Monitorday.com – Langkah besar untuk memajukan sektor kelautan di kawasan Pasifik akhirnya terwujud. Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono, secara resmi membuka Pelabuhan Perikanan Daeo Majiko di Sentral Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai, membawa angin segar bagi ribuan nelayan lokal.
Disambut semarak tarian cakalele, kedatangan Menteri Trenggono di Bandara Pitu Morotai disambut penuh hormat oleh Sekretaris Provinsi Maluku Utara, Samsudin A Kadir, Bupati Morotai Rusli Sibua, Wakil Bupati Rio Kristian Pawane, serta Forkopimda setempat.
Sebelum prosesi peresmian, Menteri Trenggono bersama rombongan sempat meninjau tempat penampungan ikan tuna dan berinteraksi hangat dengan para nelayan penerima bantuan alat tangkap. Dalam sambutannya, Trenggono menegaskan bahwa pembangunan SKPT Morotai bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan sebuah misi nyata untuk mensejahterakan masyarakat pesisir.
“Saya berharap ini menjadi prioritas, dibangun untuk kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
SKPT Morotai sendiri kini menjadi tulang punggung ekonomi pulau. Muhlis Baay dari SKPT Morotai mengungkapkan bahwa keberadaan sentra ini telah membawa perubahan nyata. Lebih dari 3.000 nelayan kini tercatat resmi dan telah mendapatkan perlindungan asuransi. Tak hanya itu, konstruksi pelabuhan yang berlangsung sepanjang 2023–2024 juga sukses menyerap lebih dari 300 tenaga kerja lokal, mempercepat denyut ekonomi Morotai yang sempat melambat akibat pandemi.
Kontribusi SKPT terhadap produksi perikanan pun tidak main-main. Tahun 2023 mencatatkan produksi fantastis sebesar 1.500 ton, dengan lonjakan ekspor tuna mencapai 138,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun, Muhlis juga mengakui adanya tantangan dalam peningkatan volume produksi antar pulau. Saat ini, kenaikan volume ke pasar domestik seperti Tobelo, Ternate, dan Surabaya masih di kisaran 4 persen, terkendala oleh persoalan hilirisasi dan distribusi.
Meski demikian, sektor perikanan tetap menjadi bintang penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar, mencapai Rp 1,7 miliar, melampaui target yang ditetapkan. Inilah yang memicu semangat baru untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung di luar kawasan SKPT. Salah satu proyek strategis yang tengah dipersiapkan adalah pembangunan pasar ikan modern di atas lahan 1.250 meter persegi, yang akan terintegrasi dengan sentra kuliner berbasis produk olahan laut dan oleh-oleh khas Morotai.
Muhlis optimistis pengembangan ini tak hanya mendorong volume ekspor, tetapi juga menghidupkan roda UMKM lokal. Dengan konsep pasar terintegrasi, Morotai diharapkan menjadi magnet baru sektor kelautan di kawasan Pasifik, sekaligus mencetak generasi baru pelaku ekonomi kreatif berbasis kelautan.
Tak lupa, Muhlis menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang terlibat, terutama kepada KKP dan JICA, atas dukungan penuh terhadap pembangunan SKPT Morotai.
“Tidak berlebihan jika kami katakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah salah satu kementerian yang punya andil terbesar dalam pembangunan dan penciptaan lapangan kerja di Morotai,” ujarnya.
Dengan resminya Pelabuhan Daeo Majiko, Morotai menatap masa depan dengan optimisme baru. SKPT Morotai kini bukan hanya menjadi pusat produksi perikanan, tetapi juga simbol transformasi pesisir Indonesia, membuktikan bahwa dengan sinergi, daerah terluar sekalipun mampu menjadi poros ekonomi maritim nasional.