berpikir dua kali sebelum menyesuaikan harga dagangannya.

Sementara itu, masyarakat mencari berbagai cara untuk berhemat. Ada yang sudah berbelanja lebih awal sebelum harga melonjak. Ada juga yang memilih alternatif lebih murah, seperti mengganti daging sapi dengan ayam atau tahu-tempe. Tak sedikit pula yang memasak dalam porsi lebih kecil agar tidak ada makanan yang terbuang percuma.

Pemerintah tentu tidak tinggal diam. Mereka berusaha menjaga kestabilan harga dengan memastikan stok pangan cukup. Salah satu langkahnya adalah operasi pasar, di mana bahan pangan dijual dengan harga lebih terjangkau. Tapi, langkah ini belum tentu efektif di semua tempat. Distribusi yang tidak merata sering kali membuat masyarakat di beberapa daerah tetap kesulitan mendapatkan bahan pangan dengan harga wajar.

Dalam jangka panjang, Indonesia butuh solusi lebih dari sekadar operasi pasar sesaat. Rantai pasok pangan harus lebih efisien agar tidak bergantung pada sedikit pihak saja. Digitalisasi sektor pangan bisa menjadi jawaban, dengan memangkas rantai distribusi dan menghubungkan produsen langsung ke konsumen. Dengan begitu, harga pangan bisa lebih stabil, bahkan saat Lebaran tiba.

Seiring dengan berlalunya momen Lebaran, masyarakat tentu berharap harga kembali stabil, daya beli tetap terjaga, dan pangan tetap terjangkau. Namun, sampai saat itu tiba, kita harus lebih cermat menyiasati kenaikan harga dan mengatur pola konsumsi. Karena pada akhirnya, Lebaran bukan soal kemewahan hidangan di meja makan, melainkan tentang kebersamaan dan kehangatan keluarga.

Continue Reading

Pangan

Rekor Penyerapan Gabah: Bulog Pecahkan Batas!

Bulog mencatat rekor penyerapan gabah petani lebih dari 725 ribu ton setara beras, tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Dengan harga Rp 6.500/kg, kebijakan ini memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Di tengah dinamika sektor pangan nasional, Perum Bulog berhasil mencetak sejarah baru. Hingga Maret 2025, total penyerapan gabah petani mencapai lebih dari 725 ribu ton setara beras. Ini bukan sekadar angka, tetapi pencapaian tertinggi dalam satu dekade terakhir! Sebuah langkah konkret untuk menjaga ketahanan pangan dan stabilitas harga di tengah gejolak ekonomi global.

Dalam periode Januari hingga Maret, Bulog mempercepat penyerapan gabah dengan strategi agresif. Bekerja sama dengan petani, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), serta perusahaan penggilingan beras di seluruh Indonesia, mereka memastikan bahwa setiap butir gabah yang dihasilkan petani memiliki pasar yang jelas. Tak hanya itu, harga yang ditetapkan sesuai ketentuan pemerintah, yakni Rp 6.500/kg untuk Gabah Kering Panen (GKP), memberikan kepastian ekonomi bagi petani.

Direktur Pengadaan Bulog, Prihasto Setyanto, menegaskan bahwa capaian ini bukan sekadar angka di atas kertas. Ini adalah bentuk nyata keberpihakan terhadap petani sekaligus langkah strategis dalam menjaga cadangan beras nasional. “Kami berkomitmen penuh untuk mendukung petani. Setiap butir gabah yang kami serap adalah bukti nyata bahwa kesejahteraan petani adalah prioritas,” ujar Prihasto.

Langkah ini mendapat apresiasi dari Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog sekaligus Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono. Baginya, ini adalah manifestasi kehadiran pemerintah bagi petani. Di saat harga gabah sering kali berfluktuasi, kehadiran Bulog dengan harga Rp 6.500/kg menjadi penyelamat bagi petani. “Ini bukan sekadar kebijakan, ini adalah aksi nyata yang langsung dirasakan oleh petani. Presiden Prabowo Subianto berkomitmen agar petani mendapatkan harga yang layak dan perekonomian pedesaan bergerak maju,” ungkap Sudaryono.

Namun, pencapaian ini tidak berhenti pada angka. Pemerintah terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjual gabah dengan harga yang sesuai ketentuan, serta mengedukasi petani untuk memanen pada waktu yang tepat. Dengan panen yang optimal, kualitas gabah meningkat dan petani bisa menikmati hasil yang lebih baik. Ini bukan hanya tentang membeli gabah, tetapi juga tentang membangun kesadaran dan keberlanjutan bagi sektor pertanian.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso, menjelaskan bahwa sinergi antara Bulog, pemerintah daerah, serta institusi lain seperti TNI dan Polri, sangat berperan dalam memastikan penyerapan gabah berjalan lancar. “Kami ingin memastikan setiap petani tidak hanya bisa menjual gabahnya dengan harga yang layak, tetapi juga merasa aman dan didukung dalam proses distribusi dan logistik,” tegasnya.

Dengan pencapaian ini, Bulog tak hanya mengamankan stok pangan nasional, tetapi juga menciptakan ekosistem pertanian yang lebih stabil dan menguntungkan bagi semua pihak. Langkah ini juga menjadi bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.

Bulog tidak akan berhenti di sini. Mereka terus berinovasi, mencari solusi untuk mempercepat proses penyerapan, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memastikan ketahanan pangan tetap kokoh di tengah tantangan global. Dengan energi dan semangat yang tak surut, Bulog siap mengawal masa depan pangan Indonesia ke arah yang lebih cerah.

Continue Reading

Pangan

Penyerapan Gabah Bulog Capai 725 Ribu Ton, Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir

Hendi Firdaus

Published

on

Monitorday.com – Perum Bulog mengumumkan bahwa hingga Maret 2025, penyerapan gabah petani telah mencapai lebih dari 725 ribu ton setara beras, mencatatkan angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Capaian ini menunjukkan komitmen Bulog dalam menjaga ketahanan pangan nasional dan mendukung kesejahteraan petani.

Direktur Pengadaan Bulog, Prihasto Setyanto, menyatakan, “Penyerapan gabah yang mencapai lebih dari 725 ribu ton setara beras ini merupakan capaian tertinggi Bulog dalam periode Januari-Maret dalam 10 tahun terakhir.

Angka ini sejalan dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan merupakan upaya nyata Bulog untuk memastikan cadangan pangan nasional tetap stabil.”

Bulog juga terus meningkatkan kerja sama dengan petani, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), serta perusahaan penggilingan beras di seluruh Indonesia. Penyerapan gabah dilakukan dengan harga yang sesuai ketentuan pemerintah, yakni Rp 6.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP).

Prihasto menegaskan, “Kami berkomitmen untuk terus mendukung para petani dengan cara menyerap hasil panen mereka, sehingga program penyerapan gabah ini menjadi wujud nyata komitmen kami dalam mendukung kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.”

Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog yang juga Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, memberikan apresiasi terhadap kinerja Bulog yang mendukung petani melalui penyerapan gabah dan beras.

Ia menambahkan, upaya ini sangat penting untuk menjaga kesejahteraan petani, terutama menjelang hari raya ketika kebutuhan pangan meningkat.

“Upaya membeli GKP dari petani ini adalah wujud kehadiran pemerintah bagi rakyat. Tujuannya, meningkatkan nilai tukar petani (NTP) dan mendukung harga yang menguntungkan bagi petani,” ujar Sudaryono.

Ia juga menambahkan bahwa kebijakan ini adalah bukti perhatian nyata dari Presiden Prabowo melalui Bulog.

Selain itu, pemerintah gencar melakukan sosialisasi kepada petani mengenai pembelian gabah dengan harga yang sesuai ketentuan. Edukasi tentang waktu panen yang tepat juga diberikan untuk memastikan kualitas gabah yang lebih baik, yang berdampak pada kesejahteraan petani.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso, menjelaskan bahwa dengan harga pembelian gabah Rp 6.500/kg, Bulog memastikan petani tidak merugi dan dapat menikmati hasil panen dengan harga yang baik.

Ia juga menambahkan bahwa Bulog berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, TNI, dan Polri, untuk memastikan kelancaran penyerapan gabah di seluruh wilayah Indonesia.

“Dengan langkah dan capaian ini, Bulog berharap dapat terus berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang lebih kuat, meningkatkan kesejahteraan petani, serta mendukung pemerintah dalam mencapai target swasembada pangan di masa depan,” ujar Widiarso.

Continue Reading

Pangan

BULOG Optimalkan Serapan Gabah Jelang Panen Raya 2025

Hendi Firdaus

Published

on

Monitorday.com – Menjelang puncak panen raya yang diperkirakan terjadi pada April 2025, Perum BULOG telah menyerap gabah dan beras sebanyak 300.000 ton setara beras.

Pencapaian ini menjadi bagian dari komitmen BULOG dalam mendukung program swasembada pangan yang sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Ketua Dewan Pengawas Perum BULOG, Sudaryono, menyebutkan bahwa surplus produksi beras diperkirakan mencapai 2,8 hingga 3,5 juta ton hingga April 2025.

Ia berharap kondisi ini dapat mendorong petani untuk menanam lebih dari satu kali dalam setahun guna memperkuat ketahanan pangan nasional.

“Setelah panen kali ini, saya harapkan para petani bisa kembali menanam lagi.”

“Jadi dalam setahun bisa menanam hingga 2 sampai 3 kali, tidak hanya sekali menanam saja,” ujar Sudaryono yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Pertanian dalam pernyataannya di Istana Kepresidenan beberapa waktu lalu.

Sebagai BUMN yang bertanggung jawab dalam menyerap hasil panen petani untuk Cadangan Pangan Pemerintah, BULOG semakin aktif dalam melakukan pembelian gabah dan beras dari petani lokal.

Untuk memperlancar proses penyerapan ini, BULOG bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Dinas Pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, TNI-POLRI, kelompok tani, serta penggilingan padi.

Sekretaris Perusahaan Perum BULOG, Arwakhudin Widiarso, menegaskan bahwa BULOG tetap berkomitmen untuk menjaga ketahanan pangan nasional dengan membeli hasil panen petani dalam negeri.

“Tim Jemput Gabah Perum BULOG concern melakukan penyerapan dengan melibatkan banyak pihak dari stakeholders perusahaan, seperti Dinas Pertanian di tingkat Provinsi dan kota/kabupaten, TNI-POLRI, kelompok tani, gapoktan, dan penggilingan padi.”

“Tentunya sinergi ini kami harapkan untuk dapat mengoptimalkan penyerapan kami menjelang musim panen raya,” jelas Arwakhudin dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (14/3/2025).

Selain itu, BULOG juga aktif melakukan sosialisasi mengenai harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani.

Pemerintah telah menetapkan harga pembelian sebesar Rp 6.500 per kilogram sebagai bagian dari kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

“Sesuai dengan arahan Presiden bahwa harga yang ditetapkan pemerintah untuk pembelian Gabah Kering Panen di tingkat petani adalah sebesar Rp.6.500,-/kg.”

“Tentunya harga ini adalah bentuk pemerintah hadir dalam upaya menyejahterakan petani dengan melakukan pembelian gabah dengan harga yang baik dan dapat menguntungkan para petani,” tambahnya.

Lebih lanjut, Arwakhudin mengungkapkan bahwa capaian serapan gabah sebanyak 300.000 ton ini merupakan angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Dengan rata-rata penyerapan harian yang sudah mencapai belasan ribu ton, BULOG optimistis dapat mempertahankan tren positif ini hingga akhir musim panen raya.

“Dalam 5 tahun terakhir penyerapan sebanyak 300.000 ton merupakan angka tertinggi, rata-rata penyerapan harian sudah belasan ribu ton, semoga kami bisa terus menjaga momentum ini menjelang panen raya di akhir Maret hingga April nanti,” tutupnya.

BULOG terus berupaya menjaga stabilitas pasokan pangan nasional agar tetap mencukupi kebutuhan masyarakat.

Diharapkan, puncak panen raya nanti tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para petani di Indonesia.

Continue Reading

Pangan

Digitalisasi Percepat Distribusi, Pupuk Indonesia Tingkatkan Efisiensi dan Transparansi

Hendi Firdaus

Published

on

Monitorday.com – PT Pupuk Indonesia terus berinovasi untuk memperbaiki distribusi pupuk di Indonesia dengan menghadirkan sistem digitalisasi yang semakin efisien dan transparan.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengungkapkan salah satu kendala utama dalam penyaluran pupuk yang sering dihadapi adalah keterlambatan penerbitan Surat Keputusan (SK) dari pemerintah daerah.

Pada 2024, sejumlah bupati baru menyelesaikan penerbitan SK pada bulan Juni, yang mengakibatkan distribusi pupuk terlambat dan melewati satu musim tanam.

“Jika kami tetap salurkan pupuk tanpa SK, kami akan menghadapi masalah hukum. Hal ini menjadi dilema bagi kami,” ujar Rahmad, dalam pertemuan dengan jajaran PT Pupuk Indonesia (Persero) dengan KPK di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (11/3/2025).

Namun, ia tetap optimis dengan adanya solusi digital yang sedang diterapkan oleh PT Pupuk Indonesia, yang memungkinkan penyaluran pupuk lebih cepat dan lebih efisien.

Mulai 1 Januari 2025, PT Pupuk Indonesia mengimplementasikan sistem digital yang memungkinkan petani untuk menebus pupuk lebih cepat melalui proses yang lebih transparan. Dengan sistem ini, pemantauan distribusi pupuk dapat dilakukan secara real-time dari pabrik hingga kios distribusi.

Rahmad menambahkan, “Kami sudah mengelola supply chain menggunakan sistem digital, yang kini memungkinkan distribusi pupuk dapat dipantau dari kapal yang bersandar di pelabuhan hingga sampai ke tangan petani.”

Selain itu, aplikasi Ipubers, yang mulai diimplementasikan pada Februari 2025, menjadi salah satu langkah besar untuk meningkatkan efisiensi distribusi. Aplikasi ini memungkinkan pemantauan yang lebih mudah dan lebih tepat sasaran, membantu memastikan bahwa pupuk sampai ke petani yang membutuhkan secara tepat waktu.

Selain fokus pada efisiensi distribusi, PT Pupuk Indonesia juga bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mencegah praktik korupsi dalam distribusi pupuk.

Ketua KPK, Setyo Budiyanto menegaskan bahwa kerjasama ini akan difokuskan pada koordinasi, bukan pendampingan. Salah satu titik koordinasi adalah untuk memantau dan menangani keterlambatan penerbitan SK oleh pemerintah daerah, baik oleh bupati, gubernur, maupun pejabat terkait lainnya.

“Bentuk kerja sama kami dengan PT Pupuk Indonesia adalah koordinasi dalam upaya untuk meminimalkan keterlambatan SK yang bisa menghambat distribusi pupuk ke petani,” ungkap Setyo.

Dengan digitalisasi sistem distribusi dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencegah masalah yang muncul, PT Pupuk Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan layanan dan memastikan distribusi pupuk berjalan lebih efisien dan tepat sasaran.

Langkah ini diharapkan dapat mempercepat proses penyaluran pupuk kepada petani, yang pada gilirannya mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia.

Continue Reading

Monitor Saham BUMN



News7 hours ago

Nasib Negara Muslim yang Dulu Pernah Kalahkan Rusia

News8 hours ago

RI-AS Sepakat Tuntaskan Negosiasi Tarif dalam 60 Hari, Ini 10 Poin Pentingnya

Sportechment8 hours ago

Liverpool Bisa Kunci Gelar Juara Liga Inggris Tanpa Bermain, Ini Skenarionya

Sportechment8 hours ago

Sukses Antar Uzbekistan Juara Piala Asia U-17, Intip Profil Islombek Ismoilov

Sportechment9 hours ago

Dramatis! Uzbekistan Juara Piala Asia U-17 2025 dengan 9 Pemain

News17 hours ago

Kirgistan Bakal Miliki Lagu Kebangsaan Baru, Apa Alasannya?

News18 hours ago

Viral Ditegur Wapres Soal Mafia Pangan, Ini Klarifikasi Mentan

Sportechment18 hours ago

Real Madrid Siap Depak Ancelotti Usai El Clasico, Siapa Calon Penggantinya?

News21 hours ago

Pengamat Pendidikan Nilai Pembukaan Kembali Jurusan Jenjang SMA Sudah Tepat

News21 hours ago

Rektor ITS Sambut Positif Pembukaan Kembali Jurusan di Jenjang SMA

Sportechment1 day ago

Indonesia Tuan Rumah Mandiri ASEAN U-23 Championship 2025

Pangan1 day ago

Berkat Homologasi, Rajawali Nusindo Pastikan Keberlanjutan operasional dan Pemulihan Kinerja Perusahaan

Sportechment1 day ago

Digiland Run 2025 Raih Sertifikasi Dunia, Siap Gaet Ribuan Pelari Internasional

News1 day ago

BSI Pastikan Seluruh Jemaah Haji 2025 Sudah Lunasi Biaya

Sportechment1 day ago

Wuih! China Bakal Resmikan Jembatan Tertinggi Dunia, Kalahkan Menara Eiffel

News1 day ago

AS Apresiasi Proposal Tarif Dagang Indonesia

News1 day ago

Netanyahu Memilih Perang, Bukan Sandera

Review1 day ago

Esemka: Mobil Nasional yang Ghaib

News1 day ago

Komunitas Otomotif Tumpuan Baru Ekonomi Kreatif

Review1 day ago

Plongoisme Merajalela, Kampus Jadi Ladang Bisu