Ruang Sujud
Raih Keselamatan dengan Menjaga Lisan
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanTerdapat sebuah pepatah yang mengatakan bahwa lebih baik terpeleset dengan kaki daripada terpeleset dengan lisan, dan hal ini memiliki makna yang dalam. Luka yang disebabkan oleh kata-kata seringkali jauh lebih sulit untuk diobati dibandingkan luka pada tubuh lainnya. Meskipun terkadang kita dapat meminta maaf secara lahiriah, mengingat dan memaafkan adalah dua hal yang berbeda.
Inilah sebabnya mengapa menjaga perkataan kita dan melindungi lisan kita dari kata-kata yang dapat menyakiti orang lain sangat penting. Rasulullah SAW, dalam salah satu hadisnya, mendorong umatnya untuk selalu berbicara dengan kata-kata yang memiliki nilai positif atau, jika tidak mungkin, lebih baik untuk diam.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT. dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata dengan perkataan yang baik, atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari)
Imam Syafii menjelaskan bahwa kita harus berpikir sebelum berbicara. Jika kata-kata kita baik dan bermanfaat, maka kita boleh mengucapkannya. Namun, jika kata-kata kita hanya akan menyebabkan kegaduhan atau menyakiti orang lain, lebih baik kita simpan dalam hati kita.
Kita harus selalu menjaga diri kita agar tidak berbicara atau menulis komentar yang tidak bermanfaat. Kita seharusnya hanya berbicara tentang hal-hal yang bermanfaat bagi agama kita. Bahkan ketika kita merasa suatu perkataan bermanfaat, kita harus merenungkannya lebih lanjut, apakah ada manfaat yang lebih besar yang akan hilang jika kita berbicara.
Para ulama terdahulu bahkan mengatakan bahwa lisan seseorang adalah cerminan hatinya. Ucapan seseorang akan mencerminkan kualitas isi hati mereka, apakah mereka mau mengakui atau tidak. Jika lisan seseorang penuh dengan kata-kata kasar, celaan, hinaan, dan makian, itu mencerminkan kualitas isi hati mereka.
Yahya bin Mu’adz mengatakan, “Hati itu bagaikan periuk dalam dada yang menampung isi di dalamnya. Lisan itu bagaikan gayung. Lihatlah kualitas seseorang ketika dia berbicara. Lisannya akan mengambil apa yang ada dalam hatinya, baik itu manis, asam, segar, asin, atau yang lainnya. Rasa hatinya akan terlihat dari perkataan lisannya.” (Hilyatul Auliya’, 10: 63)
Beberapa orang seringkali ceroboh dalam berbicara tanpa memperhatikan konsekuensinya. Namun, ucapan mereka bisa membawa mereka ke jurang neraka yang sangat jauh. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana seorang individu yang bersumpah dengan kesombongannya atas nama Allah dapat menghapus semua amal kebaikannya.
Oleh karena itu, menjaga lisan kita sangat penting. Rasulullah SAW pernah ditanya, “Apa itu keselamatan?” Beliau menjawab, “Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang, dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi no. 2406, hadits shahih)
Kita seringkali ceroboh dalam posting dan memberikan komentar di media sosial. Namun, ini seringkali berujung pada penyesalan dan permintaan maaf karena kata-kata kita dapat menyakiti perasaan orang lain. Hal ini bisa dihindari jika kita selalu berpikir sebelum berbicara atau menulis.
Rasulullah SAW juga memberikan nasihat singkat yang sangat berharga, “Janganlah kamu mengatakan suatu perkataan yang akan membuatmu harus meminta maaf di kemudian hari.” (HR. Ibnu Majah no. 4171, hadits hasan)
Berbicara tanpa berpikir adalah sebuah kesalahan yang fatal, karena kata-kata kita dapat menghancurkan kita sendiri. Oleh karena itu, kita perlu memahami kekuatan dan tanggung jawab dalam berbicara, menjaga lisan kita, dan memastikan bahwa kata-kata kita selalu membawa manfaat dan kebaikan.