Connect with us

News

Mulai Sadar Diri, Anies Takut Serang Prabowo di Debat Capres Terakhir

Ayu Ashari

Published

on

Percaya diri itu penting tapi yang lebih penting itu sadar diri. Pepatah ini layak dialamatkan ke Capres No 1, Anies Baswedan yang diketahui di berbagai survei mengalami stagnasi dan kurang dilirk publik. Begitulah faktanya jika Anies yang sering memberikan pernyataan-pernyataan yang dinilai bernada nyinyir ke Prabowo.

Di Debat capres terakhir, Minggu (5/1/2024), Anies tampak memilih kata-kata yang tepat agar tidak keselo lidah.

Sebelumnya, Prabowo ingin agar Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Namun, Anies ingin memastikan pilpres berlangsung dua putaran, sehingga ia menyerang Prabowo dengan tujuan bisa mendongkrak suara elektoralnya.

Prabowo menanggapi santai setiap cibiran yang dilontarkan Anies dan Ganjar. Ketum Gerindra itu justru meladeni kicauan Ganjar dan Anies sebagai sesuatu yang tak perlu ditanggapi.Cibiran Anies bahkan tak berbasis data.

Demi elektoral, Anies tega menggunakannya untuk menyerang Prabowo, tokoh yang berjasa kepadanya
Kita bisa Cek Fakta Tempo: “Keliru, Anies Terkait Anggaran Kementerian Pertahanan Rp 700 Triliun untuk Beli Alutsista Bekas”. Tempo menguraikan di mana kelirunya data yang digunakan Anies.

Berikutnya lagi, judul berita ini bahkan lebih jauh. Dari DetikNews: “Anies Dilaporkan ke Bawaslu Atas Dugaan Fitnah 340.000 hektare Lahan Prabowo.”

Dalam kultur politik Indonesia, mayoritas publik tak suka capres yang menyerang. Ini hasil survei LSI Denny JA, yang dikerjakan di tahun 2009.

Sekitar 60,5%, mayoritas publik luas tak menyukai capres yang menyerang. Kultur politik di Indonesia berbeda dengan misalnya tradisi politik di Amerika Serikat atau di Eropa Barat.

Kita sudah memiliki beberapa kasus soal ini. Dalam Pilpres tahun 2004, elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) justru naik, dan elektabilitas Megawati Soekarnoputri justru turun. Ketika itu SBY diserang oleh Taufiq Kiemas, suami Megawati, dengan sebutan “SBY Anak Kecil.”

Juga data pada Pilpres 2024. Di bulan November-Desember tahun 2023, elektabilitas Ganjar Pranowo justru menurun sangat drastis ketika Ganjar dan kubunya menyerang Presiden Joko Widodo.

Prabowo selaku pihak yang diserang malah bisa mendapatkan simpati. Kultur politik di Indonesia justru memberikan hatinya kepada mereka yang terkesan “teraniaya.” Apalagi jika diketahui bahwa tokoh ini diserang dengan data yang salah.

Bagaimanapun Prabowo berjasa kepada Anies Baswedan. pada Pilkada DKI 2017. Prabowo mengambil risiko mendukung dan membantu Anies sebagai calon gubernur.

Posisi yang kini membuat Anies menjadi calon presiden, pastilah juga karena ia pernah menjadi gubernur DKI Jakarta. Pasti pula ada jasa dan “saham” Prabowo di sana.

Kita tidak tahu apakah ada perjanjian antara Anies dan Prabowo saat Prabowo mendukungnya dalam pilkada DKI 2017. Kita hanya membaca berita beberapa kali Anies mengklarifikasi. Anies menjelaskan janji tak mau khianati dan lawan Prabowo di pilpres.

Faktanya, Anies mengkhianati.

Prabowo telah membesarkan banyak banyak tokoh yang tadinya bukan apa-apa dan ketika menjadi someone, seseorang kembali memberikan kopi pahit kepadanya.

Soal siapa saja, anda lebih tahu mereka.

Kembali soal elektoral, tampaknya Anies mulai sadar jika strategi menyerang justru membuatnya terjungkal. Namun publik sudah paham, permainan kata-kata Sang Mantan Rektor Paramadina itu sudah tak mungkin goyahkan hati pemilih rasional yang tetap tegak lurus kepada Prabowo.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *