Connect with us

News

Askrindo Dorong Kopi Kintamani Tembus Panggung Dunia

Deni Irawan

Published

on

Monitorday.com – Pulau Bali, yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, tak hanya mempesona dengan keindahan alamnya, tetapi juga terkenal sebagai penghasil biji kopi arabika terbaik. Salah satu daerah yang menjadi sentra produksi kopi arabika terbaik di Bali adalah Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

Dari sini, puluhan kelompok usaha tani bermunculan sejak pertama kali warga setempat menanam biji kopi pada tahun 1979. Sesepuh petani kopi Arabika Langit Bali, Gusti Ngurah Rupa, memulai ceritanya dengan menceritakan instruksi dari Presiden Soeharto pada masa itu.

“Waktu itu, presiden kita, bapak pembangunan Pak Soeharto memerintahkan tanah kami untuk ditanami kopi,” ujarnya, menegaskan awal perjalanan mereka dalam industri kopi.

Mengikuti petunjuk dari pemerintah, selama dua puluh tahun pertama, aktivitas utama mereka hanya berkutat pada penanaman kopi. Namun, pada tahun 1999, mereka mulai diperkenalkan pada praktik budidaya kopi yang lebih modern oleh para ahli di bidang kopi.

“Itu pun hanya di hulu. Masih belum tahu apa akan membawa ke kesejahteraan, lalu kami ikuti proses, akhirnya terbiasa, ngebun bagus, mangkas bagus, panen bagus, kemudian 2002 ditingkatkan untuk kualitas, sebelumnya kami hanya memikirkan kuantitas,” ungkap Gusti Ngurah Rupa.

Seiring berjalannya waktu, kopi menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan bagi warga setempat. Dengan bantuan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga swasta, para petani memahami cara memaksimalkan kopi mereka dari hulu ke hilir.

“Mulai dari budidayanya, pascapanen, lalu produk, roast bean, bubuk, dan kopi jadi, kami semua sudah paham caranya. Kini harga bisa tembus 200 ribu per kilo, gelondong merah 150 ribu/ kilo green been. Kami punya delapan subak yang satunya terdiri hingga 60 kelompok tani, tapi memang masih belum maksimal karena lahan sedikit,” tambahnya.

Luas tanaman perkebunan kopi Arabika di Desa Catur sendiri mencapai 470 hektar. Proses budidaya kopi dilakukan secara tradisional, hanya menggunakan pupuk bio organik atau non kimiawi, serta tanpa menggunakan pestisida kimiawi dalam pemberantasan hama dan penyakit tanaman.

Seiring dengan berkembangnya ekosistem kopi, kedai-kedai kopi bermunculan di desa ini. Tak hanya menikmati kopi, pengunjung juga dapat menyaksikan langsung proses pengolahan kopi dari biji hingga menjadi kopi siap saji.

Melihat potensi yang menjanjikan, Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Permodalan Nasional Madani (PNM), yang merupakan entitas BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir, berkolaborasi untuk mendorong kopi Kintamani agar dapat menembus pasar internasional.

Kepala Sekretaris Perusahaan Askrindo, Cahyo Hari Purwanto, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan PNM bertujuan memberikan pendampingan serta dukungan sarana prasarana kepada kelompok usaha tani kopi di Desa Catur.

“Saya punya harapan bapak ibu bisa usahakan Kopi Kintamani sampai ekspor. Contohnya kami punya binaan di Padang, mereka bisa ekspor ke Turki dan Norwegia, kalo ada event kami diundang, kami kirim UMKM. Saya yakin para petani di sini bisa,” ujarnya.

EVP Pengembangan dan Jasa Manajemen PNM, Razaq Manan Ahmad, menambahkan bahwa semangat BUMN dalam mendorong para petani kecil memerlukan dukungan banyak pihak.

Ia mengapresiasi langkah Askrindo yang tidak hanya menjamin pinjaman tetapi juga menyalurkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) kepada para petani kopi setempat.

“Kerjasama yang baik dan kami harap ini terus berlanjut,” katanya.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan apresiasi atas keberhasilan program PNM sebagai bukti dari komitmen pemerintah terhadap pembangunan ekonomi masyarakat kecil, termasuk program membina ekonomi keluarga sejahtera (Mekaar) yang merupakan upaya dalam meningkatkan daya saing UMKM.

“Kebijakan Bapak Presiden, sejak awal saya jadi Menteri BUMN, dan saya meyakini UMKM itu harus menjadi landasan ekonomi nasional, sehingga tidak yang besar saja terus berkembang, tetapi yang kecil harus terus bertumbuh dan untuk menjadikan pengusaha UMKM yang makin tinggi kelasnya, serta Insya Allah menjadi besar juga,” ujar Erick Thohir.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *