Connect with us

News

Bahasa dan Cerminan Kepribadian Sang Profesor Hukum

Dila Andara

Published

on

Setiap kali membuka mulut, berbicara, kita sebenarnya sedang mempertontonkan kepribadian sebenarnya. Bahasa sangat lekat dengan penggunanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan ungkapan “bahasa adalah cermin kepribadian seseorang”. Banyak orang bijak dapat menentukan watak seseorang dari caranya berbicara.

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan ucapan seorang Cawapres no urut 3, Prof Mahfud yang berbicara mengenai seorang ibu mendapat dosa besar apabila melahirkan anak yang tidak berakhlak dan tidak beretika. Sontak saja, pernyataan itu menuai beragam respons dari publik.

Apa betul seorang ibu mendapat dosa besar apabila melahirkan anak yang tidak berakhlak dan tidak beretika?

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW menjelaskan kondisi dan kedudukan anak serta orang tua.

Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kedudukan anak dalam Islam dijelaskan dalam buku Pendidikan Anak dalam Dimensi Islam, yang ditulis Azhari. Pentingnya kedudukan anak mengingatkan orang tua untuk tidak menyia-nyiakan amanah tersebut.

Anak adalah amanah dari Allah SWT yang dititipkan kepada orang tuanya. Untuk itu, anak harus dijaga dan dipelihara dengan baik agar dapat tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani maupun rohani. Setiap manusia diciptakan untuk menjadi hamba-Nya.

Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 sebagai berikut:
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, kelak Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban orang tua tentang amanah yang diberikan itu. Apakah amanah tersebut ditunaikan dengan baik atau tidak.

Berkaitan dengan ucapan Mafhud, pernyataan Sang Profesor itu memang tidak ditunjukan pada orang tertentu secara langsung. Kendati demikian, Mahfud disebut-sebut melayangkan pernyataan itu untun kompetitornya, Gibran Rakabuming Raka.

Jelas ini secara tidak langsung penghinaan besar terhadap Ibu Iriana dan Pak Jokowi. Kata-kata yang ceroboh Mahfud ini menghancurkan hubungan baik dan menimbulkan perasaan benci.

Maaf beribu maaf, secara tak langsung, Mahfud mengatakan Ibu Iriana percuma melahirkan Gibran yang saat ini seorang Walikota Solo itu berdosa. Bukankan ibu iriana telah dengan susah payah melahirkan Mas Gibran.

Diberbagai sumber, dijelaskan bahwa ketika mengandung anak, seorang ibu banyak mengalami kesulitan seperti saat mengidam suatu hal, juga kandungannya yang begitu berat dan harus dibawa kemana pun ia pergi.

Saat melahirkan pun, ibu merasakan sakit yang begitu dahsyat, hingga bisa saja nyawa yang menjadi taruhannya. Adapun setelah melahirkan, ibu yang paling berperan dalam mengurus anaknya, seperti menyusuinya, memandikannya, hingga menenangkan anak apabila menangis.

Apakah hanya syahwat kekuasaaan? Sosok Cawapres No urut 3 yang bergelar Profesor dan deretan penghargaan lainnya melontarkan kata-kata kasar sedemekian rupa? janganlah.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *